180
No. Pihak-pihak
Terailiasi Hubungan
Sifat Transaksi
Akun Aset
Liabilitas Pendapatan Beban
7. PT Personel
Alih Daya Entitas di
bawah pengaruh
signiikan yang sama
Pengadaan dan jasa penyaluran
kartu selular, utang pengadaan
dan instalasi serta perawatan
perangkat Perseroan dan
jasa tenaga kerja, Akrual pengadaan
dan instalasi serta perawatan
perangkat Perseroan, jasa
tenaga kerja, Reimbursement
biaya,
Pemakaian jasa- jasa instalasi
serta perawatan perangkat
Perseroan. utang usaha,
utang pengadaan,
akrual, utang pihak berelasi,
beban jasa telekomunikasi,
beban karyawan, beban umum
dan administrasi, dan
beban pemasaran
- 73.862
- 156.149
Perjanjian dengan pihak ailiasi dilakukan dengan wajar seperti apabila dilakukan dengan pihak ketiga.
L. ASURANSI
Berikut ini adalah daftar asuransi yang dimiliki Perseroan:
Nama Perseroan
Asuransi Jenis
Asuransi No Polis
Obyek Asuransi Pihak yang
Diasuransikan Jumlah
Pertanggungan Periode
PT Tugu Pratama
Indonesia I n d u s t r i a l
S p e c i a l R
i s
k i n c l u d i n g
B u s i n e s s Interuption
Insurance PUF1300300 Bangunan, isi, pengembangan
gedung yang disewa, peralatan, mesin, stasiun
bumi, jejaring akses permanen, peralatan pengukuran dan
OMC, sambungan di daratan, telecommunication peripherals,
transmisi dan peralatan cross connection equipment, kabel
link submarine, transmisi, peralatan teknis selular, FWA,
peralatan switching, peralatan teknologi informasi, mobil
gerbong OB dan peralatannya, genset yang dapat dipindahkan
dan peralatan serupa, peralatan instalasi mobil ketika dalam
transit, peralatan telekomunikasi lain, saluran pipa, stoik,
benda milik pihak ketiga yang digunakannya, penyimpanan
atau pengendalian properti. Perseroan
AS350.000.000 2 2
November 2013 - 22
November 2014
PT Tugu Pratama
Indonesia S a t e l i t
di Orbit Palapa D
A 2 3 1 U A VIII14
Kerugian, kerusakan atau kegagalan pertanggungan.
Perseroan AS85.187.391
1 September
2014 - 1 September
2015
Ket: Asuransi ini akan berlaku sampai dengan proses tender asuransi industrial special risk berakhir.
Manajemen Perseroan berkeyakinan bahwa perlindungan asuransinya telah sesuai dengan standar yang berlaku di kalangan industri sejenis di Indonesia dan nilai pertanggungan asuransi cukup untuk
menutupi kemungkinan kerugian dari risiko yang dipertanggungkan.
181 Perseroan tidak memiliki hubungan ailiasi dengan masing-masing perusahaan asuransi sebagaimana
dideinisikan dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPM.
M. PERKARA YANG DIHADAPI PERSEROAN, ENTITAS ANAK, DIREKSI, DAN DEWAN KOMISARIS
1. Perkara Kartel SMS Para Pihak
: Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Pemeriksa PT Excelcomindo Pratama, Tbk Terlapor I
PT Telekomunikasi Selular Terlapor II Perseroan Terlapor III
Telkom Terlapor IV Hutchison Terlapor V
BTEL Terlapor VI Mobile-8 Terlapor VII
PT Smart Telecom Terlapor VIII PT Natrindo Telepon Seluler Terlapor IX
Pokok Perkara : Pada 1 November 2007, KPPU mengeluarkan Penetapan Pendahuluan
No.68PENKPPUXI2007 mengenai pemeriksaan pendahuluan terhadap Perseroan dan 8 delapan perusahaan telekomunikasi lainnya yang
diduga melakukan penetapan harga layanan SMS dan pelanggaran atas ketentuan Pasal 5 UU No.5 tahun 1999. Pada tanggal 18 Juni 2008 telah
dibacakan putusan KPPU yang menyatakan bahwa Perseroan bersama pelaku usaha lainnya yaitu PT Hutchison CP Telecommunication dan PT
Natrindo Telepon Selular tidak terbukti melanggar ketentuan pasal 5 UU
No.5 Tahun 1999, sedangkan Excelcomindo, Telkomsel, Telkom, BTEL, Mobile-8 dan PT Smart Telecom dinyatakan melanggar Pasal 5 UU No.5
Tahun 1999. Status Perkara
: Proses banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat oleh Mobile-8 dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan oleh Telkomsel.
