UMUM Pengeluaran Barang Modal

40

A. UMUM

Produk dan layanan utama Perseroan pada saat ini diantaranya adalah Selular, Telekomunikasi Tetap dan MIDI. Pendapatan terbesar Perseroan terbesar berasal dari jasa selular dengan persentase pendapatan mencapai 80,6 dari total pendapatan Perseroan pada periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Sedangkan untuk Telekomunikasi Tetap dan MIDI, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 4,7 dan 14,7 terhadap total pendapatan Perseroan pada periode yang sama. Dengan keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh Perseroan lebih dari 40 tahun dalam industri telekomunikasi, Perseroan selalu berusaha untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi terdepan di Indonesia dengan memberikan produk-produk dan layanan terbaik kepada para pelanggan. Manajemen Perseroan memiliki keyakinan bahwa dengan dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas dan sumber daya modal yang dimiliki oleh Perseroan pada saat ini akan mampu memberikan kunci sukses kepada Perseroan untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan Perseroan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL OPERASIONAL DAN KONDISI KEUANGAN

Hasil operasional dan kondisi keuangan Perseroan dipengaruhi dan akan terus dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut:

1. Basis Pelanggan Selular dan Pola Pemakaian Selular

Jumlah pelanggan selular Perseroan dan pemakaian jasa selular secara langsung mempengaruhi pendapatan selular Perseroan begitu juga dengan beban usaha Perseroan, termasuk beban interkoneksi dan beban penyusutan dan amortisasi. Untuk memenuhi permintaan atas layanan Perseroan yang semakin meningkat, Perseroan kemungkinan harus memperluas cakupan dan kapasitas jaringan selular Perseroan, yang memerlukan tambahan pengeluaran barang modal. Peningkatan dalam pengeluaran barang modal Perseroan mempengaruhi arus kas, beban bunga dan beban penyusutan Perseroan. Perseroan adalah salah satu dari tiga penyedia jasa selular yang terbesar di Indonesia, bila diukur dari jumlah pelanggan selular, dengan 59,6 juta pelanggan per tanggal 31 Desember 2013. Jumlah pelanggan selular Perseroan meningkat sekitar 13,1 dari 51,7 juta per tanggal 31 Desember 2011 menjadi 58,5 juta per tanggal 31 Desember 2012 dan sekitar 1,9 menjadi 59,6 juta per tanggal 31 Desember 2013. Di Indonesia telepon selular telah menjadi alat utama untuk telekomunikasi, baik untuk panggilan suara maupun untuk pemakaian internet. Lebih dari 40 dari total pendapatan selular Perseroan pada tahun 2013 berasal dari panggilan suara, namun pertumbuhan popularitas dari smartphone, popularitas dari situs jejaring sosial dan perkembangan konten online populer lainnya, telah berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan Perseroan pada tahun-tahun terakhir.

2. Kompetisi

Perseroan menghadapi kompetisi yang sangat ketat pada seluruh segmen usaha Perseroan. Kompetisi tersebut diantaranya berakibat kepada tarif yang dapat Perseroan bebankan atas jasa, permintaan dan penggunaan jasa Perseroan serta marjin usaha dan hasil usaha Perseroan. Bisnis layanan selular di Indonesia telah menjadi sangat kompetitif, sebagaimana terlihat dengan adanya program akuisisi besar-besaran atas pelanggan selular di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Secara historis, kompetisi pada industri selular utamanya didasarkan kepada cakupan jaringan, kualitas teknis, harga, ketersediaan layanan data dan itur-itur khusus serta kualitas dan layanan pelanggan. Sejak tahun 2007, kompetisi semakin terfokus pada harga, dimana seluruh operator, termasuk Perseroan, mulai menawarkan berbagai promosi potongan harga untuk menarik pelanggan, yang Perseroan percayai menyebabkan terjadinya churn rate yang tinggi. Tingkat churn rate pelangggan yang tinggi di Indonesia menyebabkan terjadinya peningkatan sensitiitas harga para pelanggan, terutama pelanggan pra-bayar dan rendahnya biaya perpindahan pelanggan pasca bayar akibat pengikatan kontraktual terbatas. Sejak akhir tahun 2009, Perseroan yakin bahwa fokus pasar kepada harga yang merupakan 41 kunci utama terjadinya seleksi produk oleh pelanggan telah menurun dan para pelanggan kembali terfokus pada pendorong historis yaitu cakupan jaringan, kualitas teknis, harga, ketersediaan layanan data dan itur-itur khusus. Berdasarkan estimasi internal Perseroan, ketiga penyelenggara mayoritas layanan nirkabel di Indonesia, Telkomsel, XL dan Perseroan, secara bersama-sama menguasai hampir 80 pangsa pasar jasa selular di Indonesia pada tahun 2013. Perseroan berkompetisi dengan Telkomsel dan XL terutama pada cakupan jaringan, kualitas layanan dan harga. Dengan basis pelanggan “on-net” yang lebih besar dan penawaran harga yang lebih menarik bagi panggilan on-net, Perseroan percaya bahwa jumlah pelanggan Perseroan akan memberikan keuntungan kompetitif yang signiikan terhadap penyelenggara selular kecil lainnya, mengingat Perseroan tidak perlu membayar biaya interkoneksi kepada pihak ketiga. Kompetisi pada jasa MIDI juga semakin meningkat. Dalam beberapa tahun ini, kompetisi antar penyelenggara layanan komunikasi data semakin meningkat, yang utamanya disebabkan oleh penerbitan berbagai lisensi baru setelah terjadinya deregulasi pada industri telekomunikasi di Indonesia. Selain itu layanan satelit Perseroan yang terutama terdiri dari penyewaan transponder kepada broadcaster dan penyelenggara telekomunikasi layanan VSAT, selular dan SLI serta ISP menghadapi kompetisi dari penyelenggara asing dan domestik yang memberikan layanan pada basis pelanggan yang sama. Perseroan tidak lagi menjadi satu-satunya penyelenggara jasa SLI tradisional di Indonesia yaitu non VoIP. Pemerintah dapat menerbitkan lisensi baru untuk jasa SLI kepada operator telekomunikasi lainnya yang akan menyebabkan meningkatnya kompetisi pada layanan telekomunikasi tetap. Perseroan menyadari bahwa kompetisi segmen-segment usaha Perseroan akan terus meningkat. Kompetisi telah dan akan memberikan dampak pada hasil operasi dan kondisi keuangan Perseroan.

3. Tingkat Tarif dan Harga

Berdasarkan peraturan yang berlaku, Menkominfo menetapkan formula tarif yang menentukan jumlah maksimum yang dapat dibebankan oleh operator atas layanan telekomunikasi tetap dan selular. Namun demikian, Menkominfo mengijinkan operator telekomunikasi tetap dan selular, termasuk Perseroan, untuk menawarkan paket-paket promosi yang menawarkan harga yang lebih rendah daripada tarif plafon yang ditentukan oleh Menkominfo berdasarkan formula tarif. Saat ini Perseroan menetapkan harga kepada layanan selular Perseroan berdasarkan berbagai program promosi yang sedang berlangsung yang dimaksudkan untuk menarik pelanggan-pelanggan baru, menstimulasi permintaan dan meningkatkan posisi saing Perseroan. Perubahan dalam struktur harga Perseroan, baik sebagai akibat dari kebijakan tarif Pemerintah atau sebagai tanggapan terhadap persaingan, dapat berdampak bagi pendapatan, hasil usaha dan keadaan keuangan Perseroan. Sebagai contoh, pada tanggal 12 Desember 2011, Pemerintah melalui BRTI mengeluarkan Surat No.262BRTIXII2011, yang mengubah tarif untuk layanan pesan singkat short messages services atau sms dari skema “sender-keeps all” menjadi skema berbasis biaya cost-based yang efektif pada tanggal 1 Juni 2012. Sebelumnya, tarif untuk layanan SMS termasuk SMS dan SMS nilai tambah menggunakan skema “sender-keeps all”, dimana Perseroan memperoleh pendapatan kapanpun salah satu pelanggan selular Perseroan mengirim SMS, namun tidak ketika salah satu pelanggan selular operator telekomunikasi lain mengirim sebuah SMS kepada salah satu pelanggan selular Perseroan. Berdasarkan skema berbasis biaya saat ini, Perseroan mencatat pendapatan dari biaya interkoneksi terutang dari operator lain ketika salah satu pelanggan selular Perseroan menerima sebuah SMS dari pelanggan di jaringan lain. Jika salah satu pelanggan selular Perseroan mengirimkan SMS kepada penerima di jaringan lain sebuah SMS “off-network”, Perseroan mencatat pendapatan untuk biaya SMS yang terutang dari pelanggan Perseroan dan Perseroan akan mencatat beban untuk biaya interkoneksi yang terutang kepada operator jaringan lain. Perseroan berharap untuk memulihkan setiap biaya interkoneksi yang terjadi ketika salah satu pelanggan Perseroan mengirimkan SMS off-network melalui pembebanan biaya yang lebih besar kepada pelanggan tersebut, sementara Perseroan mempertahankan struktur harga Perseroan sekarang ini untuk SMS 42 yang masuk ke jaringan Perseroan. Perseroan mengantisipasi bahwa peningkatan biaya untuk SMS off-network yang dibebankan kepada pelanggan Perseroan akan mengubah traik SMS dari off-network ke on-network, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya interkoneksi yang akan Perseroan alami. Perseroan tidak dapat meyakinkan, bahwa Perseroan akan dapat memulihkan sepenuhnya semua biaya interkoneksi yang akan Perseroan bayarkan, atau pendapatan yang dihasilkan dari biaya interkoneksi yang Perseroan terima dari operator lain akan sepenuhnya mencakup offset biaya interkoneksi yang akan Perseroan bayar, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan pada laba usaha dari layanan selular Perseroan.

4. Ekonomi Indonesia

Perseroan percaya bahwa pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia sebagian didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir-akhir ini, dan permintaan atas jasa-jasa tersebut akan berlanjut, karena perekonomian Indonesia terus berkembang dan termodernisasi. Kinerja dan kualitas serta pertumbuhan jumlah pelanggan dan penawaran layanan Perseroan tergantung pada kesehatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

5. Transaksi Penjualan Menara

Pada tanggal 7 Februari 2012, Perseroan menandatangani Perjanjian Penjualan Aset dengan TBIG dan anak perusahaannya, PT Solusi Menara Indonesia bersama-sama disebut “Tower Bersama”, dimana Perseroan setuju untuk menjual 2.500 dari menara telekomunikasi miliknya kepada Tower Bersama sebesar AS518,5 juta, yang terdiri dari pembayaran dimuka dengan nilai wajar sebesar AS406 juta dan pembayaran potensial maksimal sebesar AS112,5 juta yang masih ditangguhkan. Pembayaran dimuka mencakup pembayaran secara tunai dan saham baru TBIG tidak kurang dari 5 dari peningkatan modal saham TBIG setelah penerbitan saham baru oleh TBIG. Berdasarkan perjanjian tersebut, Perseroan juga setuju untuk menyewa kembali sebagian ruang space dari 2.500 menara telekomunikasi untuk jangka waktu 10 tahun dengan harga sewa bulanan tetap sebesar AS1.300 per menara. Pada tanggal 2 Agustus 2012, Perseroan dan Tower Bersama menyelesaikan transaksi penjualan dan penyewaan kembali dari 2.500 menara telekomunikasi. Pembayaran yang dilakukan pada saat penutupan adalah sebesar AS 429,4 juta yang terdiri dari dana tunai sebesar AS326,3 juta dan 5 kepemilikan saham di TBIG, yang memiliki nilai wajar sebesar AS 103,1 juta per tanggal 2 Agustus 2012. Total pembayaran diterima pada saat penutupan sebesar AS429,4 juta senilai dengan sekitar Rp4.070.187 juta dialokasikan untuk penjualan aset tetap sebesar Rp3.870.600 juta dan sisanya dialokasikan untuk sewa lahan prabayar dan kontrak sewa menara yang ada atas 2.500 menara. Total jumlah dari komponen yang dapat diidentiikasi secara terpisah dari transaksi pada tanggal penutupan adalah sejumlah Rp1.534.494 juta, yang mencakup jumlah aset tetap tercatat dijual pada tanggal penutupan transaksi sebesar Rp1.372.674 juta. Pada tanggal penutupan, Perseroan mencatat kelebihan harga penjualan atas jumlah tersebut sebesar Rp2.535.693 juta termasuk Rp2.497.926 juta dari penjualan aset tetap sebagai “Laba dari Penjualan Menara” sebesar Rp1.125,2 juta, dan “Laba dari Penjualan dan Sewa Kembali yang Ditangguhkan” sebesar Rp1.410,5 miliar. Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan mencatat total laba dari penjualan menara sebesar Rp1.183.963 juta sebagai “Laba Penjualan Menara”. Transaksi penjualan dan sewa kembali telah dicatatkan sebagai sewa pembiayaan, sebesar Rp58.771 juta dari pendapatan yang ditangguhkan telah diamortisasi dalam laporan laba rugi pada tahun 2012. Pendapatan yang ditangguhkan akan diamortisasi atas jangka waktu sewa untuk periode selama 10 tahun. Per tanggal 31 Desember 2013, setelah amortisasi satu tahun sisa saldo dari pendapatan yang ditangguhkan dari transaksi penjualan dan sewa kembali adalah sejumlah Rp1.069,6 miliar. Pada tanggal 19 Maret 2014, Perseroan melepaskan sisa kepemilikan saham Perseroan dalam TBIG untuk nilai penjualan kotor total sebesar Rp1.391,0 miliar Perseroan menerima nilai bersih Rp1.379,1 miliar setelah dikurangi biaya-biaya. Untuk informasi lebih lanjut lihat Bab IX Prospektus ini, subbab mengenai Pelepasan atas Seluruh Kepemilikan Perseroan Dalam TBIG. 43

6. Pengeluaran Barang Modal

Penyediaan jasa telekomunikasi bersifat padat modal. Untuk dapat terus bersaing, Perseroan harus terus-menerus melakukan perluasan, memodernisasi dan memperbarui teknologi Perseroan, yang memerlukan pengeluaran barang modal yang besar. Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2012 dan 2013, pengeluaran barang modal konsolidasi aktual Perseroan masing- masing berjumlah total Rp6.511,3 miliar, Rp8.396,6 miliar dan Rp9.371,0 miliar. Untuk tahun 2014, Perseroan berencana untuk mengalokasikan kurang lebih Rp9.307,0 miliar untuk pengeluaran barang modal baru. Sebelumnya, Perseroan telah membiayai pengeluaran barang modal melalui sumber internal dan arus kas dari kegiatan usaha Perseroan, dan juga dari utang pembiayaan melalui pinjaman bank dan pasar modal. Pada tahun 2014, Perseroan berencana untuk memusatkan perhatian pada modernisasi atas jaringan selular Perseroan di Jababodetabek, bagian lain dari Jawa termasuk Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Sukabumi dan Garut dan di beberapa kota di luar Jawa termasuk Medan, Banjarmasin, Lampung, Batam dan Palembang. Perseroan mengharapkan untuk terus membiayai pengeluaran barang modal melalui sumber-sumber tersebut. Selain itu, Perseroan juga menggunakan sebagian dari pendapatan tunai dari Transaksi Penjualan Menara yang selesai pada tahun 2012 untuk membiayai pengeluaran barang modal Perseroan pada tahun 2013. Perseroan menghadapi risiko likuiditas apabila peristiwa-peristiwa tertentu terjadi, termasuk namun tidak terbatas pada, lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari yang Perseroan harapkan, menurunnya peringkat utang Perseroan, atau menurunnya kinerja keuangan atau rasio keuangan Perseroan. Apabila Perseroan tidak mendapatkan jumlah yang dibutuhkan untuk mendukung rencana pengeluaran barang modal Perseroan untuk tahun 2014, Perseroan mungkin tidak dapat memperbaiki atau memperluas infrastruktur telekomunikasi selular Perseroan atau memperbarui teknologi Perseroan yang dibutuhkan untuk tetap bersaing dalam pasar telekomunikasi Indonesia, dimana hal tersebut dapat berdampak bagi keadaan keuangan, hasil usaha serta prospek Perseroan. Selain itu, perubahan yang tidak diharapkan dalam teknologi, permintaan kapasitas jaringan yang lebih besar dari pelanggan Perseroan dan tanggapan kepada usaha dan inovasi produk dari pesaing Perseroan dapat mengharuskan Perseroan untuk meningkatkan pengeluaran barang modal Perseroan, yang dapat berdampak bagi pendapatan, hasil usaha dan keadaan keuangan Perseroan.

