Waktu Kerja Faktor- Faktor Penyebab Kelelahan

14. Ergonomis

OHS, 2003 Suma’mur, 1999 Kroemer dan Grandjean, Ergonomis adalah kesesuaian antara peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan manusia untuk mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang optimal. Occupational Safety and Health 2003 menyebutkan bahwa sarana dan prasana yang tidak ergonomis menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan. Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi saran, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja Kroemer et al, 2010. Perancangan tugas, peralatan, dan workstation harus sesuai dengan keadaaan tenaga kerja, bukan menunggu tenaga kerja dapat beradaptasi dengan peralatan, sehingga hal ini dapat mengurangi kesalahan, kecelakaan, dan kesakitan Lerman et al, 2012. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Notoatmodjo 2007 yang menyatakan bahwa apabila antara sarana, prasarana atau peralatan kerja dengan pekerja sudah cocok, maka kelelahan dapat dicegah sehingga proses kerja akan lebih efisien dan berdampak pada produktivitas yang tinggi.

15. Tekanan Panas

Suma’mur 1999 WORKCOVER OHS bridger, 2003 Kroemer dan Grandjean, Tekanan Panas atau yang dikenal dengan iklim kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 13 Tahun 2011 adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Suhu nyaman bagi orang indonesia atau comfort zone temperature adalah 24 C -26 C dan pada umumnya orang Indonesia akan beraklimatisasi pada suhu iklim tropis, yaitu 28 C -32 C dengan kelembaban sekitar 85- 95 atau lebih Suma’mur, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002 juga telah menetapkan bahwa suhu yang terdapat di Industri sebaiknya berkisar antara 18 C - 30 C. Diluar comfort zone temperature, maka produktivitas pekerja mengalami penurunan dan risiko kecelakaan akan bertambah. Tekanan Panas sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia, serta lingkungan yang ekstrim panas memiliki efek yang signifikan pada kapasitas kerja Bridger, 2003. Tekanan Panas dapat mempengaruhi daya kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerja. Bekerja dengan suhu yang tinggi dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sehingga untuk bekerja pada lingkungan dengan suhu tinggi, perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat kepada tenaga kerja yang bersangkuta n Suma’mur, 2009. Beberapa penelitian menghubungan antara pengaruh tekanan panas dengan kelelahan pada pekeja. Salah satunya adalah penelitian Fahri dan Pasha 2010 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan di bagian drilling Pertamina UBEP Kenali Asam Jambi. Ramdan 2007 juga menyatakan bahwa lingkungan fisik kerja yang