2. Perkara Tindak Pidana Korupsi Indar Atmanto Para Pihak
: Indar Atmanto Terdakwa Pokok Perkara
: Pada tanggal 18 Januari 2012, Perseroan dan IM2, Entitas Anak, diperiksa oleh Kejaksaan Agung sehubungan dengan perjanjian kerjasama antara
Perseroan dan IM2 terkait penyediaan layanan internet broadband berbasis 3G. IM2 dituduh menggunakan ijin 3G Perseroan secara ilegal
tanpa membayar biaya frekuensi tahunan, biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi concession fee dan biaya nilai awal tender tender upfront
fee. Namun, berdasarkan Surat Menkominfo No. 65M.KOMINFO022012 tertanggal 24 Februari 2012 mengenai Kepastian Hukum atas Kerjasama
antara Perseroan dan IM2, Perseroan dan IM2 tidak melanggar peraturan perundang-undangan terkait telekomunikasi atas tindakan kerjasama
terkait pita frekuensi radio.
Pada tanggal 8 Juli 2013, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi “Tipikor” menjatuhkan putusan yang menyatakan bahwa Indar Atmanto mantan
Presiden Direktur IM2 bersalah atas tindakannya mewakili IM2 dalam menandatangani dan melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan,
dan dijatuhi hukuman pidana penjara empat tahun serta dikenai denda sebesar Rp200.000.000 jika Indar Atmanto gagal membayar denda, dia
akan dikenai tambahan tiga bulan hukuman penjara. Dalam putusan tersebut, walaupun IM2 belum ditetapkan sebagai tersangka, Tipikor juga
memerintahkan IM2 untuk membayar denda sebesar Rp1.358.343.346.674 sebagai penggantian kerugian negara.
182 Indar Atmanto mengajukan permohonan banding pada tanggal 11 Juli
2013 ke Pengadilan Tinggi Jakarta dan selanjutnya Kejaksaan Agung juga telah menyampaikan permohonan bandingnya pada tanggal 15 Juli
2013. Pada tanggal 10 Januari 2014, Pengadilan Tinggi telah memeriksa berkas perkara dan menegaskan kembali putusan Pengadilan Tipikor.
Pengadilan Tinggi memperberat hukuman penjara Indar Atmanto dari empat tahun menjadi menjadi delapan tahun. Selain itu, hukuman terhadap
IM2 untuk membayar uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674
dihapuskan. Pengadilan Tinggi menganggap IM2 sebagai entitas hukum yang terpisah, sehingga menyatakan bahwa IM2 harus didakwa secara
terpisah mengingat IM2 belum dijadikan tersangka dalam kasus hukum Indar Atmanto.
Permohonan kasasi atas nama Indar Atmanto diajukan pada tanggal 23 Januari 2014 dan memorandum kasasi diajukan oleh pihak pengacara
pada tanggal 7 Februari 2014 ke Mahkamah Agung. Perkara ini telah diputus di Mahkamah Agung, dengan nomor Putusan Mahkamah Agung
No. 696BPKPJK2013 tanggal 10 Juli 2014, dengan amar sebagai berikut:
a menyatakan Indar Atmanto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “korupsi dilakukan secara
bersama-sama”; b menjatuhkan pidana terhadap Indar Atmanto tersebut dengan pidana
penjara selama 8 tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar Rp300.000.000 dan bila denda tersebut tidak dibayar, diganti
kurungan selama 6 bulan; c menghukum PT Indosat Mega Media membayar uang pengganti
sebesar Rp1.358.343.346.674,00 dengan ketentuan apabila PT Indosat Mega Media tidak membayar uang pengganti tersebut paling
lambat 1 bulan sesudah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta benda PT Indosat Mega Media disita oleh Jaksa dan
dilelang untuk membayar uang pengganti tersebut;
d menetapkan lamanya penahanan kota yang pernah dijalani oleh Indar Atmanto dikurangkan seluruhnya;
e memerintahkan Indar Atmanto untuk ditahan. Status Perkara
: Berkekuatan hukum tetap 3. Perkara Tindak Pidana Korupsi Perseroan dan IM2 sebagai Korporasi
Para Pihak : Perseroan Tersangka
IM2 Tersangka Pokok Perkara
: Sebagai akibat dari perkara tindak pidana korupsi dengan terdakwa Indar Atmanto, Perseroan dan IM2 telah ditetapkan sebagai tersangka
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan No.Print-01F.2Fd.1012013 tanggal 3 Januari 2013 dan No.Print-02F.2Fd.1012013 tanggal 3
Januari 2013.