7. Ketidak stabilan Nilai Tukar Valuta Asing

Nilai mata uang Rupiah telah meningkat secara signiikan selama dekade terakhir dari nilai terendah yaitu sekitar Rp17.000 per Dolar AS selama krisis keuangan Asia. Selama periode antara tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan tanggal 30 Juni 2014, kurs tengah RupiahDolar AS yang diumumkan oleh Bank Indonesia berkisar dari nilai terendah Rp12.331 per Dolar AS sampai dengan nilai tertinggi yaitu Rp8.418 per Dolar AS dan selama tahun 2014 sampai periode 30 Juni 2014, nilai tukar tengah RupiahDolar AS yang diumumkan oleh Bank Indonesia berkisar dari nilai terendah Rp12.267 per Dolar AS sampai dengan nilai tertinggi yaitu Rp11.271 per Dolar AS. Nilai tukar tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2013 dan pada tanggal 30 Juni 2014 adalah sebesar Rp12.189 per Dolar AS dan Rp11.969 per Dolar AS. Meskipun sebagian besar dari pendapatan Perseroan dalam mata uang Rupiah, sebagian kecil pendapatan Perseroan dalam mata uang Dolar AS. Selain itu, sebagian besar dari pinjaman, pengeluaran barang modal dan beban usaha Perseroan, termasuk pembayaran bunga untuk Guaranteed Notes Jatuh Tempo Tahun 2020, adalah dalam mata uang selain dari Rupiah, terutama Dolar AS. Pada tanggal 30 Juni 2014, 51 dari pinjaman Perseroan adalah dalam mata uang Rupiah, dan sisanya adalah dalam mata uang Dolar AS. Melemahnya nilai Rupiah terhadap Dolar AS mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha Perseroan karena, antara lain nilai Rupiah dari beban yang harus dibayarkan dalam mata uang Dolar AS akan meningkat karena faktor tersebut sehingga Perseroan harus mengkonversi mata uang Rupiah yang lebih banyak lagi guna membayar kewajiban Perseroan dalam Dolar AS. Sebaliknya, meningkatnya nilai Rupiah terhadap dolar AS mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha Perseroan karena, di antaranya, hal tersebut menyebabkan penurunan pendapatan dari panggilan incoming internasional yang dilakukan oleh pengguna layanan operator asing, roaming oleh pelanggan operator asing di Indonesia dan pendapatan dari jasa MIDI dan sewa transponder satelit Perseroan. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 44 Desember 2011, Perseroan mencatat laba nilai tukar valuta asing-bersih sebesar Rp36,7 miliar, untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan mencatat rugi nilai tukar valuta asing bersih sebesar Rp744,6 miliar, untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, Perseroan mencatat rugi nilai tukar valuta asing-bersih sebesar Rp2.786,9 miliar, dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan mencatat laba nilai tukar valuta asing-bersih sebesar Rp133,6 miliar. Sebagai tambahan, sebagian dari aset dan kewajiban moneter Perseroan dapat terkena dampak risiko mata uang asing. Aset moneter ini terutama terdiri dari kas, setara kas, dan piutang usaha dari operator asing, dan piutang usaha dalam mata uang asing. Kewajiban moneter Perseroan yang dapat terkena dampak risiko mata uang asing terdiri dari utang pengadaan, utang jangka panjang dan utang obligasi yang timbul akibat kewajiban yang berkaitan dengan pengeluaran barang modal. Tingkat aset moneter bersih Perseroan sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah panggilan masuk yang melebihi jumlah panggilan keluar dalam usaha SLI Perseroan dan pendapatan dari mata uang asing Perseroan. Perseroan tidak dapat memberikan kepastian bahwa Perseroan dapat berhasil mengelola tingkat risiko valuta asing Perseroan di kemudian hari ataupun bahwa Perseroan tidak akan terus-menerus terkena dampak risiko valuta asing. Risiko Perseroan terhadap luktuasi nilai tukar valuta asing, terutama terhadap mata uang Dolar AS, dapat meningkat jika Perseroan mengadakan utang tambahan dalam mata uang Dolar AS untuk membiayai rencana pengeluaran barang modal Perseroan. Pada bulan Februari, Maret 2009 dan Juni 2012, Perseroan mendapatkan persetujuan untuk mengubah beberapa ketentuan dalam instrumen dan perjanjian utang Perseroan untuk memberikan tambahan leksibilitas dalam kewajiban Perseroan untuk mempertahankan ketentuan rasio utang terhadap ekuitas, utang terhadap EBITDA dan EBITDA terhadap beban bunga. Sementara Perseroan percaya bahwa perubahan tersebut akan memberikan ruang yang cukup jika terjadi ketidakstabilan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, Perseroan tidak dapat memastikan tidak terjadinya ketidakstabilan di masa mendatang dan tidak terjadinya ketidakstabilan yang lebih kuat dibandingkan yang dialami dalam 12 bulan terakhir, yang dapat mengakibatkan pelanggaran persyaratan keuangan Perseroan.

8. Provisi atas kasus litigasi

Pada tanggal 18 Januari 2012, Perseroan dan IM2, entitas anak, diperiksa oleh Kejaksaan Agung sehubungan dengan perjanjian kerjasama antara Perseroan dan IM2 terkait penyediaan layanan internet broadband berbasis 3G. IM2 dituduh menggunakan ijin 3G Perseroan secara ilegal tanpa membayar biaya frekuensi tahunan, biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi concession fee dan biaya nilai awal tender tender upfront fee , Sehubungan dengan Petikan Putusan Mahkamah Agung atas kasus pidana, yang diterima pada tanggal 16 September 2014; Perseroan membukukan penyisihan untuk liabilitas terkait kasus hukum tersebut di atas sebesar Rp1.358.643 juta.Keterangan lebih rinci mengenai kasus hukum bisa dilihat dalam Bab VIII Keterangan Tentang Perseroan poin M. Perkara yang Dihadapi Perseroan, Entitas Anak, Direksi, dan Dewan Komisaris. Sehubungan dengan petikan putusan Mahkamah Agung atas Kasus Pidana di atas, Perseroan telah menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasian Grup tanggal 30 Juni 2014 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut dengan membukukan penyisihan tambahan untuk Kasus Pidana sebesar Rp1.358.643 juta. Penyajian kembali tersebut dilakukan sehubungan dengan digunakannya laporan keuangan konsolidasian Grup tanggal 30 Juni 2014 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut untuk untuk tujuan penawaran umum efek hutang Perseroan di Bursa Efek Indonesia, dimana penyajian dan penerbitan kembali tersebut dilakukan untuk pemenuhan peraturan mengenai tanggal laporan keuangan 14 hari sebelum tanggal pendaftaran dinyatakan efektif. Di bawah ini disajikan dampak penyajian kembali tersebut di atas terhadap laporan keuangan konsolidasian Grup tanggal 30 Juni 2014 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut: 45 dalam jutaan Rupiah Tanggal 30 Juni 2014 Dilaporkan Sebelumnya Penyesuaian - Kenaikan Penurunan Tanggal 30 Juni 2014 Disajikan Kemball ASET Aset tidak lancar lainnya – bersih 1.192.681 3.500 1.196.181 Jumlah aset tidak lancar 45.912.718 3.500 45.916.218 JUMLAH ASET 52.227.049 3.500 52.230.549 LIABILITAS Provisi atas kasus litigasi - 1.358.643 1.358.643 Hutang pajak 105.545 15.447 90.098 Jumlah liabilitas jangka pendek 11.831.217 1.344.196 13.175.413 JUMLAH LIABILITAS 35.882.574 1.344.196 37.226.770 EKUITAS Saldo laba Belum ditentukan penggunaannya 13.103.423 1.338.649 11.764.774 Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik Perusahaan 15.723.005 1.338.649 14.384.356 Kepentingan nonpengendali 621.470 2.047 619.423 JUMLAH EKUITAS 16.344.475 1.340.696 15.003.779 JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 52.227.049 3.500 52.230.549 BEBAN Provisi atas kasus litigasi - 1.358.643 1.358.643 Beban Bersih 10.244.394 1.358.643 11.603.037 LABA USAHA 1.368.723 1.358.643 10.080 LABA RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 284.822 1.358.643 1.073.821 BEBAN PAJAK PENGHASILAN Periode berjalan 80.908 17.947 62.961 Manfaat Beban Pajak Penghasilan - Bersih 1.822 17.947 16.125 LABA RUGI PERIODE TAHUN BERJALAN 283.000 1.340.696 1.057.696 PENDAPATAN RUGI KOMPREHENSIF BERSIH PERIODE BERJALAN 279.262 1.340.696 1.061.434 LABA RUGI PERIODE TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Perusahaan 226.280 1.338.649 1.112.369 Kepentingan nonpengendali 56.720 2.047 54.673 Bersih 283.000 1.340.697 1.057.696 PENDAPATAN RUGI KOMPREHENSIF BERSIH PERIODE TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Perusahaan 222.542 1.338.650 1.116.108 Kepentingan nonpengendali 56.720 2.047 54.673 Bersih 279.262 1.340.697 1.061.435 LABA RUGI PER SAHAM DASAR DAN DILUSIAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK PERUSAHAAN 41,64 246,35 204,71 LABA RUGI PER ADS DASAR DAN DILUSIAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK PERUSAHAAN 2.082,10 12.317,50 10.235,40 46

C. TINJAUAN OPERASIONAL 1. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Usaha Konsolidasian Rp miliar Jun-14 11.613,1 11.708,1 23.855,3 22.418,8 20.529,3 Jun-13 2013 2012 2011 Perseroan memperoleh pendapatan terutama melalui penyelenggaraan jasa selular, MIDI dan telekomunikasi tetap terutama sambungan langsung internasional SLI. Tabel berikut ini memperlihatkan rincian total pendapatan Perseroan dan persentase kontribusi dari masing-masing jasa terhadap total pendapatan Perseroan untuk setiap periode yang disebutkan: dalam jutaan Rupiah, kecuali persentase Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Rp Rp Rp Rp Rp Selular 9.365.300 80,6 9.571.785 81,7 19.374.638 81,2 18.489.329 82,5 16.587.385 80,8 MIDI 1.705.796 14,7 1.599.958 13,7 3.265.847 13,7 2.908.033 13,0 2.691.925 13,1 Telekomunikasi Tetap 542.021 4,7 536.316 4,6 1.214.787 5,1 1.021.450 4,5 1.249.982 6,1 Total Pendapatan 11.613.117 100 11.708.059 100 23.855.272 100 22.418.812 100 20.529.292 100 Faktor-faktor yang paling mempengaruhi pendapatan usaha Perseroan untuk semua jenis jasa yang ditawarkan adalah jumlah pelanggan, tingkat pemakaian dan tarif. Tingkat pemakaian jasa-jasa Perseroan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pertumbuhan berkelanjutan untuk permintaan atas jasa telekomunikasi di Indonesia, terus berkembangnya perekonomian Indonesia dan persaingan. a. Jasa Selular Perseroan menghasilkan pendapatan jasaselular berasal dari pengenaan biaya untuk pemakaian selular, itur nilai tambah, pendapatan langganan bulanan, penjualan telepon genggam selular, dan pendapatan jasa penyambungan dan juga pendapatan interkoneksi dari penyelenggara telekomunikasi lainnya dan pendapatan sewa menara 47 Tabel berikut ini memperlihatkan komponen-komponen pendapatan Perseroan dari jasa selular untuk periode yang disebutkan: dalam jutaan Rupiah, kecuali persentase Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan pemakaian 4.483.848 47,9 4.525.614 47,3 9.281.316 47,9 8.629.697 46,7 8.203.788 49,5 Jasa nilai tambah 4.369.599 46,7 3.485.525 36,4 8.408.278 43,4 7.868.391 42,5 7.502.140 45,2 Jasa interkoneksi 1.047.062 11,2 1.294.654 13,5 2.430.823 12,5 2.174.964 11,8 1.182.384 7,1 Sewa menara 323.732 3,5 271.959 2,8 573.263 3,0 504.857 2,7 419.720 2,5 Biaya langganan bulanan 83.106 0,9 679.272 7,1 127.628 0,7 136.429 0,7 134.032 0,8 Potongan harga di muka dan Program Loyalitas Pelanggan 1.053.313 -11,2 793.992 -8,3 1.671.899 -8,6 1.022.262 -5,5 1.116.470 -6,7 Lain-lain 111.266 1,2 108.753 1,0 225.229 1,1 197.253 1,1 261.791 1,6 Total pendapatan layanan selular 9.365.300 100 9.571.785 100 19.374.638 100 18.489.329 100 16.587.385 100 Sebagian besar pelanggan selular Perseroan per tanggal 31 Desember 2013 sebesar kurang lebih 98,7 adalah pelanggan prabayar. Perseroan menawarkan beberapa jasa nilai tambah kepada pelanggan prabayar, yang telah meningkatkan pendapatan jasa selular dari pemakaian data, SMS dan SMS nilai tambah, yang memungkinkan pelanggan untuk mengakses berbagai macam informasi, seperti berita politik, olahraga dan bisnis. Pendapatan dari jasa nilai tambah termasuk SMS mencerminkan masing-masing 45,2, 42,5, 43,4, 36,4 dan 46,7 dari pendapatan usaha jasa selular Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2012, 2013 dan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Perseroan mengharapkan pendapatan dari pemakaian data untuk terus meningkat, yang Perseroan percaya akan didorong terutama oleh layanan broadband nirkabel, popularitas dari situs jejaring sosial dan perkembangan konten online populer lainnya. Perseroan mengakui pendapatan selular sebagai berikut: • Pendapatan selular yang berasal dari pemakaian pulsa dan roaming diakui berdasarkan durasi percakapan yang berhasil tersambung melalui jaringan selular Perseroan; • Untuk pelanggan pasca-bayar, pendapatan jasa bulanan diakui pada saat jasa diserahkan; • Untuk pelanggan pra-bayar, bagian aktivasi dari penjualan paket perdana ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode rata-rata yang diharapkan dari hubungan pelanggan. Penjualan voucher pulsa perdanaisi ulang dicatat sebagai pendapatan diterima di muka dan diakui sebagai pendapatan pada saat pemakaian pulsa atau pada saat pulsa telah habis masa berlakunya; • Penjualan telepon genggam selular diakui pada saat penyerahan kepada pelanggan; • Pendapatan dari komunikasi data selulardiakui berdasarkan durasi dan kuantitas pemakaian; • Pendapatan selular disajikan sebesar jumlah bersih, setelah kompensasi kepada penyedia jasa nilai tambah; • Pendapatan dari interkoneksi jaringan dengan Perseroan telekomunikasi dalam negeri dan internasional lainnya diakui setiap bulan berdasarkan lalu lintas komunikasi aktual yang tercatat selama bulan berjalan. Sebagai bagian dari strategi pemetaan kembali remapping atas merek Perseroan, pada bulan Januari 2013, Perseroan tidak lagi memasarkan layanan broadband nirkabel sebagai suatu layanan selular tersendiri. Pelanggan broadband nirkabel yang ada saat ini masih dapat menggunakan layanan broadband nirkabel Perseroan sebagai bagian dari jasa selular Perseroan dan Perseroan masih memperoleh pendapatan dari jasa tersebut berdasarkan volume pemakaian atau biaya bulanan tetap bergantung pada kesepakatan dengan pelanggan 48

b. Jasa MIDI

Pendapatan dari jasa MIDI terutama berasal dari i jasa Internet yang disediakan oleh Perseroan, IM2 dan Lintasarta, ii jasa IP VPN, sewa jaringan berkecepatan tinggi dan frame relay yang diselenggarakan oleh Perseroan dan Lintasarta, iii jasa digital data network yang diselenggarakan oleh Lintasarta, iv jasa satelit, dan v World link dan Direct link. Perseroan menangguhkan pendapatan instalasi untuk jasa Internet, frame net, World link dan Direct link, pada saat penyelesaian instalasi atau koneksi dari peralatan, dan mengakui sebagai pendapatan selama estimasi masa hubungan pelanggan.Perseroan mengakui pendapatan dari biaya jasa bulanan dan jasa MIDI lainnya pada saat jasa tersebut diberikan. Pendapatan dari pemakaian Internet diakui setiap bulan berdasarkan durasi pemakaian Internet atau berdasarkan jumlah tagihan tetap, tergantung perjanjian dengan pelanggan. Perseroan mencatat pendapatan sewa satelit dengan metode garis lurus sesuai dengan masa sewa transponder. Biaya sewa bulanan untuk kapasitas transponder satelit didasarkan terutama pada kapasitas yang disewa. Sebagian besar pendapatan yang berasal dari jasa MIDI adalah dalam mata uang Dolar AS dan oleh karenanya dipengaruhi oleh luktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Beberapa faktor lainnya juga mempengaruhi pendapatan dari jasa MIDI, termasuk persaingan dengan para penyelenggara telekomunikasi domestik dan internasional, penurunan tarif dan migrasi dari layanan tradisional ke layanan berbasis IP. Perseroan memperkirakan tren ini akan terus berlangsung tetapi Perseroan yakin bahwa hal ini akan terkompensasi dengan peningkatan jumlah layanan yang disewakan kepada pelanggan korporasi dan peningkatan permintaan atas jasa Perseroan yang customized.

