Pengertian Motivasi Motivasi Belajar

ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin dicapai. a. Fungsi Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan semakin baik keberhasilan pelajaran yang diberikan, motivasi menentukan intensitas usaha anak didik untuk belajar guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan. Sehubungan dengan hal di atas ada beberapa fungsi motivasi menurut Nasution, yaitu: “1 mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi ; 2 menentukan arah perbuatan, yakni ke arah mana tujuan yang hendak dicapai ; 3 Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu ”. 17 Dari fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan suatu perbuatan yang diarahkan dan melakukan suatu motivasi dalam belajar serta mengaktifkan semangat, minat dan perhatian siswa untuk belajar sehingga mampu mencari solusi yang mendukung tercapainya tujuan belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. b. Macam-macam motivasi 17 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet.ke-1, h.76-77 Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Berikut macam- macam motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1 Motif-motif bawaan “Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari ”. 18 Contoh dari motif ini seperti dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif ini bisa disebut dengan motif yang diisyaratkan secara biologis. 2 Motif-motif yang dipelajari “Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari”. 19 Contoh dari motif ini seperti dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Jadi motif ini bisa disebut dengan motif- motif yang diisyaratkan secara sosial. c. Teori-teori Motivasi Berikut ini adalah beberapa teori-teori mengenai motivasi: 1 Teori Abraham H. Maslow Teori Kebutuhan Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa “manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: 1 kebutuhan fisiologikal physiological needs, seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; 2 kebutuhan rasa aman safety needs, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; 3 kebutuhan akan kasih sayang love needs; 4 kebutuhan akan harga diri esteem needs, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol 18 Sardiman A.M, op.cit., h.86 19 Sardiman A.M, op.cit., h.86 status; dan 5 aktualisasi diri self actualization, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata ”. 20 2 Teori Hedonisme “Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan hedone yang bersifat duniawi. Menurut teori hedonisme, para siswa dan pegawai harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.” 21 3 Teori Naluri Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok – yang dalam ini disebut juga naluri – yaitu: dorongan nafsu mempertahankan diri, dorongan nafsu mengembangkan diri dan dorongan nafsu mengembangkanmempertahankan jenis. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. 22 4 Teori McClelland Teori Kebutuhan Berprestasi Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement N.Ach yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu: a sebuah preferensi untuk 20 Akhmad Sudrajat, “Teori Motivasi”. akhmadsudrajat.wordpress.com20080206teori-teori-motivasi,1 Juli 2014. 21 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,1990 Cet.ke- 5, h.74 22 Ngalim Purwanto, op.cit, h.75 mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; b menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain; c menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. 23 5 Teori Herzberg Teori Dua Faktor Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. 24 6 Teori Penetapan Tujuan Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: a tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; b tujuan-tujuan mengatur upaya; c tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; d tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana- rencana kegiatan. 25

2. Pengertian Belajar

Kata belajar kata yang tidak asing dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah dikenal mengenai belajar ini, seakan-akan orang akan mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Belajar merupakan hal yang dapat dilakukan oleh siapapun dan dilakukan di manapun baik di sekolah, di rumah atau di lingkungan masyarakat yang ada untuk memperoleh pengetahuan. 23 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011 cet.ke-1, h.82 24 ibid, h.84 25 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, op.cit, h.85 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. 26 Ada beberapa pendapat ahli tentang belajar antara lain: secara sederhana Skinner berpandangan bahwa “belajar adalah suatu perilaku.pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.” 27 Sedangkan menurut Gagne 1984, “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. ” 28 Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral reporoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macamkeseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman. 29 Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keaadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya”. 30 26 Dimyati,Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,2009, h. 7 27 ibid, h.9 28 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Gelora Aksara Pratama,2006, h.2 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,2010, h. 89 30 Ngalim Purwanto, op.cit, h.84 Belajar merupakan proses yang membawa perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan yang terjadi dalam belajar bukanlah perubahan yang terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi setelah melalui usaha berupa pengalaman atau latihan-latihan. Sama seperti menurut pendapat Ngalim Purwanto “belajar merupakan tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik itu fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalahberfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap”. 31 Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli penulis memberi kesimpulan bahwa yang dimaksud belajar adalah proses pencarian dari seorang individu atau peserta didik. Dalam proses ini individu tersebut memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk tingkah laku mereka dan dapat membuat adanya perubahan tingkah laku dalam diri mereka. a. Tujuan Belajar Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis: 1 Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pegetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat megembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. 2 Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. 3 Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. 32 31 Ngalim Purwanto, op.cit,, h.85 32 Sardiman,A.M, op.cit,. h.26-28

Dokumen yang terkait

Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar IPS (di SMP Dua Mei Ciputat)

5 24 106

Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK dua Mei Ciputat

0 15 86

Pengaruh kompetensi sosial guru IPS terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei-Ciputat

1 14 150

Hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat ( Studi Kasus pada kelas XI Tata Niaga SMK Dua Mei Ciputat )

0 3 71

Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di SMP Dua Mei Ciputat

9 83 118

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smp Giri Taruna

0 6 14

Hubungan pengelolaan kelas dengan motivasi belajar kewirausahaan di SMK Dua Mei Ciputat

2 27 108

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Strategi Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Ne

0 0 13

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION(GI ) UNTUK PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS Penerapan Strategi Pembelajaran Group Investigation (GI) Untuk Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Tentang Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas I

0 1 13