Ciri-Ciri Pemimpin yang Baik

Pendidikan Agama Katholik dan Budi Pekerti | 41 memiliki pemimpin-pemimpin yang selalu memperhatikan dan mendukung kita dalam perjalanan hidup kita. Sebagai generasi muda, kita akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Maka kita harus belajar dan membekali diri dengan sikap-sikap yang pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Dalam kehidupan Bangsa Israel, Allah adalah pemimpin mereka. Raja atau Pemimpin bangsa, adalah wakil Allah yang sepenuhnya menjalankan kedaulatan dari Allah. Pemimpin atau raja yang baik, merupakan lambang kehadiran dan penyertaan Allah di tengah umat-Nya. Kesetiaan Bangsa Israel dan para pemimpinnya kepada Allah akan selalu mengantar mereka untuk merasakan kehadiran Allah yang menolong dan menyelamatkan. Langkah Kedua: Mendengarkan dan Mendalami Cerita Kitab Suci 1. Membaca dan Mendengarkan Cerita Kitab Suci Guru mengajak peserta didik untuk membaca dan mendengarkan cerita Kitab Suci berikut ini. Janji Tuhan kepada Daud Bdk. 2Sam 7: 8-17 Setelah bangsa Israel menetap di tanah Kanaan, Tuhan tetap menyertai bangsa Israel. Bangsa Israel merasa aman dan damai di bawah naungan Tuhan. Allah tetap menyertai umat Israel hingga menjadi suatu kerajaan yang besar. Waktu raja Saul tidak setia kepada Allah, maka Allah memilih Daud sebagai raja kedua yang memimpin bangsa Israel. Waktu itu ada seorang nabi, Natan namanya. Kepada Natan Allah berfirman: “Pergilah kepada Daud. Katakanlah kepada hamba-Ku Daud, “Beginilah firman Tuhan semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang engkau jalani dan telah melenyapkan segala musuh di depanmu. Aku membuat namamu besar, seperti nama orang-orang besar di bumi. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dulu. Juga diberitahukan kepadamu: Tuhan akan memberikan keturunan kepadamu. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama- sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi-Ku dan Aku akan mengokohkan tahta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya untuk selama-lamanya.” 42 | Buku Guru Kelas V SD

2. Mendalami isipesan kitab suci

Guru mengajak peserta didik untuk berdialog mendalami isipesan cerita Kitab Suci, dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Siapa yang memimpin bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan? 2. Siapakah nabi yang diminta Allah untuk pergi kepada raja Daud? 3. Apa isi perjanjian Allah dengan Daud? 4. Mengapa Allah mengadakan perjanjian dengan Daud? 5. Pernahkah kami menjadi ketua atau pemimpin? Ceritakan pengalaman- mu secara singkat. 6. Tuliskan sifat-sifat pemimpin yang baik, yang disukai rakyatnya

3. Peneguhan

Guru dapat memberi peneguhan, sebagai berikut: Tuhan itu agung. Ia selalu menyertai umat Israel dari tanah Mesir sampai ke Tanah Terjanji, yaitu Kanaan. Setelah Saul menjadi raja atas kerajaan Israel, ia lengah, tidak setia, dan menyembah berhala. Oleh karena itu, Tuhan mengangkat Daud menjadi raja atas Israel. Untuk mengingatkan Daud akan kekuasaan Allah, maka dibuatlah perjanjian sebagai berikut: • Allah telah mengangkat Daud sebagai raja dan menempatkan Daud di atas takhta. Kepada bangsa Israel, Allah tetap memberikan tempat untuk dapat menetap. • Daud akan diberi keturunan yang besar. • Keturunan Daud akan diberkati. Anak kandung Daud akan mendirikan rumah bagi Allah. Anak Daud akan diangkat menjadi anak Allah dan Allah menjadi Bapa-nya. Kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya. • Allah juga akan menyertai Daud sampai selama-lamanya. Sebagaimana Raja Daud, Jika kita pernah mengalami menjadi ketua, pemimpin atau pengurus dalam suatu kelompok, tentu kita dituntut untuk memiliki berbagai kelebihan, di antaranya sifat rendah hati, selalu dekat dengan Allah, bijaksana, adil, mau melayani dan menjadi teladan bagi yang lain. Langkah Kedua: Refleksi dan Membangun Sikap Kepemimpinan

1. Refleksi Pribadi

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merenungkan sejauhmana dirinya telah mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang baik? Misalnya sikap, kebiasaan serta kemampuan apa yang harus dikembangkan, sehingga dirinya bisa menjadi pemimpin yang baik. Pendidikan Agama Katholik dan Budi Pekerti | 43

2. Mengomunikasikan Hasil Refleksi

Hasil renungan ditulis oleh masing-masing peserta didik. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada peserta didik yang bersedia untuk menyampaikan hasil renungannya di depan kelas. Penutup 1. Evaluasi Guru dapat memberikan evaluasi dengan melakukan tanya jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1 Bagaimana pengalamanmu selama berada bersama orangtuamu? 2 Sikap-sikap apakah yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin? 3 Apakah janji Allah terhadap Daud? Sebutkan 4 Apakah sekarang ini Allah tetap menyertai kita? Jelaskan 5 Apakah kamu merasa Tuhan menyertai hidupmu? Dapatkah kamu menyebutkan contoh pengalaman itu?

2. Doa

Guru mengajak peserta didik untuk menutup pelajaran dengan doa. Misalnya: Allah Bapa yang mahabaik, Karena cinta dan kesetiaanMu Engkau selalu menyertai bangsa Israel. Sertailah kami dan jagalah kami sekarang, selalu, dan sepanjang masa. Amin.

3. Pengayaan

Guru dapat memberikan pengayaan, dengan memberikan tugas kepada peserta didik. Misalnya membaca kisah Daud pada Kitab Suci, untuk kemudian menyusun karangan yang berjudul “Raja Daud, Pemimpin Idolaku”

4. Remedial

Guru dapat memberikan kegiatan remedial, dengan memberikan tugas kepada peserta didik, untuk membuat daftar ciri-ciri atau kriteria pemimpin yang baik. Untuk Diingat Tuhan akan selalu setia pada janji-janji-Nya. Tuhan akan senantiasa menyertai kita.