c. Jasa Telekomunikasi Tetap

Jasa telekomunikasi tetap meliputi jasa sambunganinternasional jarak jauh, jaringan tetap nirkabel, sambungan langsung jarak jauh dan jasa telepon jaringan tetap. Jasa sambungan jarak jauh internasional yang terdiri dari layanan SLI “001” dan “008”, “Flatcall 01016” dan juga layanan dengan bantuan operator dan jasa nilai tambah, memberikan kontribusi sebanyak 84,0 dari jumlah pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Layanan FWA dan layanan telepon tetap mewakili jumlah sisanya.

i. Jasa Sambungan Jarak Jauh Internasional

Pendapatan dari jasa sambungan jarak jauh internasional berasal dari dua sumber utama, yaitu pendapatan dari percakapan telepon dari luar negeri dan pendapatan dari percakapan telepon ke luar negeri. Perseroan telah menegosiasikan volume commitments dan accounting rates dengan para penyelenggara telekomunikasi asing, atau telah melaksanakan sistem tarif market termination based, dan menerima pembayaran dalam jumlah bersih dari operator-operator tersebut. Pembayaran dalam jumlah bersih dan accounting rates ini biasanya dilaksanakan dan dibayarkan dalam mata uang selain Rupiah, khususnya mata uang Dolar AS; dengan demikian, pendapatan dari percakapan telepon dari luar negeri dipengaruhi oleh luktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang lainnya. ii. Jasa Telepon Jaringan Tetap Nirkabel Layanan FWA Per tanggal 31 Desember 2013, Perseroan telah memiliki 111.799 pelanggan telepon jaringan tetap nirkabel “StarOne” di 83 kota di Indonesia. Pada akhir tahun 2010, Perseroan memperluas jasa telepon jaringan tetap nirkabel ke beberapa kota lainnya dalam upaya meningkatkan kapasitas untuk sekitar empat juta pelanggan layanan FWA Pendapatan telepon jaringan tetap nirkabel yang berasaldari pendapatan pemakaian diakui berdasarkan durasipanggilan telepon yang berhasil dilakukan melalui jaringan tetap Perseroan. Untuk pelanggan pasca bayar, pendapatan jasa bulanan diakui pada saat jasa tersebut diserahkan. Untuk pelanggan prabayar, komponen aktivasi daripenjualan paket perdana ditangguhkan dan diakui sebagaipendapatan selama estimasi hubungan dengan pelanggan.Pendapatan dari 49 penjualan voucher pulsa perdana atau isi ulang diakui sebagai pendapatan diterima di muka dandiakui sebagai pendapatan pada saat pemakaian pulsa ataupada saat pulsa telah habis masa berlakunya. iii. Jasa Telepon Jaringan Tetap Saat ini, Perseroan memiliki cakupan lokal dan domestik jarak jauh di 152 kota di Indonesia. Pendapatan dari jasa instalasi telepon jaringan tetap diakui sebagai pendapatan selama estimasi masa hubungan pelanggan. Pendapatan dari pemakaian diakui berdasarkan durasi percakapan yang berhasil tersambung melalui jaringan tetap Perseroan.

2. Beban Konsolidasian

Jun-14 10.244,4 10.514,1 22.346,1 Beban Usaha Konsolidasian Rp miliar 19.228,9 17.364,9 Jun-13 2013 2012 2011 Beban Perseroan meliputi beban jasa telekomunikasi, penyusutan dan amortisasi, beban karyawan, beban pemasaran dan beban umum dan administrasi. Sejak tahun 2012, Perseroan mereklasiikasi beberapa bagian dari pendapatan beban lain-lain Perseroan terhadap beban usaha termasuk laba selisih kurs, laba penjualan dan sewa kembali menara dan lain-lain – bersih agar sesuai dengan penyampaian laporan keuangan berdasarkan peraturan OJK – Bapepam dan LK. Beberapa beban Perseroan diakui dalam mata uang Dolar AS atau mata uang selain Rupiah. Beban- beban tersebut meliputi penyelesaian interkoneksi internasional, beberapa perjanjian pemeliharaan dan biaya konsultasi.

a. Beban Jasa Telekomunikasi

Beban jasa telekomunikasi meliputi beban interkoneksi, biaya hak penggunaan frekuensi radio, pemeliharaan, listrik, gas dan air, sewa, biaya layanan akses Blackberry TM , sewa sirkuit, USO, harga pokok penjualan kartu SIM dan voucher isi ulang, biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi dan biaya pemasangan.

b. Penyusutan dan Amortisasi

Perseroan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk aset tetap, selama taksiran masa manfaatnya. Sebagian besar beban penyusutan Perseroan terkait dengan aset yang digunakan untuk jasa selular Perseroan. Oleh karena Perseroan terus memperluas dan meningkatkan cakupan, kapasitas dan kualitas jaringannya, Perseroan memperkirakan beban penyusutan akan terus meningkat. Pada tanggal 2 Agustus 2012, Perseroan dan TBIG menyelesaikan transaksi penjualan dan sewa kembali atas 2.500 menara telekomunikasi. Dikarenakan transaksi penjualan dan sewa kembali diakui sebagai sewa pembiayaan, maka Perseroan mengakui aset sewa pembiayaan pada neraca Perseroan dan mengakui beban penyusutan atas aset sewa pembiayaan.

c. Beban Karyawan

Beban karyawan meliputi pesangon berdasarkan program pemisahan sukarela VSS, yang telah berakhir pada bulan Juni 2011 untuk Perseroan dan pada bulan Januari 2012 untuk Lintasarta, gaji, insentif dan imbalan kerja lainnya, bonus, pajak penghasilan karyawan, manfaat kesehatan setelah pensiun, biaya pengobatan, dan beban pensiun. Selanjutnya, pada tanggal 12 Desember 2013, Direksi 50 Perseroan telah mengeluarkan Keputusan Direksi tentang “Program Pemisahan Hubungan Kerja Akibat Reorganisasi” [Employment Separation Program “ESP”]. Program ESP memiliki syarat dan kondisi yang serupa dengan program VSS.

d. Beban Pemasaran

Beban pemasaran meliputi beban untuk pameran, promosi, loyalitas pelanggan dan iklan yang berhubungan dengan program pemasaran Perseroan.

e. Provisi Atas Kasus Litigasi

Perseroan membukukan penyisihan untuk kasus hukum sebesar Rp1.358.643 juta, sehubungan dengan keputusan Mahkamah Agung atas kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII Keterangan Tentang Perseroan poin M. Perkara yang Dihadapi Perseroan, Entitas Anak, Direksi, Dan Dewan Komisaris

f. Laba Penjualan Investasi Tersedia Untuk Dijual

Laba penjualan investasi tersedia untuk dijual terdiri dari laba nilai lebih selisih atas kas yang diterima oleh Perseroan setelah dikurangi dengan biaya-biaya konsultan terkait dengan divestasi hasil divestasi kepemilikan Perseroan atas 5 saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk “TBIG” dan nilai perolehan atas kepemilikan Perseroan atas 5 saham TBIG, yang diperoleh Perseroan dari transaksi sewa dan jual balik 2500 menara Perseroan pada tahun 2012.

g. Laba dari Penjualan Menara

Laba dari penjualan menara terdiri dari laba sebesar Rp1.125,2 juta yang telah Perseroan akui dari penjualan ruang di menara yang tidak disewakan kembali oleh Perseroan dari transaksi penjualan dan sewa kembali dengan TBIG dan amortisasi atas laba yang ditangguhkan sebesar Rp58,8 miliar dari ruang di menara yang telah Perseroan sewa kembali sejak Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012. Beban untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2012 menurun disebabkan laba dari penjualan menara di tahun 2012

h. Laba Rugi Selisih Kurs

Labarugi selisih kurs terutama meliputi terdiri dari laba rugi yang timbul dari akun selain utang jangka panjang, seperti kas dan setara kas, piutang usaha, kewajiban sewa pembiayaan dan utang pengadaan, disajikan sebagai bagian dari beban.

i. Beban Umum dan Administrasi

Beban umum dan administrasi terutama meliputi honorarium tenaga ahli, sewa, cadangan penurunan nilai piutang - bersih, transportasi, asuransi, beban administrasi kantor dan pelatihan, pendidikan dan penelitian.

j. Lain-lain – bersih

Lain-lain - bersih terutama terdiri dari laba atas penjualan aset selain menara, beban pajak dari penghitungan penalti atau kurang bayar pajak dari kantor pajak untuk jenis pajak penghasilan selain dari pajak penghasilan badan, pendapatan dividen dari investasi Perseroan yang diakui dengan metode biaya cost method dan biaya honorarium tenaga ahli terkait dengan transaksi penjualan dan sewa kembali menara pada tahun 2012. 51

3. Penghasilan Beban Lain-Lain Konsolidasian

Komponen utama dari pendapatan beban lain-lain adalah pendapatan bunga, laba rugi selisih kurs - bersih, beban pendanaan, dan laba rugi perubahan nilai wajar derivatif - bersih. Laba rugi selisih kurs terutama meliputi laba rugi atas selisih kurs yang timbul terutama dari utang jangka panjang. Beban pembiayaan terutama meliputi bunga pinjaman dan biaya pembiayaan atas kewajiban sewa pembiayaan, termasuk sewa pembiayaan atas ruang di menara.

4. Perpajakan

Beban pajak periodetahun berjalan dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak untuk tahun yang bersangkutan. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer dari aset dan kewajiban antara pelaporan komersial dan pajak pada setiap tanggal laporan. Manfaat pajak masa mendatang, seperti rugi iskal yang dapat dikompensasi, diakui sepanjang besar kemungkinan manfaat pajak tersebut dapat direalisasikan. Pengaruh pajak untuk suatu tahun dialokasikan pada usaha periode berjalan, kecuali untuk pengaruh pajak dari transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan dihitung berdasarkan tarif pajak yang akan dikenakan pada periode saat nilai aset direalisasikan atau nilai kewajiban tersebut diselesaikan, berdasarkan tarif pajak dan undang-undang pajak yang berlaku atau berlaku secara substantif pada tanggal neraca. Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dikreditkan atau dibebankan pada usaha periode berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Untuk setiap entitas yang dikonsolidasi, pengaruh pajak atas perbedaan temporer dan akumulasi rugi pajak, yang masing-masing dapat berupa aset atau kewajiban, disajikan dalam jumlah bersih untuk masing-masing Perseroan tersebut.

5. Laba Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Perusahaan Konsolidasian

Juni 2014 1.112,4 Juni 2013 231,2 2013 2012 2011 2.782,0 375,1 Laba Rugi PeriodeTahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Perusahaan Konsolidasian Rp miliar 968,7 Laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 dan tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2012 dan 2013 tidak selalu mencerminkan pendapatan dan laba usaha Perseroan pada periode-periode tersebut. Hal ini sebagian disebabkan oleh adanya luktuasi yang besar pada beberapa pos non-usaha, yang mempengaruhi laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan pada periode-periode tersebut. Pos non-usaha tersebut di antaranya adalah luktuasi beban manfaat pajak penghasilan tangguhan, laba atau rugi selisih kurs-bersih, dan laba atau rugi perubahan nilai wajar derivatif-bersih. Perseroan mengharapkan luktuasi ini akan terus berlanjut. 52

D. ANALISIS KEUANGAN

Tabel berikut ini memperlihatkan data pendapatan komprehensif yang dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan usaha untuk periode-periode yang disebutkan: dalam persentase Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Pendapatan Selular 80,6 81,8 81,2 82,5 80,8 MIDI 14,7 13,7 13,7 13,0 13,1 Telekomunikasi tetap 4,7 4,6 5,1 4,5 6,1 Jumlah Pendapatan 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Beban Konsolidasian: Beban jasa telekomunikasi 42,4 41,4 41,7 39,7 36,8 Penyusutan dan amortisasi 34,0 36,7 37,6 36,9 32,0 Karyawan 7,3 7,1 7,3 6,3 8,9 Umum dan administrasi 3,8 2,8 3,8 2,8 2,7 Pemasaran 3,2 3,3 3,7 4,1 4,2 RugiLaba dari selisih kurs 1,0 0,6 0,9 0,2 0,4 Provisi atas kasus litigasi 11,7 - - - - Laba penjualan investasi tersedia untuk dijual 3,6 - - - - Laba dari penjualan menara 0,6 0,6 0,6 5,3 Lain-lain bersih 0,7 0,3 1,1 1,4 0,0 Jumlah Beban Bersih 99,9 89,8 93,7 85,7 84,2 Laba Usaha 0,1 10,3 6,3 14,3 15,8 Beban lain-lain – bersih 9,3 12,1 20,3 12,2 8,9 Laba sebelum pajak penghasilan 2,5 1,8 14,0 2,1 6,9 Manfaat beban pajak penghasilan - bersih 0,1 0,3 2,8 0,1 1,4 LABA TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA : Pemilik Perusahaan 9,6 2,0 11,7 1,7 5,0 Kepentingan nonpengendali 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Tabel berikut ini memperlihatkan pendapatan dari segmen-segmen usaha untuk periode-periode yang disebutkan: dalam jutaan Rupiah, kecuali persentase Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Rp Rp Rp Rp Rp Selular Pendapatan pemakaian 4.483.848 47,9 4.525.614 47,3 9.281.316 47,9 8.629.697 46,7 8.203.788 49,5 Jasa nilai tambah 4.369.599 46,7 3.485.525 36,4 8.408.278 43,4 7.868.391 42,5 7.502.140 45,2 Jasa interkoneksi 1.047.062 11,2 1.294.654 13,5 2.430.823 12,5 2.174.964 11,8 1.182.384 7,1 Sewa menara 323.732 3,5 271.959 2,8 573.263 3,0 504.857 2,7 419.720 2,5 Pendapatan langganan bulanan 83.106 0,9 679.272 7,1 127.628 0,7 136.429 0,7 134.032 0,8 Potongan harga di muka dan Program Loyalitas Pelanggan 1.053.313 11,2 793.992 8,3 1.671.899 8,6 1.022.262 5,5 1.116.470 6,7 Lain-lain 111.266 1,2 108.753 1,0 225.229 1,1 197.253 1,1 261.791 1,6 Sub-jumlah 9.365.300 100,0 9.571.785 100,0 19.374.638 100,0 18.489.329 100,0 16.587.385 100,0 53 dalam jutaan Rupiah, kecuali persentase Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Rp Rp Rp Rp Rp MIDI Internet Protocol Virtual Private Network IP VPN 463.517 27,2 393.694 24,6 706.005 21,6 711.427 24,5 695.947 25,9 Internet 293.979 17,2 236.284 14,8 696.238 21,3 422.099 14,5 375.743 14,0 Multiprotocol Label Switching MPLS 239.415 14,0 177.395 11,1 380.804 11,7 304.868 10,5 89.937 3,3 Sewa satelit 149.585 8,8 131.532 8,2 278.244 8,5 213.052 7,3 150.894 5,6 World link dan direct link 146.852 8,6 189.811 11,8 340.739 10,4 314.878 10,8 294.956 11,0 Jasa aplikasi 134.339 7,9 134.628 8,4 283.760 8,7 251.893 8,7 192.562 7,2 Sewa jaringan 62.724 3,7 66.258 4,1 169.293 5,2 148.635 5,1 261.376 9,7 Digital data network 55.817 3,3 64.254 4,0 110.117 3,4 112.597 3,9 103.098 3,8 Frame net 36.927 2,2 49.936 3,1 93.391 2,9 135.761 4,7 123.249 4,6 Jasa nilai tambah 26.624 1,6 66.283 4,1 52.241 1,6 173.940 6,0 264.570 9,8 Lain-lain 96.017 5,6 89.883 5,6 155.015 4,7 118.883 4,0 139.593 5,2 Sub-jumlah 1.705.796 100,0 1.599.958 100,0 3.265.847 100,0 2.908.033 100,0 2.691.925 100,0 Telekomunikasi Tetap Telepon Internasional 452.797 83,5 436.149 81,3 1.019.980 84,0 801.442 78,5 934.021 74,7 Telepon Jaringan Tetap 65.272 12,0 67.003 12,5 135.168 11,1 121.736 11,9 123.185 9,9 Telepon Jaringan Tetap Nirkabel 23.952 4,4 33.164 6,2 59.639 4,9 98.273 9,6 192.776 15,4 Sub-jumlah 542.021 100,0 536.316 100,0 1.214.787 100,0 1.021.451 100,0 1.249.982 100,0 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian dalam jutaan Rupiah Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Pendapatan Selular 9.365.300 9.571.785 19.374.638 18.489.329 16.587.385 Multimedia, Komunikasi Data, Internet “MIDI” 1.705.796 1.599.958 3.265.847 2.908.033 2.691.925 Telekomunikasi Tetap 542.021 536.316 1.214.787 1.021.450 1.249.982 Jumlah Pendapatan usaha 11.613.117 11.708.059 23.855.272 22.418.812 20.529.292 Beban Pendapatan Beban jasa telekomunikasi 4.926.703 4.847.800 9.956.533 8.905.736 7.547.407 Penyusutan dan amortisasi 3.952.909 4.299.982 8.958.393 8.272.824 6.558.177 Karyawan 843.576 832.162 1.771.867 1.503.790 1.912.647 Umum dan administrasi 438.920 326.461 857.261 548.944 549.530 Pemasaran 372.033 390.608 893.574 920.296 855.686 Labarugi selisih kurs - bersih 118.812 69.304 224.518 44.793 90.919 Provisi atas kasus litigasi 1.358.643 - - - - Laba penjualan investasi tersedia untuk dijual 413.700 - - - - Laba penjualan menara termasuk amortisasi laba penjualan dan sewa kembali menara yang ditangguhkan 70.525 70.525 141.050 1.183.963 - Lain-lain - bersih 75.666 43.052 273.996 306.080 32.455 Beban Bersih 11.603.037 10.514.132 22.346.056 19.228.914 17.364.983 Laba usaha 10.080 1.193.927 1.509.216 3.189.898 3.164.309 Laba rugi selisih kurs - bersih 252.408 391.998 3.011.410 789.438 54.188 Pendapatan bunga 75.344 59.340 107.193 133.544 92.646 Beban pendanaan 1.232.928 1.072.748 2.212.095 2.077.350 1.929.354 Laba rugi perubahan nilai wajar derivatif - bersih 178.725 1.725 273.259 4.964 57.944 Beban lain-lain - bersih 1.083.901 1.403.681 4.843.053 2.728.280 1.832.952 Laba rugi sebelum pajak penghasilan 284.822 209.754 3.333.837 461.618 1.331.357 Manfaat beban pajak penghasilan - bersih 62.961 40.534 667.378 25.798 264.613 54 dalam jutaan Rupiah Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Laba rugi tahunperiode berjalan 1.057.696 169.220 2.666.459 487.416 1.066.744 Laba rugi tahunperiode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik Perusahaan 1.112.369 231.154 2.781.999 375.106 968.653 Kepentingan Nonpengendali 54.673 61.934 115.540 112.310 98.091 Laba tahunperiode berjalan 1.057.696 169.220 2.666.459 487.416 1.066.744 Laba rugi per saham dasar dan dilusian yang dapat diatribusikan kepada pemilik Perusahaan 204,71 42,54 511,97 69,03 178,26 Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013