Status Perkara : Dalam proses penyidikan
183 4. Perkara Pajak
a. Perkara PPh Badan tahun 2004 Para Pihak
: Perseroan Penggugat Direktur Jenderal Pajak Tergugat
Pokok Perkara : Perseroan memperoleh Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB
Pajak Penghasilan Badan tahun 2004 No: 00964060405106 tanggal 4 Desember 2006 yang menyatakan penghasilan kena pajak Perseroan
adalah Rp813.188.819.316. Perseroan mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak dengan Keputusan No.
KEP-539WPJ.19BD.052008 tanggal 24 Desember 2008. Perseroan selanjutnya mengajukan gugatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas
surat No. S-824WPJ.19KP.03072010. Pengadilan Pajak membatalkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
berupa surat nomor: S-824WPJ.19KP.03072010 tanggal 28 Juni 2010 mengenai Penolakan Permohonan Penerbitan Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga SKPIB dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga SPMIB terkait SKPLB PPh Badan tahun 2004 No.
00964060405106 tanggal 4 Desember 2006.
Status Perkara : Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung
b. Perkara PPh Badan tahun 2005 Para Pihak
: Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara : Perseroan mengajukan banding atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 No. 000434060505107 tanggal 27 Maret 2007 yang telah dibetulkan dengan keputusan
No: KEP-00066WPJ.19KP.03032007 tanggal 10 Mei 2007 yang menyatakan penghasilan kena pajak sebesar Rp1.084.656.040.000
Pada tanggal 29 Oktober 2010, Perseroan menerima Surat Putusan dari Pengadilan Pajak No. PUT-26622PPM.II152010 yang
menerima banding Perseroan pada bulan Agustus 2008 atas revisi pajak penghasilan badan Perseroan untuk tahun 2005 sejumlah
Rp38.155 juta, yang dikompensasi dengan kekurangan pembayaran atas pajak penghasilan pasal 26 Perseroan untuk tahun 2008 dan
2009 berdasarkan STP yang diterima oleh Perseroan pada tanggal 17 September 2010.
Status Perkara : Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung
184 c. Perkara PPN tahun 2009
Para Pihak : Perseroan PenggugatPemohon Banding
Direktur Jenderal Pajak TergugatTerbanding0 Pokok Perkara
: Pada tanggal 21 April 2011, Perseroan menerima surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB No. 002382070905111 tanggal 21
April 2011 dari DJP untuk pajak pertambahan nilai Perseroan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2009 sejumlah Rp182.800
juta termasuk denda, yang telah dibayarkan pada tanggal 15 Juli 2011. Perseroan menerima sebagian dari koreksi sebesar Rp4.160
juta, yang dibebankan pada usaha tahun 2011, yang menyisakan saldo sebesar Rp178.640 juta dimana Perseroan menyampaikan
keberatannya atas jumlah tersebut. Pada tanggal 19 Juli 2011, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait
sisa koreksi pajak pertambahan nilai Perseroan untuk periode tersebut. Pada tanggal 4 Juni 2012, Perseroan menerima surat keputusan dari
DJP yang menolak keberatan Perseroan dan berdasarkan audit DJP, DJP mengenakan kurang bayar tambahan kepada Perseroan untuk
periode Januari, Maret, April, Juni, Agustus sampai Desember 2009 sebesar Rp57.166 juta dan kelebihan pembayaran untuk periode bulan
Februari, Mei dan Juli 2009 sejumlah Rp4.027 juta. Pada tanggal 4 Juli 2012, Perseroan membayar kurang bayar tambahan sebesar Rp57.166
juta. Pada tanggal 24 Agustus 2012 dan 31 Agustus 2012, Perseroan menerima kelebihan pembayaran sebesar masing-masing Rp3.839
juta dan Rp188 juta. Pada tanggal 3 September 2012, Perseroan mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak mengenai koreksi PPN
Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2009 sebesar Rp231.778 juta terdiri dari klaim awal sebesar Rp178.640 juta dan
ketetapan pajak kurang bayar atas PPN sebesar Rp57.166 juta yang telah dikurangin dengan kelebihan bayar PPN yang telah dikembalikan