1. PENDAPATAN OPERASIONAL KONSOLIDASIAN

Total pendapatan menurun dari Rp11.708,1 miliar menjadi Rp11.613,1 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, atau sebesar 0,8, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan selular sebesar 2,2, walaupun pendapatan selular - jasa nilai tambah “pendapatan data selular” meningkat Rp884,1 miliar atau 25,4. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, pendapatan dari jasa selular menurun sebesar Rp206,5 miliar, atau 2,2, dari Rp9.571,8 miliar menjadi Rp9.365,3 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp105,8 miliar, atau sebesar 6,6, dari Rp1.600,0 miliar menjadi Rp1.705,8 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap meningkat sebesar Rp5,7 miliar, atau sebesar 1,1, dari Rp536,3 miliar menjadi Rp542,0 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014.

a. Selular

Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan mencatat pendapatan dari jasa selular sebesar Rp9.365,3 miliar, menurun sebesar 2,2 dari Rp9.571,8 miliar untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013. Penurunan tersebut terutama disebabkan karena penurunan dari penggunaan telepon, sms, dan pendapatan interkoneksi, yang diimbangi dengan peningkatan pendapatan data selular dan VAS. Pertumbuhan pendapatan yang terjadi di pulau Jawa di mana jaringan telah dimodernisasi belum mampu mengimbangi penurunan pendapatan di luar Jawa. Pendapatan dari jasa selular mewakili 80,6 dari total pendapatan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, yang memiliki persentase yang lebih rendah daripada untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 sebesar 81,8. Pendapatan pemakaian menurun sebesar Rp41,8 miliar, atau 0,9, dari Rp4.525,6 miliar menjadi Rp4.483,8 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, dan mewakili 47,3 dan 47,9 dari total pendapatan jasa selular Perseroan. Penurunan dalam pendapatan pemakaian terutama disebabkan oleh adanya perubahan fokus tren pelanggan selular dari pemakaian telepon dan SMS menjadi penggunaan data selular.

b. MIDI

Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp105,8 miliar dari Rp1.600,0 miliar menjadi Rp1.705,8 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Pendapatan IP VPN meningkat sebesar Rp69,8 miliar dari Rp393,7 miliar menjadi Rp463,5 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Peningkatan pendapatan dari jasa MIDI terutama disebabkan karena peningkatan jumlah pelanggan untuk sewa transponder satelit, meningkatnya kapasitas penggunaan Internet dari pelanggan lama, dan peningkatan layanan Leased Lines terkait proyek-proyek pemerintah dan swasta. 55

c. Telekomunikasi Tetap

Terdapat peningkatan dalam pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap sebesar Rp5,7 miliar, atau sebesar 1,1, dari Rp536,3 miliar menjadi Rp542,0 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Pendapatan dari jasa telepon internasional dan telepon jaringan tetap nirkabel, masing-masing mencerminkan 83,5 dan 4,4 dari pendapatan jasa telekomunikasi tetap untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 30 Juni 2014. Sedangkan sebesar 12,0 dari pendapatan jasa telekomunikasi tetap untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 berasal dari jasa telepon tetap. Pendapatan yang berasal dari telepon internasional meningkat dari Rp436,1 miliar menjadi Rp452,8 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 akibat dari meningkatnya pendapatan telepon internasional dari traik lalu lintas percakapan dari luar negeri ke Indonesia.

2. BEBAN KONSOLIDASIAN

Beban usaha meningkat sebesar Rp1.088,9 miliar, atau sebesar 10,35, dari Rp10.514,1 miliar menjadi Rp11.603,0 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena penurunan beban penyusutan dan amortisasi dan beban pemasaran, yang diimbangi peningkatan dalam beban jasa telekomunikasi, beban karyawan, beban umum dan administrasi. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan juga mengakui laba dari transaksi divestasi saham Perseroan di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk “TBIG” sebesar Rp413,7 miliar yang diakui sebagai bagian dari beban, sehingga mengakibatkan penurunan beban konsolidasian. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan juga mengakui provisi atas kasus hukum IMM sebesar Rp1.358.643 juta yang menyebabkan peningkatan beban konsolidasian. Beban penyusutan dan amortisasi menurun sebesar Rp347,0 miliar, atau 8,1, dari Rp4.299,9 miliar menjadi Rp3.952,9 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, terutama karena penurunan pengeluaran barang modal di tahun 2014 dan keterlambatan penggelaran modernisasi jaringan. Jumlah pengeluaran barang modal Perseroan menurun sebesar Rp928,2 milliar, atau 18,9, dari Rp4.905,7 miliar menjadi Rp3.977,5 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014. Beban jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp78,9 miliar, atau 1,6, dari Rp4.847,8 miliar menjadi Rp4.926,7 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena peningkatan beban frekuensi dan beban pemeliharaan, yang diimbangi dengan penurunan beban interkoneksi seiring dengan penurunan pendapatan interkoneksi. Beban karyawan meningkat sebesar Rp11,4 miliar, atau 1,4, dari Rp832,2 miliar menjadi Rp843,6 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena peningkatan gaji karyawan sebagai bentuk penyesuaian kenaikan biaya hidup karyawan. Beban pemasaran menurun sebesar Rp18,6 miliar, atau 4,8, dari Rp390,6 miliar menjadi Rp372,0 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena eisiensi dalam pengeluaran biaya untuk promosi dan iklan yang dilakukan dengan upaya pengaturan waktu yang efektif untuk peluncuran promosi baru beserta iklan terkait. Beban administrasi dan umum meningkat sebesar Rp112,5 miliar, atau sebesar 34,4, dari Rp326,4 miliar menjadi Rp438,9 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena peningkatan biaya jasa profesional, cadangan penurunan nilai piutang, beban sewa gedung kantor dan beban transportasi. Kenaikan beban cadangan penurunan nilai piutang sejalan dengan kenaikan jumlah piutang yang telah terhutang lebih dari 24 bulan, Perseroan telah mengerahkan berbagai upaya untuk menagih piutang-piutang tersebut dan berkeyakinan bahwa sebagian piutang tersebut masih dapat tertagih. Kenaikan beban sewa gedung kantor terutama disebabkan karena tingkat inlasi, sehingga para pemilik gedung meningkatkan tarif sewa gedung sesuai dengan peningkatan inlasi. Beban sewa gedung kantor Perseroan sebagian besar terdiri dari sewa gedung di Wisma Antara dan Galery Indosat Sarinah. Beban transportasi meningkat terutama 56 disebabkan karena naiknya rata-rata biaya transportasi darat dan udara bagi para karyawan Perseroan yang harus bepergian di dalam dan luar negeri untuk keperluan overseas training maupun pertemuan penting dengan para rekanan Perseroan untuk membahas strategi pemasaran maupun rencana- rencana strategis ke depan Perseroan. Amortisasi dari laba penjualan dan sewa kembali menara. Perseroan mengakui amortisasi dari laba penjualan dan sewa kembali menara sebesar Rp70,5 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 yang berasal dari transaksi penjualan dan penyewaan kembali 2.500 menara telekomunikasi yang ditandatangani pada tanggal 2 Agustus 2012 antara Perseroan dan TBIG. Laba rugi selisih kurs. Perseroan mencatat penurunan laba selisih kurs sebesar Rp188,1 miliar, atau 271,4, dari laba kurs sebesar Rp69,3 miliar menjadi rugi kurs sebesar Rp118,8 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 terutama karena kurs Bank Indonesia yang mengalami pelemahan dari Rp9.670 untuk AS1 per 31 Desember 2012 menjadi Rp9.929 untuk AS per 30 Juni 2013, dibandingkan dengan penguatan dari Rp12.189 untuk AS1 per 31 Desember 2013 menjadi Rp11.969 untuk AS1 per 30 Juni 2014 sehingga menyebabkan peningkatan nilai utang Dolar AS jika ditranslasikan dalam satuan mata uang Rupiah. Perseroan mencatat laba rugi selisih kurs yang berasal dari utang jangka panjang dan obligasi Perseroan yang belum dibayar pada tanggal pelaporan sebagai bagian dari beban lain-lain, sedangkan laba rugi selisih kurs yang berasal dari kegiatan operasional diakui sebagai bagian dari beban konsolidasian. Perseroan membukukan penyisihan untuk kasus hukum tersebut di atas sebesar Rp1.358.643 juta. Sehubungan dengan keputusan Mahkamah Agung atas kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII Keterangan Tentang Perseroan poin M. Perkara yang Dihadapi Perseroan, Entitas Anak, Direksi, Dan Dewan Komisaris. Lain-lain – bersih. Beban lain-lain – bersih meningkat sebesar Rp118,7 miliar atau 275,8 dari pendapatan Rp43,1 miliar menjadi beban Rp75,6 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 terutama dikarenakan adanya penjualan aset tetap berupa kabel laut di periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013.

3. LABA USAHA KONSOLIDASIAN

Laba usaha konsolidasian Perseroan menurun sebesar Rp1.183,8 miliar, atau 99,1, dari Rp1.193,9 miliar menjadi Rp10,1 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 sebagai akibat dari faktor-faktor diatas dimana pendapatan usaha menurun sebesar 0,81 ditambah beban usaha meningkat sebesar 10,36, terutama disebabkan karena provisi yang Perseroan cadangkan atas liabilitas dari kasus hukum sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII Keterangan Tentang Perseroan poin M. Perkara yang Dihadapi Perseroan, Entitas Anak, Direksi, Dan Dewan Komisaris.

4. BEBAN LAIN-LAIN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Beban lain-lain bersih menurun sebesar Rp319,8 miliar, atau 22,8, dari Rp1.403,7 miliar menjadi Rp1.083,9 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014, terutama karena peningkatan beban pendanaan dan peningkatan rugi perubahan nilai wajar derivatif - bersih yang diimbangi oleh peningkatan laba selisih kurs - bersih. Rugi selisih kurs-bersih menurun sebesar Rp644,4 miliar, atau 164,4, dari rugi Rp392,0 miliar menjadi laba Rp252,4 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 terutama dikarenakan penguatan kurs tengah Bank Indonesia untuk nilai tukar Rupiah Dolar AS dari Rp12.189 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2013 menjadi Rp11.969 untuk AS1 per tanggal 30 Juni 2014 sehingga menyebabkan penurunan nilai utang Dolar AS jika ditranslasikan dalam satuan mata uang Rupiah. Penurunan juga disebabkan karena Perseroan telah membayar sebagian pinjaman Perseroan dalam mata uang Dolar AS selama bulan Juli - Desember 2013 dan Januari - Juni 2014. 57 Perseroan mencatat peningkatan beban pendanaan menjadi Rp1.232,9 miliar, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp160,2 miliar, atau 14,9, dari Rp1.072,7 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2013 terutama sebagai akibat dari peningkatan beban bunga akibat dari kenaikan tingkat suku bunga pinjaman Perseroan untuk fasilitas pinjaman revolving. Perseroan mencatat rugi dari perubahan nilai wajar derivatif bersih sebesar Rp178,7 miliar, yang mencerminkan penurunan sebesar Rp180,4 miliar, atas laba perubahan nilai wajar derivatif-bersih dari Rp1,7 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2013 dikarenakan penguatan kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat di akhir Juni 2014 dimana kurs BI tersebut lebih rendah dibandingkan kurs spot untuk transaksi forward valuta asing Perseroan, sehingga menyebabkan penurunan nilai wajar kontrak derivatif Perseroan pada tanggal 30 Juni 2014. Perseroan mencatat peningkatan pendapatan bunga menjadi Rp75,3 miliar, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp16,0 miliar atau 27,0 dari Rp59,3 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2013, sebagai akibat dari peningkatan saldo rata- rata kas yang ditempatkan sebagai deposito dan peningkatan suku bunga deposito dan deposito on call.

5. BEBAN PAJAK PENGHASILAN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat beban pajak penghasilan - bersih sebesar Rp16,1 miliar dibandingkan dengan manfaat pajak penghasilan-bersih sebesar Rp40,5 miliar masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2013. Penurunan dalam pendapatan pajak penghasilan-bersih terutama disebabkan oleh peningkatan penghasilan kena pajak “PKP” Perseroan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan.

6. LABA TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK PERUSAHAAN KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat rugi yang diatribusikan kepada para pemilik perusahaan sebesar Rp1.112,4 miliar dibandingkan dengan rugi yang dapat diatribusikan kepada para pemilik perusahaan sebesar Rp231,2 miliar masing-masing untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2013 dikarenakan oleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012

1. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Total pendapatan meningkat dari Rp22.418,8 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp23.855,3 miliar pada tahun 2013, atau sebesar 6,4, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari jasa selular dan MIDI. Selama tahun 2013, pendapatan dari jasa selular meningkat sebesar Rp885,3 miliar, atau 4,8, dari Rp18.489,4 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp19.374,6 miliar pada tahun 2013. Pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp357,8 miliar, atau sebesar 12,3, dari Rp2.908,0 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp3.265,8 miliar pada tahun 2013. Pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap di tahun 2013 meningkat sebesar Rp193,3 miliar, atau sebesar 18,9, dari Rp1.021,5 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1.214,8 miliar pada tahun 2013

a. Selular

Pada tahun 2013, Perseroan mencatat pendapatan dari jasa selular sebesar Rp19.374,6 miliar, meningkat sebesar 4,8 dari Rp18.489,3 miliar pada tahun 2012. Peningkatan tersebut terutama disebabkan karena peningkatan pendapatan dari pendapatan pemakaian, pemakaian data, pendapatan jasa nilai tambah dan pendapatan interkoneksi SMS, yang sebagian dikompensasi dengan peningkatan yang signiikan pada potongan harga di muka dan program loyalitas pelanggan terkait dengan potongan harga yang diberikan untuk layanan roaming data outbond sehubungan dengan paket roaming data 58 yang diperkenalkan oleh Perseroan pada tahun 2013. Pendapatan dari jasa selular mewakili 81,2 dari total pendapatan Perseroan pada tahun 2013, yang memiliki persentase yang lebih rendah daripada persentase pada tahun 2012. Pendapatan pemakaian meningkat sebesar Rp651,6 miliar, atau 7,6, dari tahun 2012 menjadi Rp9.281,3 miliar pada tahun 2013, dan mewakili 47,9 dari total pendapatan jasa selular Perseroan. Peningkatan dalam pendapatan pemakaian terutama disebabkan oleh peningkatan dalam layanan roaming data outbond.

b. MIDI

Pada tahun 2013, pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp357,8 miliar dari Rp2.908,0 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp3.265,8 miliar pada tahun 2013. Pendapatan IP VPN menurun sebesar Rp5,4 miliar dari Rp711,4 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp706,0 miliar pada tahun 2013. Peningkatan pendapatan dari jasa MIDI terutama disebabkan karena peningkatan dalam pemakaian sirkit internasional dan domestik yang disewa dan layanan berbasis MPLS.

c. Telekomunikasi Tetap

Terdapat peningkatan dalam pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap sebesar Rp193,3 miliar, atau sebesar 18,9, dari Rp1.021,5 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1.214,8 miliar pada tahun 2013. Pendapatan dari jasa telepon internasional dan telepon jaringan tetap nirkabel, masing-masing mencerminkan 84,0 dan 4,9 dari pendapatan jasa telekomunikasi tetap pada tahun 2013. Sedangkan sebesar 11,1 dari pendapatan jasa telekomunikasi tetap pada tahun 2013 berasal dari jasa telepon tetap. Pendapatan yang berasal dari telepon internasional meningkat dari Rp801,4 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1.020,0 miliar pada tahun 2013 akibat dari peningkatan dalam lalu lintas SLI yang masuk dari pelanggan Perseroan dan non-Perseroan dan peningkatan dalam penggunaan jaringan tetap.

2. BEBAN USAHA KONSOLIDASIAN

Beban usaha meningkat sebesar Rp3.117,2 miliar, atau sebesar 16,2, dari Rp19.228,9 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp22.346,1 miliar pada tahun 2013, terutama karena peningkatan beban penyusutan dan amortisasi, beban jasa telekomunikasi, beban karyawan, serta beban administrasi dan umum. Beban penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp685,6 miliar, atau 8,3, dari Rp8.272,8 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp8.958,4, miliar pada tahun 2013, terutama karena penurunan taksiran masa manfaat dari peralatan teknis selular Perseroan dari 10 tahun menjadi 8 tahun, yang berlaku secara penuh pada tahun 2013, berdasarkan peninjauan Perseroan atas estimasi masa manfaat dari aset- aset tersebut dan pertumbuhan berkelanjutan dari basis aset tetap Perseroan. Total biaya perolehan dari aset tetap Perseroan meningkat sebesar Rp8.647,7 miliar, atau 9,8, dari Rp88.417,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp97.065,3 miliar pada tahun 2013. Beban jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp1.050,8 miliar, atau 11,8, dari Rp8.905,7 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp9.956,5 miliar pada tahun 2013, terutama karena peningkatan biaya interkoneksi SMS yang disebabkan oleh implementasi skema promosi SMS gratis “SMS Suka-Suka” yang meningkatkan lalu lintas SMS kepada pelanggan non-Perseroan, dan peningkatan beban sewa sirkuit akibat dari link transmisi tambahan yang disewa pada tahun 2013. Beban karyawan meningkat sebesar Rp268,1 miliar, atau 17,8, dari Rp1.503,8 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1.771,9 miliar pada tahun 2013, terutama karena beban kompensasi terkait dengan paket pesangon yang diberikan kepada beberapa karyawan Perseroan untuk program pemisahan hubungan kerja akibat reorganisasi Employment Separation Program dan kenaikan gaji karyawan. Beban pemasaran menurun sebesar Rp26,7 miliar, atau 2,9, dari Rp920,3 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp893,6 miliar pada tahun 2013, terutama karena penurunan biaya pemasaran terkait dengan kompensasi kepada penyedia konten “Indosat Backstage”. 59 Beban umum dan administrasi meningkat sebesar Rp308,4 miliar, atau sebesar 56,2, dari Rp548,9 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp857,3 miliar pada tahun 2013, terutama karena peningkatan biaya honorarium tenaga ahli “Consultant Fee” terutama untuk konsultansi teknis terkait dengan modernisasi atas jaringan Perseroan dan biaya legal sehubungan jasa profesional konsultan hukum Laba penjualan menara. Perseroan mengakui laba penjualan menara sebesar Rp141,1 miliar, yang berasal dari amortisasi dari laba yang ditangguhkan dari transaksi penjualan dan sewa kembali menara dengan Tower Bersama yang selesai pada bulan Agustus 2012. Laba selisih kurs Perseroan mencatat peningkatan laba selisih kurs sebesar Rp179,7 miliar, atau 401,2, dari Rp44,8 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp224,5 miliar pada tahun 2013. Kurs tengah nilai tukar RupiahDolar AS yang diumumkan oleh Bank Indonesia mengalami pelemahan dari Rp9.670 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2012 menjadi Rp12.189 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2013 sehingga menyebabkan peningkatan nilai piutang usaha yang berasal dari interkoneksi dengan operator luar negeri dan saldo rata-rata kas dan setara kas Perseroan dalam mata uang Dolar AS. Lain-lain – bersih. Beban lain-lain – bersih menurun sebesar Rp32,1 miliar atau 10,5 dari Rp306,1 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp274,0 miliar pada tahun 2013 terutama dikarenakan peningkatan laba dari penjualan aset tetap dan pendapatan dividen terutama dari Asean Cableship Pte. Ltd. dan TBIG, yang sebagian dikompensasi dengan tambahan beban pajak terkait dengan provisi untuk kurang bayar pajak PPN untuk tahun pajak 2009, 2012 dan 2013 sehubungan dengan pendapatan dari panggilan incoming internasional

3. LABA USAHA KONSOLIDASIAN

Laba usaha konsolidasian Perseroan menurun sebesar Rp1.680,7 miliar, atau 52,7, dari Rp3.189,9 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1.509,2 miliar pada tahun 2013 sebagai akibat dari faktor-faktor diatas dimana pendapatan usaha meningkat sebesar 6,4 tetapi beban usaha meningkat sebesar 16,2.

4. BEBAN LAIN-LAIN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Beban lain-lain bersih meningkat sebesar Rp2.114,8 miliar, atau 77,5, dari Rp2.728,3 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp4.843,1 miliar pada tahun 2013, terutama karena peningkatan rugi selisih kurs dan beban pembiayaan. Rugi selisih kurs-bersih meningkat sebesar Rp2.222,0 miliar, atau 281,5, dari Rp789,4 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp3.011,4 miliar pada tahun 2013. Kurs tengah nilai tukar Rupiah Dolar AS yang diumumkan oleh Bank Indonesia mengalami pelemahan dari Rp9.670 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2012 menjadi Rp12.189 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2013, atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar Rupiah dari Rp9.068 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2011 menjadi Rp9.670 untuk AS1 per tanggal 31 Desember 2012 sehingga menyebabkan penurunan nilai utang Dolar AS jika ditranslasikan dalam satuan mata uang Rupiah. Perseroan mencatat peningkatan beban pembiayaan menjadi Rp2.212,1 miliar pada tahun 2013, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp134,7 miliar, atau 6,5, dari Rp2.077,4 miliar pada tahun 2012 terutama sebagai akibat dari peningkatan beban bunga dari kewajiban sewa pembiayaan Perseroan. Perseroan mencatat laba dari perubahan nilai wajar derivatif bersih sebesar Rp273,3 miliar, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp268,3 miliar, atas laba perubahan nilai wajar derivatif-bersih dari Rp5,0 miliar pada tahun 2012 dikarenakan laba terealisasi dari peningkatan nilai wajar mark-to- market atas kontrak swap valuta asing dan laba atas penyelesaian kontrak swap valuta asing termasuk yang jatuh tempo pada tahun 2013. Perseroan mencatat penurunan pendapatan bunga menjadi Rp107,2 miliar pada tahun 2013, yang mencerminkan penurunan sebesar Rp26,3 miliar, atau 19,7 dari Rp133,5 miliar pada tahun 2012, sebagai akibat dari penurunan saldo kas yang ditempatkan sebagai deposito pada tahun 2013. 60

5. BEBAN PAJAK PENGHASILAN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat manfaat pajak penghasilan - bersih sebesar Rp667,4 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan manfaat pajak penghasilan sebesar Rp25,8 miliar pada tahun 2012. Peningkatan dalam manfaat pajak penghasilan-bersih terutama disebabkan oleh penggunaan akumulasi rugi pajak Perseroan sebesar Rp622,5 miliar.

6. LABA TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK PERUSAHAAN KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat rugi yang diatribusikan kepada para pemilik perusahaan sebesar Rp2.782,0 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan laba yang dapat diatribusikan kepada para pemilik perusahaan sebesar Rp375,1 miliar pada tahun 2012 dikarenakan oleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011

1. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Total pendapatan meningkat dari Rp20.529,3 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp22.418,8 miliar di 2012, atau sebesar 9,2, terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pendapatan jasa selular Perseroan dan pendapatan jasa MIDI Perseroan. Selama tahun 2012, pendapatan dari jasa selular meningkat sebesar Rp1.901,9 miliar, atau 11,5, dari Rp16.587,4 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp18.489,3 miliar pada tahun 2012. Pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp216,1 miliar, atau 8,0 dari Rp2.691,9 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp2.908,0 miliar pada tahun 2012. Pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap di tahun 2012 menurun sebesar Rp228,5 miliar atau 18,3 dari Rp1.250,0 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.021,5 miliar pada tahun 2012.

a. Selular

Pada tahun 2012, Perseroan mencatat pendapatan dari jasa selular sebesar Rp18.489,3 miliar, meningkat sebesar 11,5 dari Rp16.587,4 miliar pada tahun 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan karena peningkatan jumlah pelanggan, pendapatan SMS interkoneksi, dan pendapatan dari penyewaan menara. Pendapatan dari jasa selular mewakili 82,5 dari total pendapatan Perseroan pada tahun 2012 yang memiliki persentase yang lebih tinggi daripada persentase pada tahun 2011. Pendapatan pemakaian meningkat sebesar Rp425,9 miliar, atau 5,2, dari tahun 2011, dan mewakili 46,7 dari total pendapatan jasa selular Perseroan. Peningkatan dalam pemakaian terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah menit yang digunakan oleh pelanggan Perseroan.

b. MIDI

Pada tahun 2012, pendapatan dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp216,1 miliar dari Rp2.691,9 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp2.908,0 miliar pada tahun 2012. Pendapatan IP VPN mencerminkan komponen terbesar dari pendapatan dari jasa MIDI. Pendapatan IP VPN meningkat sebesar Rp15,5 miliar dari Rp695,9 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp711,4 miliar pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan dari jasa MIDI, termasuk juga dari jasa sewa sirkuit domestik dan internasional, terutama disebabkan karena peningkatan penggunaan kapasitas internet oleh pelanggan, meskipun terdapat penurunan tarif yang disebabkan karena meningkatnya persaingan.

c. Telekomunikasi Tetap

Terdapat penurunan dalam pendapatan dari jasa telekomunikasi tetap dari Rp1.250,0 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.021,5 miliar pada tahun 2012. Pendapatan dari jasa telepon internasional dan telepon jaringan tetap nirkabel, masing-masing mencerminkan 78,5 dan 9,6, dari pendapatan jasa telekomunikasi tetap pada tahun 2012. Sedangkan 11,9 lainnya dari pendapatan jasa telekomunikasi 61 tetap berasal dari jasa telepon tetap pada tahun 2012. Pendapatan yang berasal dari telepon internasional menurun dari Rp934,0 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp801,4 miliar pada tahun 2012 akibat dari penurunan lalu lintas telepon SLI ke luar negeri dari jaringan PSTN oleh pelanggan Perseroan dan pelanggan bukan Perseroan.

2. BEBAN KONSOLIDASIAN

Beban meningkat sebesar Rp1.863,9 miliar, atau 10,7, dari Rp17.365,0 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp19.228,9 miliar pada tahun 2012, terutama karena adanya peningkatan beban jasa telekomunikasi, beban penyusutan dan amortisasi, beban pemasaran, beban umum dan administrasi dan beban lain- lain - bersih. Peningkatan ini sebagian diimbangi dengan penurunan beban karyawan, serta laba dari penjualan menara sebesar Rp1.184,0 miliar yang diakui pada tahun 2012 sebagai hasil dari transaksi penjualan dan sewa kembali menara yang ditandatangani pada tanggal 2 Agustus 2012. Beban karyawan menurun sebesar Rp408,8 miliar, atau 21,4, dari Rp1.912,6 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp1.503,8 miliar pada tahun 2012, terutama karena penurunan beban kompensasi terkait pemutusan hubungan kerja yang diberikan kepada peserta program VSS, yang diluncurkan pada bulan Januari 2011 dan diselesaikan pada bulan Juni 2011 untuk Perseroan dan diluncurkan pada bulan Desember 2011 dan diselesaikan pada bulan Januari 2012 untuk Lintasarta. Beban jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp1.358,3 miliar, atau 18,0, dari Rp7.547,4 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp8.905,7 miliar pada tahun 2012, terutama karena penerapan skema interkoneksi SMS yang baru, peningkatan iuran ke Pemerintah untuk biaya frekuensi IPFSR dan biaya hak penggunaan ijin spektrum 3G, dan peningkatan biaya akses layanan BlackBerry TM . Beban penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp1.714,6 miliar atau 26,1 dari Rp6.558,2 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp8.272,8 miliar pada tahun 2012, terutama sebagai akibat dari perubahan taksiran masa manfaat dari peralatan teknis selular Perseroan dari 10 tahun menjadi 8 tahun, yang berlaku sejak September 2012, yang dilakukan berdasarkan hasil tinjauan Perseroan atas taksiran masa manfaat atas aset-aset tersebut. Total biaya perolehan dari aset tetap Perseroan meningkat dari Rp83.056,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp88.417,6 miliar di tahun 2012. Beban pemasaran meningkat sebesar Rp64,6 miliar, atau 7,6, dari Rp855,7 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp920,3 miliar pada tahun 2012, terutama karena adanya peningkatan beban iklan dan beban untuk melakukan riset pangsa pasar. Beban umum dan administrasi turun sebesar Rp0,6 miliar, atau sebesar 0,1, dari Rp549,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp548,9 miliar pada tahun 2012 terutama karena penurunan beban honorarium tenaga ahli yang terutama terkait dengan biaya-biaya sehubungan dengan proses hukum terkait penyalahgunaan izin 3G. Laba penjualan menara. Perseroan mencatat laba penjualan menara sebesar Rp1.184,0 miliar dari transaksi penjualan dan sewa kembali dengan TBIG yang telah selesai pada bulan Agustus 2012, yang merupakan laba dari pelepasan sebagian ruang di menara yang tidak Perseroan sewa kembali dan kontrak sewa tanah atas menara yang Perseroan alihkan ke TBIG. Laba selisih kurs. Perseroan mencatat penurunan laba selisih kurs dari sebesar Rp46,1 miliar, atau 50,7 dari Rp90,9 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp44,8 miliar pada tahun 2012 terutama karena adanya tambahan rugi yang direalisasi atas selisih kurs dari pembayaran utang pengadaan dalam Dolar AS yang harus dibayarkan pada tahun 2012. Lain-lain – bersih. Beban lain-lain – bersih meningkat sebesar Rp273,6 miliar, atau 843,1, dari Rp32,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp306,1 miliar pada tahun 2012 terutama dikarenakan adanya biaya konsultasi tambahan untuk mengatur dan menegosiasikan transaksi penjualan dan sewa kembali menara, dan pajak penghasilan pasal 23 tambahan kepada kantor pajak terkait dengan transaksi penjualan dan sewa kembali menara pada tahun 2012 62

3. LABA USAHA KONSOLIDASIAN

Sebagai akibat dari faktor-faktor di atas, laba usaha naik sebesar Rp25,6 miliar atau 0,8, dari Rp3.164,3 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp3.189,9 miliar pada tahun 2012.

4. BEBAN LAIN-LAIN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Beban lain-lain bersih meningkat sebesar Rp895,3 miliar, atau sebesar 48,8, dari Rp1.833,0 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp2.728,3 miliar pada tahun 2012 terutama karena peningkatan dari rugi selisih kurs dan penurunan beban pembiayaan. Perseroan mencatat rugi selisih kurs-bersih sebesar Rp54,2 miliar pada tahun 2011 dibandingkan dengan rugi selisih kurs-bersih sebesar Rp789,4 miliar pada tahun 2012. Kurs tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia mengalami peningkatan dari Rp9.068 untuk AS 1 per tanggal 31 Desember 2011 menjadi Rp9.670 untuk AS 1 per tanggal 31 Desember 2012, dibandingkan dengan peningkatan dari Rp8.991 untuk AS 1 per tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp9.068 untuk AS 1 per tanggal 31 Desember 2011. Perseroan mencatat laba perubahan nilai wajar derivatif bersih sebesar Rp5,0 miliar pada tahun 2012, yang mencerminkan penurunan sebesar Rp53,0 miliar atas laba perubahan nilai wajar derivatif-bersih sebesar Rp58,0 miliar di tahun 2011 dikarenakan kenaikan nilai wajar dari kontrak forward mata uang asing yang ditandatangani oleh Perseroan pada tahun 2012. Perseroan mencatat peningkatan pendapatan bunga menjadi Rp133,5 miliar pada tahun 2012, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp40,9 miliar, atau 44,1 dari Rp92,6 miliar di tahun 2011, sebagai akibat dari jumlah kas yang lebih tinggi terutama dari transaksi penjualan dan sewa kembali menara pada tahun 2012. Kas tersebut ditempatkan sebagai deposito dan Perseroan menerima pendapatan bunga dari penempatan tersebut. Perseroan mencatat peningkatan beban pembiayaan menjadi Rp2.077,4 miliar di tahun 2012, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp148,0 miliar, atau 7,7 dari Rp1.929,4 miliar di tahun 2011 sebagai hasil dari peningkatan beban bunga dari kewajiban sewa pembiayaan Perseroan atas ruang di menara yang Perseroan sewa kembali dari transaksi penjualan dan sewa kembali pada tahun 2012.