sebesar Rp4.027 juta. Pada tanggal 12 Februari, 19 Februari dan 20 Februari 2014, Perseroan menerima putusan dari Pengadilan Pajak
No. Put.50289PPM.II162014 yang mengabulkan banding Perseroan untuk PPN periode Januari - Desember 2009 sejumlah Rp235.939,
namun demikian Pengadilan Pajak juga mengenakan kurang bayar atas PPN terpisah sebesar Rp180.930 juta, yang menyisakan saldo
sebesar Rp55.009, juta dimana Perseroan memenuhi syarat atas pengembalian. Pada tanggal 15 April dan 23 April 2014, Perseroan
telah menerima sisa saldo pengembalian pajak sejumlah Rp53.279 setelah disalinghapuskan dengan kurang bayar Perseroan atas pajak
penghasilan Pasal 21 yang sudah dibayar pada tanggal 17 April 2014.
Status Perkara : Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung
185 d. Perkara PPh Badan tahun 2009
Para Pihak : Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada tanggal 21 April 2011 Perseroan menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLBNo. 00294060905111 tanggal 21 April
2011 dari DJP untuk pajak penghasilan badan dari Perseroan untuk tahun 2009 sebesar Rp29.271.657.786, jumlah mana lebih rendah dari
yang diakui oleh Perseroan di dalam laporan keuangannya sebesar Rp95.677 juta, sehingga menyisakan saldo sebesar Rp66.405 juta.
Perseroan menerima sebagian koreksi sebesar Rp835 juta, yang mana telah dibebankan kepada usaha tahun 2011. Pada tanggal 31 Mei
2011, Perseroan menerima pengembalian pajak sebesar Rp23.695 juta, jumlah bersih dari koreksi pajak pertambahan nilai untuk periode
dari Januari sampai Desember 2009 yang diterima oleh Perseroan. Pada tanggal 20 Juli 2011, Perseroan mengajukan surat keberatan
kepada Kantor Pajak terkait koreksi sisanya atas pajak penghasilan badan Perseroan di tahun 2009. Pada tanggal 29 Juni 2012, Perseroan
menerima Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-864 WPJ.192012 dari DJP yang menolak keberatan Perseroan. Pada
tanggal 21 September 2012, Perseroan mengajukan surat banding ke Pengadilan Pajak terkait keberatan Perseroan untuk koreksi pajak
penghasilan Perseroan untuk tahun iskal 2009. Status Perkara
: Proses banding ke Pengadilan Pajak e. Perkara PPN tahun 2010
Para Pihak : Perseroan Pemberi Keberatan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada tanggal 3 Juli 2012, Perseroan menerima surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB No. 004252071009212 dari DJP atas PPN
Perseroan untuk periode Maret 2010 sebesar Rp28.545 juta, dimana jumlah tersebut lebih rendah dari yang diklaim oleh Perseroan dalam
surat pemberitahuan pajak penghasilan sebesar Rp37.153 juta, dan surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB atas PPN Perseroan
untuk periode Januari, Februari dan April hingga Desember 2010 sebesar Rp98.011 juta termasuk denda. Pada tanggal 2 Agustus
2012, Perseroan membayar kurang bayar sebesar Rp98.011 juta. Pada tanggal 24 Agustus 2012, Perseroan menerima kelebihan
pembayaran sebesar Rp28.545 juta dari DJP. Pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2012, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor
Pajak mengenai surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB dan surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB atas PPN Perseroan untuk
periode Januari-Desember 2010 sebesar Rp106.619 juta. Pada tanggal 17 September 2013 dan 26 September 2013, Perseroan menerima
surat keputusan dari DJP yang menolak keberatan Perseroan dan DJP mengenakan pajak kurang bayar tambahan untuk periode Januari
sampai Desember 2010 sejumlah Rp93.167 juta, yang dibayarkan pada tanggal 16 Oktober 2013 dan 25 Oktober 2013. Pada tanggal
10 Desember 2013, Perseroan menyampaikan surat banding kepada Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi atas PPN Perseroan
untuk periode Januari sampai Desember 2010 dengan total sejumlah Rp199.786 juta.