5. BEBAN PAJAK PENGHASILAN – BERSIH KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat manfaat pajak penghasilan - bersih sebesar Rp25,8 miliar pada tahun 2012 dibandingkan dengan beban pajak penghasilan sebesar Rp264,6 miliar pada tahun 2011. Penurunan dalam beban pajak penghasilan-bersih terutama disebabkan oleh penurunan penghasilan kena pajak yang disebabkan karena penurunan pendapatan Perseroan dan peningkatan rugi selisih kurs.

6. LABA TAHUN BERJALAN YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK PERUSAHAAN KONSOLIDASIAN

Perseroan mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada para pemilik perusahaan menurun sebesar Rp593,6 miliar, atau 61,3, dari Rp968,7 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp375,1 miliar pada tahun 2012 dikarenakan oleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. 63 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian dalam jutaan Rupiah Keterangan Tanggal 30 Juni Tanggal 31 Desember 2014 2013 2012 2011 ASET Aset Lancar Kas dan Setara Kas 2.218.928 2.233.532 3.917.236 2.224.206 Piutang Usaha Pihak-pihak berelasi - setelah dikurangi cadangan penurunan nilai 820.777 632.203 574.650 318.243 Pihak ketiga - setelah dikurangi cadangan penurunan nilai 1.450.693 1.636.136 1.464.069 1.181.853 Piutang lain-lain - setelah dikurangi cadangan penurunan nilai 8.166 16.294 22.441 5.660 Persediaan - setelah dikurangi cadangan penurunan nilai 28.558 36.004 52.556 75.890 Aset Derivatif 93.512 195.569 69.654 159.349 Uang muka 25.619 34.867 36.057 40.485 Pajak dibayar di muka 205.284 218.749 294.343 30.695 Biaya frekuensi dan perijinan dibayar di muka 964.120 1.757.586 1.528.215 1.353.819 Biaya dibayar di muka - lainnya 453.551 373.220 335.815 351.833 Pensiun dibayar di muka 3.284 3.839 1.456 2.111 Aset Keuangan lancar lainnya - bersih 36.900 31.673 13.382 24.790 Aset lancar lainnya 4.939 3.184 392 742 Jumlah Aset Lancar 6.314.331 7.169.017 8.308.810 5.767.565 Aset Tidak Lancar Piutang pihak - pihak berelasi - setelah dikurangi cadangan penurunan nilai 4.005 7.167 10.358 10.654 Aset Pajak Tangguhan - bersih 88.109 96.057 100.693 113.812 Aset Tetap - Bersih 41.989.466 42.190.111 41.964.793 43.505.698 Goodwill dan aset tidak berwujud lainnya 1.357.125 1.362.600 1.373.707 1.366.853 Sewa dibayar dimuka jangka panjang - setelah dikurangi bagian jangka pendek 866.999 810.354 755.237 766.349 Izin dibayar dimuka jangka panjang - setelah dikurangi bagian jangka pendek 167.266 200.186 266.027 331.868 Uang muka jangka panjang 73.975 92.162 40.994 161.649 Pensiun dibayar dimuka jangka panjang - setelah dikurangi bagian jangka pendek 81.150 81.826 88.845 103.181 Piutang jangka panjang 11.871 12.838 17.959 20.677 Aset keuangan tidak lancar lainnya bersih 80.071 1.557.367 1.543.140 212.270 Aset tidak lancar lainnya - bersih 1.196.181 941.206 754.498 872.436 Jumlah Aset Tidak Lancar 45.916.218 47.351.874 46.916.251 47.465.447 Jumlah Aset 52.230.549 54.520.891 55.225.061 53.233.012 LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Jangka Pendek Utang Jangka pendek 698.916 1.499.849 299.529 1.499.256 Utang Usaha Pihak-pihak berelasi 120.417 47.603 22.650 23.581 Pihak ketiga 465.924 291.707 209.087 295.477 Utang Pengadaan 3.316.493 3.064.287 2.737.850 3.475.862 Utang Pajak 104.545 89.260 95.599 91.206 Akrual 1.808.055 1.747.722 1.761.252 1.715.172 Pendapatan diterima di muka 947.975 922.403 1.073.088 1.032.415 Uang muka pelanggan 52.382 49.335 43.825 37.265 Liabilitas derivatif 73.919 36.903 81.241 138.189 Kewajiban imbalan kerja 215.474 359.745 200.033 180.441 Bagian jangka pendek dari : Utang jangka panjang 2.427.596 2.443.367 2.669.218 3.300.537 Utang obligasi 1.047.188 2.356.310 1.329.175 41.989 64 dalam jutaan Rupiah Keterangan Tanggal 30 Juni Tanggal 31 Desember 2014 2013 2012 2011 Provisi atas kasus litigasi 1.358.643 - - - Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 398.212 362.448 289.164 71.828 Liabilitas jangka pendek lainnya 154.121 223.498 204.040 64.849 Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 13.175.413 13.494.437 11.015.751 11.968.067 Liabilitas Jangka Panjang Utang pihak-pihak berelasi 46.796 33.301 42.789 15.480 Kewajiban sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian jangka pendek 3.464.724 3.594.112 3.101.910 770.081 Liabilitas pajak tangguhan - bersih 806.227 893.285 1.684.270 1.956.352 Utang jangka panjang - setelah dikurangi bagian jangka pendek 4.596.248 4.345.267 3.703.822 6.425.779 Utang obligasi - setelah dikurangi bagian jangka pendek 12.830.256 13.285.207 13.986.507 12.138.353 Kewajiban imbalan kerja -setelah dikurangi bagian jangka pendek 1.074.757 1.046.414 926.224 787.313 Liabilitas keuangan jangka panjang lainnya 28.040 82.855 69.273 107.433 Liabilitas jangka panjang lainnya 1.204.309 1.228.415 1.299.131 95.054 Jumlah liabilitas jangka panjang 24.051.357 24.508.856 24.813.926 22.295.845 Jumlah Liabilitas 37.226.770 38.003.293 35.829.677 34.263.912 EKUITAS Modal Saham - nilai nominal Rp 100 setiap saham Seri A dan Seri B Modal dasar - 1 saham seri A dan 19.999.999.999.999 saham seri B Modal ditempatkan dan disetor penuh - 1 saham Seri A dan 5.433.933.499 saham Seri B 543.393 543.393 543.393 543.393 Agio saham 1.546.587 1.546.587 1.546.587 1.546.587 Saldo Laba Telah ditentukan penggunaannya 134.446 134.446 134.446 134.446 Belum ditentukan penggunaannya 11.764.774 12.877.143 15.846.721 15.889.104 Selisih transaksi perubahan ekuitas entitas asosiasientitas anak 404.104 404.104 404.104 404.104 Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 8.948 5.210 3.600 2.326 Perubahan nilai wajar atas investasi tersedia untuk dijual yang belum terealisasi - 413.700 389.718 - Jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada : Pemilik perusahaan 14.384.356 15.914.163 18.861.369 18.515.308 Kepentingan non pengendali 619.423 603.435 534.015 453.792 Jumlah Ekuitas 15.003.779 16.517.598 19.395.384 18.969.100 Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 52.230.549 54.520.891 55.225.061 53.233.012 Tanggal 30 Juni 2014 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013 Aset Lancar Kas dan setara kas Perseroan menurun 0,7 pada tanggal 30 Juni 2014 dari Rp2.233,5 miliar di tahun 2013 menjadi Rp2.218,9 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang terutama disebabkan oleh pembayaran pinjaman lebih besar dari jumlah kas yang diterima dari pinjaman baru. Piutang Perseroan menurun sebesar 0,2 dari Rp2.284,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp2.279,6 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang disebabkan oleh meningkatnya piutang usaha Perseroan secara umum dimana piutang pihak ketiga menurun cukup signiikan dari Rp1.636,1 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.450, 7 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 atau sebesar 11,3. Persediaan - bersih menurun 20,6 dari Rp36,0 miliar di tahun 2013 menjadi Rp28,6 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh sparepart selular yang telah habis digunakan di Juni 2014. 65 Aset derivatif menurun 52,2 dari Rp195,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp93,5 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh menurunnya kurs spot RupiahDolar AS dan swap RupiahDolar AS pada tanggal 30 Juni 2014. Uang muka menurun 26,6 dari Rp34,9 miliar di tahun 2013 menjadi Rp25,6 miliar pada tanggal 30 2014 terutama akibat berkurangnya pengeluaran barang modal Perseroan yang mengharuskan pembayaran uang muka. Pajak dibayar dimuka menurun 6,1 dari Rp218,7 miliar di tahun 2013 menjadi Rp205,3 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat diterimanya klaim tagihan pajak 2013 di 2014 dan menurunnya PPN masukan karena berkurangnya pengeluaran barang modal Perseroan. Biaya frekuensi dan perijinan dibayar dimuka menurun 45,1 dari Rp1.757,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp964,1 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 karena amortisasi biaya frekuensi tahunan IPFSR untuk pita frekuensi 2G yang dibayar Perseroan setiap tanggal 15 Desember setiap tahun untuk masa 1 tahun ke depan. Pensiun dibayar di muka menurun 14,5 dari Rp3,8 miliar pada tanggal 30 Juni 2013 menjadi Rp3,3 miliar pada tanggal Juni 2014, hal ini disebabkan oleh penurunan peserta program yang mengambil hak pensiun dibayar di muka dibandingkan periode sebelumnya Biaya dibayar di muka-lainnya meningkat 22,8 dari Rp369,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp453,6 miliar pada tanggal 30 Juni 2014, hal ini disebabkan oleh peningkatan tarif perpanjangan sewa lahan untuk penempatan menara Perseroan. Aset keuangan lancar lainnya - bersih meningkat 16,7 dari Rp31,7 miliar di tahun 2013 menjadi Rp36,9 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat kenaikan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya dari reklasiikasi penempatan performance bond untuk proyek-proyek tertentu oleh Perseroan, yang akan jatuh tempo di tahun 2014. Aset lancar lainnya meningkat sebesar 55,1 dari Rp3,2 miliar menjadi Rp4,9 miliar, terutama akibat terdapat jenis tertentu aset lancar yang tidak ada di tahun 2013 Aset Tidak Lancar Piutang pihak-pihak berelasi menurun 44,1 dari Rp7,2 miliar di tahun 2013 menjadi Rp4,0 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat penerimaan dari piutang pihak berelasi, yaitu Koperasi Pegawai Indosat “Kopindosat” sebesar Rp3,1 miliar yang diterima oleh Perseroan pada tahun 2014 Aset pajak tangguhan - bersih menurun 8,3 dari Rp96,1 miliar menjadi Rp88,1 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat menurunnya aset pajak tangguhan dari Anak Perusahaan yaitu IM2 dan Lintasarta. Aset tetap - bersih menurun 0,5 dari Rp42.190,1 miliar di tahun 2013 menjadi Rp41.989,5 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh beban penyusutan selama enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 yang lebih tinggi dari pengeluaran barang modal Perseroan untuk periode yang sama. Goodwill dan aset tak berwujud lainnya yang dimiliki oleh Perseroan menurun 0,4 dari Rp1.362,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.357,1 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama disebabkan amortisasi aset tak berwujud lainnya selama periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sewa dibayar dimuka sebesar 7,0 dari Rp810,4 miliar menjadi Rp867,0 miliar di Juni 2014 yang terutama disebabkan oleh peningkatan tarif perpanjangan sewa lahan untuk penempatan menara Perseroan. 66 Pada tanggal 30 Juni 2014 terjadi penurunan izin dibayar di muka jangka panjang sebesar 16,4 dari Rp200,2 miliar di tahun 2013 menjadi Rp167,3 miliar di Juni 2014 yang disebabkan oleh reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk biaya izin 3G dan BWA dibayar dimuka yang akan diamortisasi untuk periode 1 tahun sampai dengan tanggal 30 Juni 2015. Terdapat penurunan yang siginiikan pada uang muka jangka panjang Perseroan pada tanggal 30 Juni 2014 yaitu sebesar 19,7 dari Rp92,2 miliar di tahun 2013 menjadi Rp74,0 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang disebabkan oleh penurunan pengeluaran barang modal Perseroan yang mengharuskan pembayaran uang muka. Pensiun dibayar dimuka jangka panjang turun 0,8 dari Rp81,8 miliar di tahun 2013 menjadi Rp81,2 miliar pada tanggal 30 Juni 2014, hal ini disebabkan oleh amortisasi pensiun dibayar dimuka jangka panjang atas Perseroan dan Lintasarta, berdasarkan perhitungan beban pensiun yang dilakukan oleh aktuaris. Piutang jangka panjang turun sebesar 7,5 dari Rp12,8 miliar di tahun 2013 menjadi Rp11,9 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang terutama disebabkan oleh penyelesaian pembayaran piutang karyawan yang keluar dari Perseroan. Aset keuangan tidak lancar lainnya – bersih turun signiikan sebesar 94,9 dari Rp1.557,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp80,0 miliar pada tanggal 30 Juni 2014, hal ini disebabkan oleh divestasi investasi saham TBIG yang ditandatangani oleh Perseroan pada bulan Maret 2014. Aset tidak lancar lainnya - bersih meningkat 27,1 dari Rp941,2 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.196,2 miliar pada tanggal 30 Juni 2014, hal ini terutama disebabkan oleh akibat kenaikan klaim tagihan pajak. Liabilitas Jangka Pendek Utang jangka pendek menurun 53,4 dari Rp1.499,8 miliar di tahun 2013 menjadi Rp698,9 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat pembayaran fasilitas kredit revolving Mandiri karena jatuh tempo dan penarikan pinjaman atas utang baru fasilitas kredit revolving BNI. Utang usaha meningkat 72,8 dari Rp339,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp586,3 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang disebabkan oleh kenaikan utang usaha ke operator luar negeri. Kenaikan utang usaha ke operator luar negeri tersebut terutama disebabkan oleh belum jatuh temponya term of payment untuk traik SLI dan Roaming dengan operator luar negeri. Berdasarkan perjanjian bilateral dengan masing- masing operator luar negeri, Perseroan dan operator luar negeri sepakat untuk menyelesaikan utang- piutang terkait dengan traik SLI dan Roaming dalam jangka waktu tertentu misal setiap 3 bulanan, 4 bulanan atau 6 bulanan, dimana setiap operator memiliki term of payment berbeda. Pada tanggal 30 Juni 2014, term of payment tersebut belum jatuh tempo, sehingga Perseroan belum melakukan pembayaran atas utang tersebut. Perseroan memiliki kebijakan untuk tidak pernah melakukan penundaan atas pembayaran kepada operator luar negeri ataupun vendor manapun. Utang pengadaan meningkat 8,2 dari Rp3.064,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp3.316,5 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat penambahan utang pengadaan dari pengeluaran barang modal selama enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Utang pajak meningkat 0,9 dari Rp89,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp90,1 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh kenaikan utang pajak dari taksiran pajak penghasilan badan IM2 dan Lintasarta. Posisi akrual Perseroan meningkat 3,5 dari Rp1.747,7 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.808,1 miliar di Juni 2014 disebabkan oleh penurunan akrual atas imbalan kerja karyawan. Pendapatan diterima dimuka meningkat 2,8 dari Rp922,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp948,0 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh kenaikan pendapatan diterima dimuka atas selular dan MIDI karena program marketing yang agresif. 67 Uang muka pelanggan meningkat 6,3 dari Rp49,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp52,4 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh peningkatan uang muka dari dealer Perseroan untuk penjualan paket perdana selular starter package. Liabilitas derivatif meningkat 100,3 dari Rp36,9 miliar di tahun 2013 menjadi Rp73,9 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh menurunnya kurs spot RupiahDolar AS dan swap RupiahDolar AS di Juni 2014. Kewajiban imbalan kerja menurun 40,1 dari Rp359,7 miliar di tahun 2013 menjadi Rp215,5 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 yang disebabkan oleh penurunan jumlah karyawan Perseroan yang mendekati usia pensiun pada tanggal 30 Juni 2014 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013. Perseroan secara bertahap mencoba meningkatkan produktivitas Perseroan dengan melakukan perekrutan pegawai-pegawai baru yang memiliki semangat baru dan dinamis sesuai dengan ambisi Perseroan, dan dengan demikian mengurangi jumlah pegawai dengan usia mendekati pensiun lihat program Employment Separation Program “ESP” dan VSS. Kewajiban imbalan kerja Perseroan dihitung dengan menggunakan perhitungan aktuaris yang mempertimbangkan masa kerja, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji tahunan Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang menurun 0,6 dari Rp2.443,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp2.427,6 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh pembayaran utang jatuh tempo. Bagian jangka pendek dari utang obligasi menurun 55,6 dari Rp2.356,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.047,2 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 disebabkan oleh pembayaran utang jatuh tempo Obligasi V Seri A dan Sukuk Ijarah II. Perseroan membukukan penyisihan untuk kasus hukum tersebut di atas sebesar Rp1.358.643 juta, sehubungan dengan keputusan Mahkamah Agung atas kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII Keterangan Tentang Perseroan poin M. Perkara yang Dihadapi Perseroan, Entitas Anak, Direksi, Dan Dewan Komisaris Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya meningkat 9,8 dari Rp362,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp398,2 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk kewajiban sewa pembiayaan yang jatuh tempo sampai dengan Juni 2015. Liabilitas jangka pendek lainnya menurun sebesar Rp69,4 miliar, atau 31,0, dari Rp223,5 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp154,1 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama sebagai dampak dari pembayaran kompensasi karyawan untuk peserta program program pemisahan hubungan kerja akibat reorganisasi Employment Separation Program yang dibayarkan selama enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Liabilitas Jangka Panjang Utang pihak-pihak berelasi meningkat 40,5 dari Rp33,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp46,8 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat peningkatan utang pihak berelasi ke Ooredoo QSC. Utang jangka panjang meningkat 5,8 dari Rp4.345,3 miliar di tahun 2013 menjadi Rp4.596,2 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat penarikan fasilitas pinjaman revolving berjangka dari IIF- SMI dan BTMU. Utang obligasi menurun 3,4 dari Rp13.285,2 miliar di tahun 2013 menjadi Rp12.830,3 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat reklasiikasi obligasi yang akan jatuh tempo sampai dengan Juni 2015 ke bagian liabilitas jangka pendek. Liabilitas jangka panjang lainnya menurun 2,0 dari Rp1.228,4 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.204,3 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama akibat reklasiikasi bagian jangka pendek atas laba yang ditangguhkan yang berasal dari transaksi jual dan sewa kembali antara Perseroan dan TBIG. 68 Ekuitas Konsolidasian Ekuitas konsolidasian mengalami penurunan bersih sebesar Rp1.513,8 miliar atau 9,2 dari Rp16.517,6 miliar pada tanggal 31 Desember 2013 menjadi Rp15.003,8 miliar pada tanggal 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh realisasi laba perubahan nilai wajar atas investasi tersedia untuk dijual. Tanggal 31 Desember 2013 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2012 Aset Lancar Kas dan setara kas Perseroan menurun 43,0 di tahun 2013 dari Rp3.917,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp2.233,5 miliar pada tahun 2013 yang terutama disebabkan oleh kenaikan pembayaran kas untuk pengeluaran barang modal di 2013. Penjabaran lebih lengkap pada uraian arus kas dalam bab ini. Piutang Perseroan meningkat sebesar 10,8 dari Rp2.061,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp2.284,6 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh meningkatnya piutang usaha Perseroan secara umum dimana piutang pihak ketiga meningkat dari Rp1.464,1 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.636,1 miliar di tahun 2013 atau sebesar 11,8, yang terutama disebabkan kenaikan piutang usaha dari penyewaan menara dari pihak ketiga. Persediaan - bersih menurun 31,5 dari Rp52,6 miliar di tahun 2012 menjadi Rp36,0 miliar di tahun 2013 terutama disebabkan oleh penurunan jumlah persediaan kartu SIM prabayar, disebabkan kenaikan penjualan kartu SIM pada akhir tahun. Aset derivatif meningkat 180,8 dari Rp69,7 miliar di tahun 2012 menjadi Rp195,6 miliar di tahun 2013 terutama disebabkan oleh naiknya nilai wajar kontrak forward valuta asing Perseroan seiring dengan kenaikan kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2013 yang lebih tinggi dari kurs spot RupiahDolar AS dan swap RupiahDolar AS di dalam kontrak forward valuta asing Perseroan. Uang muka jangka pendek menurun 3,3 dari Rp36,1 miliar di tahun 2012 menjadi Rp34,9 miliar di tahun 2013 terutama diakibatkan peningkatan pertanggungjawaban uang muka operasional oleh karyawan yang akan meninggalkan Perseroan di akhir tahun 2013. Biaya frekuensi dan perijinan dibayar dimuka meningkat 15,0 dari Rp1.528,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.757,6 miliar pada tahun 2013 karena peningkatan biaya frekuensi tahunan IPFSR untuk pita frekuensi 2G Perseroan, sesuai dengan ketetapan dari Menkominfo. Pensiun dibayar di muka meningkat 163,7 dari Rp1,5 miliar di tahun 2012 menjadi Rp3,8 miliar di tahun 2013, hal ini sejalan dengan program Employment Separation Program “ESP” yang diumumkan oleh manajemen Perseroan pada akhir tahun 2013, berdasarkan program ESP tersebut, beberapa karyawan yang tidak sesuai dengan struktur organisasi Perseroan yang baru ditawarkan paket pesangon dan sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pegawai yang akan pensiun pensiun dini pada akhir tahun 2013. Pensiun dibayar dimuka Perseroan dihitung dengan menggunakan perhitungan aktuaris yang mempertimbangkan masa kerja, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji tahunan. Biaya dibayar di muka-lainnya meningkat 10,5 dari Rp334,4 miliar di tahun 2012 menjadi Rp369,4 miliar di tahun 2013, hal ini disebabkan oleh peningkatan tarif perpanjangan sewa lahan untuk penempatan menara Perseroan. Aset keuangan lancar lainnya - bersih meningkat 136,7 dari Rp13,4 miliar di tahun 2012 menjadi Rp31,7 miliar di tahun 2013 terutama akibat kenaikan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya dari reklasiikasi penempatan performance bond untuk proyek-proyek yang dikerjakan oleh Perseroan, dan akan jatuh tempo di tahun 2014. 69 Aset Tidak Lancar Piutang pihak-pihak berelasi menurun 30,8 dari Rp10,4 miliar di tahun 2012 menjadi Rp7,2 miliar di tahun 2013 terutama diakibatkan dari penerimaan cicilan pembayaran piutang pihak berelasi dari Kopindosat sebesar Rp3 miliar pada tahun 2013. Kopindosat diharapkan bisa melunasi hutang- hutangnya ke Perseroan pada tahun 2014. Aset pajak tangguhan - bersih menurun 4,6 dari Rp100,7 miliar menjadi Rp96,1 miliar di tahun 2013 terutama akibat penurunan aset pajak tangguhan IM2 dan Lintasarta. Aset tetap - bersih meningkat 0,5 dari Rp41.964,8 miliar di tahun 2012 menjadi Rp42.190,1 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh penambahan aset di tahun 2013 sehubungan dengan proyek modernisasi jaringan Perseroan. Goodwill dan aset tak berwujud lainnya yang dimiliki oleh Perseroan menurun 0,8 dari Rp1.373,7 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.362,6 miliar di tahun 2013 terutama disebabkan amortisasi aset tak berwujud lainnya selama tahun 2013. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sewa dibayar dimuka jangka panjang sebesar 7,3 dari Rp755,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp810,4 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh peningkatan tarif perpanjangan sewa lahan untuk penempatan menara Perseroan. Pada tahun 2013 terjadi penurunan izin dibayar di muka jangka panjang sebesar 24,7 dari Rp266,0 miliar di tahun 2012 menjadi Rp200,2 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk biaya izin 3G dan BWA dibayar dimuka yang akan diamortisasi untuk periode 1 tahun sampai dengan tanggal 31 Desember 2014. Terdapat peningkatan uang muka jangka panjang Perseroan di tahun 2013 yaitu sebesar 124,8 dari Rp41,0 miliar di tahun 2012 menjadi Rp92,2 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh kenaikan jumlah uang muka yang dibayarkan untuk pengeluaran barang modal Perseroan selama tahun 2013. Kenaikan jumlah uang muka tersebut sejalan dengan strategi Perseroan untuk membangun satelit baru untuk menggantikan satelit Palapa C, dengan menandatangani perjanjian pembangunan Satelit baru Perseroan, yaitu Satelit Palapa E dengan nilai kontrak mendekati AS200 juta, dimana untuk pembangunan satelit tersebut, Perseroan telah membayarkan uang muka kepada sejumlah vendor yang mencapai Rp27 miliar. Kenaikan lain disebabkan oleh tertundanya beberapa proyek modernisasi jaringan Perseroan, sehingga uang muka yang sudah dibayarkan Perseroan belum bisa digunakan untuk menyelesaikan pembayaran utang pengadaan dengan vendor tersebut. Pensiun dibayar dimuka jangka panjang turun 7,9 dari Rp88,8 miliar di tahun 2012 menjadi Rp81,8 miliar di tahun 2013, hal ini disebabkan oleh amortisasi pensiun dibayar dimuka atas Perseroan dan Lintasarta, berdasarkan perhitungan beban pensiun yang dilakukan oleh aktuaris. Piutang jangka panjang turun sebesar 28,5 dari Rp18,0 miliar di tahun 2012 menjadi Rp12,8 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh penyelesaian piutang karyawan untuk karyawan yang meninggalkan Perseroan di akhir tahun 2013 karena program ESP. Aset keuangan tidak lancar lainnya - bersih naik sebesar 0,9 dari Rp1.543,1 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.557,4 miliar di tahun 2013, hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai wajar investasi Perseroan atas kepemilikan saham di TBIG. Aset tidak lancar lainnya - bersih meningkat 24,7 dari Rp754,5 miliar di tahun 2012 menjadi Rp941,2 miliar di tahun 2013, hal ini disebabkan oleh kenaikan tagihan pajak Perseroan dari kurang bayar PPN yang dibayarkan ke kantor pajak di tahun 2013. Atas kekurangbayaran tersebut, Perseroan telah mengajukan banding kepada pengadilan pajak. 70 Liabilitas Jangka Pendek Utang jangka pendek meningkat 400,7 dari Rp299,5 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.499,8 miliar di tahun 2013 terutama akibat tambahan penarikan pinjaman dari fasilitas pinjaman revolving dari Bank Mandiri. Utang usaha meningkat 46,4 dari Rp231,7 miliar di tahun 2012 menjadi Rp339,3 miliar di tahun 2013 yang disebabkan oleh kenaikan utang usaha dalam Dolar AS dari operator luar negeri akibat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2013. Utang pengadaan meningkat 11,9 dari Rp2.737,9 miliar di tahun 2012 menjadi Rp3.064,3 miliar di tahun 2013 terutama akibat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2013, yang menyebabkan kenaikan utang pengadaan kepada pemasok luar negeri. Utang pajak menurun 6,6 dari Rp95,6 miliar di tahun 2012 menjadi Rp89,3 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh penurunan utang pajak atas taksiran pajak penghasilan badan Lintasarta. Posisi akrual Perseroan menurun 0,8 dari Rp1.761,3 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.747,7 miliar di tahun 2013 terutama disebabkan oleh penurunan akrual atas biaya pemasaran. Pendapatan diterima dimuka menurun 14,0 dari Rp1.073,1 miliar di tahun 2012 menjadi Rp922,4 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh penurunan dari pendapatan diterima dimuka dari jasa FWA disebut juga “Starone”. Uang muka pelanggan meningkat 12,6 dari Rp43,8 miliar di tahun 2012 menjadi Rp49,3 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh tambahan uang muka pelanggan dari pelanggan sewa transponder Perseroan seiring dengan penambahan stasiun televisi baru dan penyedia TV kabel di Indonesia. Liabilitas derivatif menurun 54,6 dari Rp81,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp36,9 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh naiknya nilai wajar kontrak forward valuta asing Perseroan seiring dengan kenaikan kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2013 yang lebih tinggi dari kurs spot RupiahDolar AS dan swap RupiahDolar AS di dalam kontrak forward valuta asing Perseroan. Kewajiban imbalan kerja meningkat 79,8 dari Rp200,0 miliar di tahun 2012 menjadi Rp359,7 miliar pada tahun 2013 disebabkan oleh hal ini sejalan dengan program Employment Separation Program “ESP” yang diumumkan oleh manajemen Perseroan pada akhir tahun 2013, berdasarkan program ESP tersebut, beberapa karyawan yang tidak sesuai dengan struktur organisasi Perseroan yang baru ditawarkan paket pesangon dan sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pegawai yang akan pensiun pensiun dini pada akhir tahun 2013. Kewajiban imbalan kerja Perseroan dihitung dengan menggunakan perhitungan aktuaris yang mempertimbangkan masa kerja, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji tahunan Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang menurun 8,5 dari Rp2.669,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp2.443,4 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh penurunan jumlah utang akan jatuh tempo pada 31 Desember 2013 dibandingkan dengan 2012. Bagian jangka pendek dari utang obligasi meningkat 77,3 dari Rp1.329,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp2.356,3 miliar di tahun 2013 disebabkan oleh peningkatan utang obligasi jatuh tempo pada 31 Desember 2013 dibandingkan dengan 2012. Pada tanggal 31 Desember 2013, utang obligasi yang akan jatuh tempo adalah Obligasi Indosat Kelima Seri A, Obligasi Indosat Ketujuh Seri A, Sukuk Ijarah II dan Sukuk Ijarah IV Seri A, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2012, utang obligasi yang akan jatuh tempo adalah Sukuk Ijarah III dan Obligasi Indosat Keenam Seri A. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya meningkat 25,3 dari Rp289,2 miliar di tahun 2012 menjadi Rp362,4 miliar di tahun 2013 terutama akibat reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk kewajiban sewa pembiayaan yang akan jatuh tempo sampai dengan 31 Desember 2014. 71 Liabilitas jangka pendek lainnya meningkat 9,5, dari Rp204,0 milar pada tahun 2012 menjadi Rp223,5 miliar pada tahun 2013 terutama akibat penambahan liabilitas untuk pesangon karyawan yang akan keluar dari Perseroan sehubungan dengan program Employee Separation Program yang dikeluarkan di bulan Desember 2013. Liabilitas Jangka Panjang Utang pihak-pihak berelasi menurun 22,2 dari Rp42,8 miliar di tahun 2012 menjadi Rp33,3 miliar di tahun 2013 terutama akibat pembayaran utang pihak berelasi kepada Ooredoo QSC di tahun 2013. Utang jangka panjang meningkat 17,3 dari Rp3.703,8 miliar di tahun 2012 menjadi Rp4.345,3 miliar di tahun 2013 terutama akibat adanya penambahan utang jangka panjang baru di tahun 2013 Fasilitas Kredit Investasi BCA dan pinjaman revolving dari BSMI dan PT Indonesia Infrastructure Finance dan PT Sarana Multi Infrastruktur Persero. Utang obligasi menurun 5,0 dari Rp13.986,5 miliar di tahun 2012 menjadi Rp13.285,2 miliar di tahun 2013 terutama akibat reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk utang obligasi yang akan jatuh tempo di tahun 2014 Obligasi Indosat Kelima Seri A, Sukuk Ijarah II dan Sukuk Ijarah IV Seri A, yang diimbangi dengan peningkatan utang obligasi karena pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2013. Liabilitas jangka panjang lainnya menurun 5,4 dari Rp1.299,1 miliar di tahun 2012 menjadi Rp1.228,4 miliar di tahun 2013 terutama akibat reklasiikasi bagian jangka pendek dari laba yang ditangguhkan dari transaksi jual dan sewa kembali 2.500 menara Perseroan dengan TBIG. Ekuitas Konsolidasian Ekuitas konsolidasian mengalami penurunan sebesar Rp2.877,8 miliar atau 14,8 dari Rp19.395,4 miliar per 31 Desember 2012 menjadi Rp16.517,6 miliar per 31 Desember 2013 terutama disebabkan oleh rugi usaha tahun berjalan tahun 2013 sebesar Rp2.666,5 miliar Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Aset Lancar Kas dan setara kas Perseroan meningkat 76,1 di tahun 2012 dari Rp2.224,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp3.917,2 miliar di tahun 2012 yang terutama disebabkan oleh penerimaan kas dari penerbitan Obligasi Indosat VIII dan Sukuk Ijarah V dan penerimaan kas dari transaksi penjualan dan sewa kembali menara Perseroan dengan TBIG yang ditandatangani di 2012. Piutang Perseroan meningkat sebesar 36,9 dari Rp1.505,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp2.061,2 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh meningkatnya piutang usaha Perseroan secara umum dimana piutang pihak berelasi yang meningkat sebesar 80,6 dari Rp318,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp574,7 miliar di tahun 2012 yang terutama disebabkan oleh penambahan piutang usaha dari proyek “Desa Pinter” antara Lintasarta dengan Menkominfo – BP3TI, piutang pihak ketiga meningkat dari Rp1.181,9 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.464,1 miliar di tahun 2012 atau sebesar 23,9, terutama disebabkan dari peningkatan piutang dari operator luar negeri seiring dengan peningkatan pendapatan dari panggilan incoming dari luar negeri ke Indonesia pada tahun 2012. Persediaan - bersih menurun 30,7 dari Rp75,9 miliar di tahun 2011 menjadi Rp52,6 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan kartu SIM di akhir tahun 2012 dibandingkan dengan 2011. Aset derivatif turun 56,3 dari Rp159,3 miliar 2011 menjadi Rp69,7 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh menurunnya nilai wajar kontrak forward valuta asing Perseroan seiring dengan kenaikan kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2012 yang lebih rendah dari kurs spot Rupiah Dolar AS dan swap RupiahDolar AS di dalam kontrak forward valuta asing Perseroan. 72 Uang muka jangka pendek menurun 10,9 dari Rp40,5 miliar di tahun 2011 menjadi Rp36,1 miliar di tahun 2012 terutama diakibatkan perubahan kebijakan Perseroan mengenai pengambilan uang muka oleh karyawan sehingga mengakibatkan penurunan jumlah uang muka yang diambil oleh karyawan Perseroan. Pajak dibayar dimuka naik 858,9 dari Rp30,7 miliar di tahun 2011 menjadi Rp294,3 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan penambahan tagihan pajak atas pajak penghasilan pasal 26 Perseroan yang merupakan reklasiikasi dari aset tidak lancar disebabkan telah keluarnya keputusan pengadilan pajak, Perseroan telah menerima pengembalian pajak di tahun 2013. Biaya frekuensi dan perijinan dibayar dimuka naik 12,9 dari Rp1.353,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.528,2 miliar pada tanggal 31 Desember 2012 karena peningkatan biaya frekuensi tahunan IPFSR untuk pita frekuensi 2G Perseroan, sesuai dengan ketetapan dari Menkominfo. Pensiun dibayar di muka menurun 31,0 dari Rp2,1 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1,5 miliar di tahun 2012, hal ini sejalan dengan program VSS Voluntary Separation Scheme yang diumumkan oleh manajemen Perseroan pada tahun 2011, berdasarkan program VSS tersebut, beberapa karyawan yang tidak sesuai dengan struktur organisasi Perseroan yang baru ditawarkan paket pesangon dan sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pegawai yang pensiun pensiun dini pada tahun 2011. Program VSS menyebabkan turunnya jumlah peserta program pensiun manfaat pasti pada akhir tahun 2012. Pensiun dibayar dimuka Perseroan dihitung dengan menggunakan perhitungan aktuaris yang mempertimbangkan masa kerja, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji tahunan . Aset keuangan lancar lainnya - bersih turun 46,0 dari Rp24,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp13,4 miliar di tahun 2012 terutama akibat pencairan performance bonds yang ditempatkan Perseroan selama tahun 2012 dikarenakan telah selesainya beberapa proyek yang diikuti Perseroan. Aset Tidak Lancar Piutang pihak-pihak berelasi menurun 2,8 dari Rp10,7 miliar di tahun 2011 menjadi Rp10,4 miliar di tahun 2012 terutama diakibat penyelesaian beberapa piutang pihak berelasi di tahun 2012. Aset pajak tangguhan - bersih menurun 11,5 dari Rp113,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp100,7 miliar di tahun 2012 terutama akibat penurunan aset pajak tangguhan dari IM2 dan Lintasarta. Aset tetap – bersih menurun 3,5 dari Rp43.505,7 miliar di tahun 2011 menjadi Rp41.964,8 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh kenaikan beban penyusutan yang diakibatkan oleh perubahan taksiran umur manfaat aset tetap Perseroan, antara lain peralatan teknis selular dari 10 tahun menjadi 8 tahun dan peralatan teknis FWA dari 10 tahun menjadi 7 tahun. Goodwill dan aset tak berwujud lainnya naik 0,5 dari Rp1.366,9 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.373,7 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh penambahan aset tak berwujud lainnya selama tahun 2012. Pada tahun 2012 terjadi penurunan sewa dibayar dimuka sebesar 1,4 dari Rp766,3 miliar di tahun 2011 menjadi Rp755,2 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh pemindahan kontrak sewa lahan Perseroan kepada TBIG terkait dengan transaksi jual dan sewa kembali 2.500 menara Perseroan kepada TBIG. Pada tahun 2012 terjadi penurunan izin dibayar di muka jangka panjang sebesar 19,8 dari Rp331,9 miliar di tahun 2011 menjadi Rp266,0 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh reklasiikasi ke bagian jangka pendek untuk biaya izin 3G dan BWA dibayar dimuka yang akan diamortisasi untuk periode 1 tahun sampai dengan tanggal 31 Desember 2013. Terdapat penurunan pada uang muka jangka panjang Perseroan di tahun 2012 yaitu sebesar 74,6 dari Rp161,6 miliar di tahun 2011 menjadi Rp41,0 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh settlement atas uang muka untuk proyek-proyek pengerjaan aset tetap di 2011, dimana proyek tersebut diselesaikan di tahun 2012. 73 Pensiun dibayar dimuka jangka panjang turun 13,9 dari Rp103,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp88,8 miliar di tahun 2012, hal ini disebabkan oleh hal ini disebabkan oleh amortisasi pensiun dibayar dimuka jangka panjang atas Perseroan dan Lintasarta, berdasarkan perhitungan beban pensiun yang dilakukan oleh aktuaris. Piutang jangka panjang turun sebesar 13,1 dari Rp20,7 miliar di tahun 2011 menjadi Rp18,0 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh penyelesaian pembayaran piutang karyawan yang keluar dari Perseroan. Aset keuangan tidak lancar lainnya – bersih meningkat sebesar 627,0 dari Rp212,3 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.543,1 miliar di tahun 2012, hal ini disebabkan oleh pengakuan investasi atas saham TBIG oleh Perseroan pada bulan Agustus 2012, yang diterima Perseroan sebagai bagian dari kompensasi dalam transaksi penjualan dan sewa kembali 2.500 menara dengan TBIG. Aset tidak lancar lainnya - bersih menurun 13,5 dari Rp872,4 miliar di tahun 2011 menjadi Rp754,5 miliar di tahun 2013, hal ini disebabkan oleh penurunan tagihan pajak dari pajak penghasilan pasal 26 dimana keputusan pengadilan sudah diterima Perseroan pada tahun 2012. Perseroan mengharapkan pengembalian pajak akan diterima di tahun 2013 oleh karena itu direklasiikasi ke akun pajak dibayar di muka. Liabilitas Jangka Pendek Utang jangka pendek menurun 80,0 dari Rp1.499,3 miliar di tahun 2011 menjadi Rp299,5 miliar di tahun 2012 terutama akibat pembayaran fasilitas pinjaman revolving dari Mandiri selama tahun 2012 yang lebih tinggi dari penarikan pinjaman Perseroan. Utang usaha menurun 27,4 dari Rp319,1 miliar di tahun 2011 menjadi Rp231,7 miliar di tahun 2012 yang disebabkan oleh penurunan utang kepada operator luar negeri. Utang pengadaan menurun 21,2 dari Rp3.475,9 miliar di tahun 2011 menjadi Rp2.737,9 miliar di tahun 2012 terutama akibat meningkatnya pembayaran utang pengadaan kepada pemasok selama tahun 2012. Utang pajak naik 4,8 dari Rp91,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp95,6 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh kenaikan utang atas pajak penghasilan badan Lintasarta. Akrual Perseroan naik 2,7 dari Rp1.715,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.761,3 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan akrual atas sewa di 2013. Pendapatan diterima dimuka naik 3,9 dari Rp1.032,4 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.073,1 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan pendapatan diterima di muka dari penjualan voucher isi ulang kepada dealer Perseroan. Uang muka pelanggan naik 17,4 dari Rp37,3 miliar di tahun 2011 menjadi Rp43,8 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan uang muka pelanggan dari penjualan Paket Perdana starter package kepada dealer Perseroan. Liabilitas derivatif menurun 41,2 dari Rp138,2 miliar di tahun 2011 menjadi Rp81,2 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh menurunnya nilai wajar kontrak forward valuta asing Perseroan seiring dengan kenaikan kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2012 yang lebih rendah dari kurs spot RupiahDolar AS dan swap RupiahDolar AS di dalam kontrak forward valuta asing Perseroan. Kewajiban imbalan kerja meningkat 10,9 dari Rp180,4 miliar di tahun 2011 menjadi Rp200,0 miliar pada tahun 2012 hal ini sejalan dengan program VSS Voluntary Separation Scheme yang diumumkan oleh manajemen Perseroan pada tahun 2011, berdasarkan program VSS tersebut, beberapa karyawan yang tidak sesuai dengan struktur organisasi Perseroan yang baru ditawarkan paket pesangon dan sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pegawai yang pensiun pensiun dini pada tahun 2011. 74 Program VSS menyebabkan turunnya jumlah kewajiban imbalan kerja karena menurunkan jumlah pegawai Perseroan dengan masa kerja panjang pada tahun 2012. Perseroan menghitung kewajiban imbalan kerja dengan menggunakan perhitungan aktuaris yang mempertimbangkan masa kerja, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji tahunan. Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang menurun 19,1 dari Rp3.300,5 miliar di tahun 2011 menjadi Rp2.669,2 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh pembayaran utang jatuh tempo di 2012. Bagian jangka pendek dari utang obligasi meningkat 3.065,5 dari Rp42,0 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.329,2 miliar di tahun 2012 disebabkan oleh reklasiikasi dari bagian jangka panjang atas Obligasi Indosat Keenam Seri A dan Sukuk Ijarah II yang akan jatuh tempo di tahun 2013. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya meningkat 302,6 dari Rp71,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp289,2 miliar di tahun 2012 terutama akibat reklasiikasi dari bagian jangka panjang atas kewajiban sewa pembiayaan yang akan jatuh tempo sampai dengan Desember 2013. Liabilitas jangka pendek lainnya meningkat 214,6, dari Rp64,8 milar pada tahun 2011 menjadi Rp204,0 miliar pada tahun 2012 terutama berasal dari pengakuan bagian jangka pendek dari laba ditangguhkan dari transaksi penjualan dan sewa kembali 2.500 menara Perseroan. Liabilitas Jangka Panjang Utang pihak-pihak berelasi meningkat 176,4 dari Rp15,5 miliar di tahun 2011 menjadi Rp42,8 miliar di tahun 2012 terutama akibat peningkatan utang pihak berelasi ke Ooredoo QSC. Utang jangka panjang menurun 42,4 dari Rp6.425,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp3.703,8 miliar di tahun 2012 terutama akibat reklasiikasi utang jangka panjang fasilitas pinjaman sindikasi Dolar AS - 12 lembaga keuangan ke liabilitas jangka pendek karena akan jatuh tempo di tahun 2013. Utang obligasi meningkat 15,2 dari Rp12.138,4 miliar di tahun 2011 menjadi Rp13.986,5 miliar di tahun 2012 terutama akibat penerbitan Obligasi Indosat Ke-8 dan Sukuk Ijarah V pada tahun 2012. Liabilitas jangka panjang lainnya meningkat 1.266 dari Rp95,1 miliar di tahun 2011 menjadi Rp1.299,1 miliar di tahun 2012 terutama karena pengakuan laba ditangguhkan dari transaksi penjualan dan sewa kembali 2.500 menara Perseroan. Ekuitas Konsolidasian Ekuitas konsolidasian mengalami peningkatan sebesar Rp426,3 miliar atau 2,2 dari Rp18.969,1 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp19.395,4 miliar pada tahun 2012. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh pengakuan laba tahun berjalan tahun 2012 sebesar Rp375,1 miliar.