Status Perkara : Dalam proses pemeriksaan Pengadilan Pajak.
186 f. Perkara PPh Badan tahun 2011
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada tanggal 26 Juni 2013, Perseroan menerima surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB No. 00564061109213 dari DJP untuk pajak penghasilan
badan untuk tahun 2011 sejumlah Rp97.600 juta, yang diterima pada tanggal 14 Agustus 2013. Berdasarkan surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB
ini, Kantor Pajak melakukan dua koreksi sejumlah Rp409.921 juta, yang menurunkan rugi pajak Perseroan yang diakumulasi per tanggal 31 Desember
2011. Pada tanggal 23 September 2013, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Pengadilan Pajak atas dua koreksi ini sejumlah Rp409.921
juta. Namun demikian, pada tanggal 16 Oktober 2013, Perseroan mengajukan surat untuk membatalkan keberatan atas satu koreksi sejumlah Rp165.944
juta. Per tanggal 24 April 2014, Perseroan sudah menerima Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-1756WPJ.192014 atas permohonan keberatan
tersebut pada tanggal 4 September 2014. Keputusan tersebut mengabulkan sebagian permohonan Perseroan.
Status Perkara :
Perseroan berniat mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
g. Perkara PPN Januari - Desember 2011 Para Pihak
: Perseroan Penggugat Direktur Jenderal Pajak Tergugat
Pokok Perkara : Pada tanggal 26 Juni 2013, Perseroan juga menerima surat ketetapan
pajak kurang bayar SKPKB No. 003452071109213 dari DJP atas PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2011
sejumlah Rp133.160 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh Perseroan pada tanggal 24 Juli 2013. Perseroan menerima sebagian
dari koreksi sejumlah Rp2.069 juta, yang dibebankan pada kegiatan usaha tahun 2013. Pada tanggal 23 September 2013, Perseroan
mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait dengan sisa koreksi atas PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember
2011.
Status Perkara : Keberatan ditolak oleh Direktur Jenderal Pajak
h. Perkara PPN Januari - Desember 2012 Para Pihak
: Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara : Pada tanggal 4 September 2013, Perseroan menerima surat ketetapan
pajak kurang bayar SKPKB No. 000232071209213 dari DJP untuk PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2012
sejumlah Rp148.161 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh Perseroan pada tanggal 3 Oktober 2013. Pada tanggal 29 November
2013, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak sehubungan dengan PPN Perseroan untuk periode tersebut sejumlah
Rp148.161 juta.
Status Perkara : Keberatan ditolak Direktur Jenderal Pajak
i. Perkara PPh Badan tahun 2007 dan 2008
Para Pihak : Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada tanggal 27 Desember 2013, Perseroan menerima surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB No. 000052060709213 dan SKPKB
No. 00142060809213 dari DJP untuk pajak penghasilan badan Perseroan tahun 2007 dan 2008 masing-masing sejumlah Rp110.413
juta dan Rp97.132 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh Perseroan pada tanggal 24 Januari 2014. Pada tanggal 20 Maret
2014, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak sehubungan dengan kurang bayar tersebut.
Status Perkara : Dalam proses pengajuan keberatan ke Direktur Jenderal Pajak.
187 5. Perkara Pidana No. 926XI2013PMJDitreskrimum tanggal 4 November 2014
Para Pihak : Unit III Subditkamneg di kantor Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda
Metro Jaya Penyidik Alexander Rusli Saksi
Indar Atmanto Saksi Pokok Perkara
: Denny AK melaporkan secara pidana Alexander Rusli dan Indar Atmanto
di Bareskrim Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik danatau pemberitahuan palsu kepada penguasa karena terdapat pemberitaan
mengenai pemerasan yang dilakukan oleh Denny AK kepada Perseroan. Pada tanggal 27 Februari 2014, Bapak Alexander Rusli diminta
menghadap Polda Metro Jaya guna dimintai keterangannya sebagai saksi dalam perkara tindak pidana Pemberitahuan Palsu Kepada Penguasa,
Selanjutnya, pada tanggal 18 Maret 2014, Polda Metro Jaya mengirimkan Surat Panggilan I No. S.Pgl1258III2014Dit.Reskrimsus kepada Indar
Armanto untuk menghadap para penyidik Unit II Subdit IV, Cyber Crime, Direktorat Reserse Kriminal Khusus pada hari Rabu, 26 Maret 2014.
Indar Armanto akan dipanggil guna dimintai keterangannya sebagai saksi dalam perkara tindak pidana pencemaran nama baik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 310 KUHP danatau pasal 311 KUHP danatau pasal 45 ayat 1 jo pasal 27 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang diketahui terjadi sekitar Tahun 2012 sampai dengan 2013 di Jakarta. Kapasitas Indar Armanto adalah
untuk menjelaskan seputar pemberitaan baik di media cetak dan media online seta gambar yang memuat nama Denny Andrian Kusdayat sebagai
pelapor kasus korupsi 3G IM2 dan Perseroan.
Status Perkara : Penyidikan oleh Polda Metro Jaya
6. Perkara Perdata No. 398Pdt.G2014PN.Jkt.Pst tanggal 13 Agustus 2014 Para Pihak
: Denny Andrian Kusdayat, S.H Penggugat Alexander Rusli Tergugat I
Setyanto P Santosa Tergugat II Nonot Harsono Tergugat III
Pokok Perkara :
Sebagai kelanjutan dari perkara di atas, Alexander Rusli, Setyanto P. Sentosa dan Nonot Harsono digugat secara perdata karena melakukan
perbuatan melawan hukum berupa itnah yang merugikan nama baiknya. Pada tanggal 27 Februari 2014, Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat mengirimkan Relaas Panggilan Sidang No. 398Pdt.G2014 PN.Jkt.Pst kepada Setyanto P. Santosa, selaku ketua umum Masyarakat
Telekomunikasi dan Tergugat II dalam perkara, untuk menghadap di persidangan umum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Jl. Gadjah Mada
No. 17, Jakarta Pusat pada hari Selasa, 16 September 2014.
Status Perkara : Proses mediasi di persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
7. Perkara Penyalahgunaan Keuangan Negara Para Pihak
: Deputi Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP Bidang Investigasi PembandingTergugat
Tim Penerbut LHPKKN Tergugat II Ir. Indar Atmanto TerbandingPenggugat
Perseroan Penggugat II Intervensi I IM2 Penggugat II Intervensi II
188 Pokok Perkara
: Pada tanggal 1 Mei 2013, Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN mengeluarkan Putusan No. 231G2012PTUN-JKT atas gugatan Ir.
Indar Atmanto, Perseroan, dan IM2 melawan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP. Perkara ini terkait dnegan Laporan
Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan Negara LHPKKN oleh BPKP. Putusan PTUN ini i mengabulkan gugatan para penggugat sebagian;
ii menyatakan tidak sah Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi No. SR-1024D6012012 tanggal 9 November 2012; iii memerintahkan
pencabutan Surat Deputi Kepala BPKP; dan iv menolak gugatan penggugat selebihnya.
Putusan PTUN Jakarta dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara melalui Putusan No. 167B203PT.TUN.JKT pada tanggal 28
Januari 2014 yang meniadakan alasan kerugian negara. Pada tanggal 21 Juli 2014, Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi BPKP dan
menguatkan putusan PTUN.
Status Perkara : Berkekuatan hukum tetap
Seluruh perkara-perkara yang sedang berlangsung di atas tidak memiliki dampak yang bersifat material terhadap kelangsungan usaha Perseroan danatau Entitas Anak serta rencana Penawaran Umum.
N. ASET TETAP YANG DIMILIKI PERSEROAN