E. LIKUIDITAS DAN SUMBER-SUMBER PERMODALAN

Secara historis, kebutuhan likuiditas Perseroan timbul dari kebutuhan untuk membiayai investasi dan pengeluaran barang modal sehubungan dengan perluasan bisnis telekomunikasi Perseroan. Bisnis telekomunikasi Perseroan membutuhkan modal yang besar untuk membangun dan memperluas infrastruktur jaringan bergerak dan data dan untuk membiayai kegiatan usaha Perseroan, terutama selama tahap pengembangan jaringan. Meskipun Perseroan memiliki banyak infrastruktur jaringan yang telah ada, Perseroan memperkirakan akan kembali melakukan pengeluaran barang modal khususnya untuk pengembangan jaringan selular di daerah-daerah yang diperkirakan sebagai daerah yang tinggi pertumbuhannya, dan juga untuk meningkatkan kualitas dan cakupan jaringan yang telah ada. Perseroan berkeyakinan kas dan setara kasnya Perseroan, arus kas dari kegiatan usaha Perseroan dan sumber-sumber pembiayaan yang tersedia saat ini, serta sebagian dari hasil pelepasan atas kepemilikan saham Perseroan dalam TBIG pada tahun 2014, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dana yang telah diantisipasi, termasuk kebutuhan dana untuk modal kerja dan pengeluaran barang modal yang telah direncanakan, di masa mendatang. Akan tetapi, apabila keadaan ekonomi dunia 75 atau Indonesia memburuk, persaingan yang atau produk pengganti timbul lebih cepat di luar perkiraan saat ini atau nilai mata uang Rupiah melemah secara tajam terhadap Dolar AS, maka arus kas bersih Perseroan yang berasal dari kegiatan usaha dapat menurun dan jumlah pengeluaran barang modal yang dibutuhkan dalam mata uang Rupiah dapat meningkat, dimana salah satu di antaranya dapat memberikan dampak negatif bagi likuiditas Perseroan. Per tanggal 30 Juni 2014, Perseroan memiliki fasilitas pinjaman yang belum ditarik sebesar Rp1.500 miliar dan AS30,0 juta yang mencakup sumber likuiditas yang tidak digunakan sebagai berikut: • Rp1.500,0 miliar berdasarkan fasilitas kredit revolving tanpa jaminan dari PT Bank Mandiri Persero Tbk. • AS30,0 juta berdasarkan fasilitas korporasi dari The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Cabang Jakarta “HSBC Jakarta”.

1. Arus Kas Konsolidasian

Tabel di bawah ini menampilkan data historis arus kas Perseroan secara: dalam jutaan Rupiah Keterangan Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2014 2013 tidak diaudit 2013 2012 2011 Diperoleh dari kegiatan usaha 4.040.847 5.134.581 8.393.179 6.989.453 7.320.081 Digunakan untuk kegiatan investasi 1.846.156 5.243.141 9.067.977 2.688.906 6.037.912 Digunakan untuk kegiatan pendanaan 2.148.795 2.028.734 749.923 2.647.488 1.135.446 Pengaruh perubahan kurs bersih dari kas dan setara kas 60.500 18.133 221.260 39.971 2.213 Kas Bersih yang Diperoleh dari Kegiatan Usaha Kas bersih yang diperoleh dari kegiatan usaha adalah masing-masing sebesar Rp7.320,1 miliar, Rp6.989,5 miliar dan Rp8.393,2 miliar untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 Sedangkan untuk enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 masing-masing adalah Rp5.134,6 miliar dan Rp4.040,8 miliar. Untuk enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, kas bersih yang diperoleh dari kegiatan usaha menurun terutama karena peningkatan pembayaran kepada otoritas, operator lain, pemasok dan lainnya, dan pembayaran yang lebih besar untuk beban pendanaan. Kas Bersih yang Digunakan untuk Kegiatan Investasi Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi adalah masing-masing sebesar Rp6.037,9 miliar, Rp2.688,9 miliar dan Rp9.068,0 miliar untuk tahun 2011, 2012, dan 2013 sedangkan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan Juni 2014 adalah Rp5.243,1 miliar dan Rp1.846,2 miliar. Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 terutama untuk perolehan aset tetap, mencapai total masing-masing sebesar Rp6.048,0 miliar, Rp5.765,9 miliar dan Rp9.332,4 miliar, seiring dengan dilakukannya perluasan cakupan dan kapasitas jaringan Perseroan serta modernisasi perangkat jaringan Perseroan selama tahun-tahun tersebut. Aset tetap yang dibeli terutama meliputi aset sentral dan jaringan, perlengkapan pelanggan dan peralatan lain dan aset sewa pembiayaan. Pada Juni 2014, kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi menurun terutama dikarenakan penerimaan bersih dari penjualan investasi saham Tower Bersama TBIG dan penurunan pembayaran untuk pengeluaran barang modal. Kas Bersih yang Digunakan untuk Kegiatan Pendanaan Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan adalah masing-masing sebesar Rp1.135,4 miliar, Rp2.647,5 miliar dan Rp749,9 miliar pada tahun 2011, 2012 dan 2013 sedangkan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 adalah sebesar Rp2.028,7 miliar dan Rp2.148,8 miliar. Kenaikan kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan untuk periode enam 76 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2014 terutama dikarenakan peningkatan jumlah pelunasan utang jangka pendek, utang jangka panjang dan obligasi. Pada tahun 2014, Perseroan juga mengurangi jumlah penarikan utang pinjaman dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013.

2. Utang Pokok

Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah pokok utang jangka panjang yang belum dibayar pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2011, 2012 dan 2013: dalam jutaan Rupiah Keterangan Tanggal 30 Juni 2014 Tanggal 31 Desember 2013 2012 2011 Utang jangka pendek tidak termasuk biaya emisi utang yang belum diamortisasi 700.000 1.500.000 300.000 1.500.000 Utang jangka panjang tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi, biaya consent yang belum diamortisasi dan porsi jangka pendek 4.665.600 4.425.590 3.812.422 6.583.043 Utang Obligasi tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi, diskon yang belum diamortisasi, biaya consent yang belum diamortisasi dan porsi jangka pendek 12.921.850 13.384.850 14.105.500 12.244.200 Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang 2.428.185 2.443.408 2.675.633 3.302.832 Bagian jangka pendek dari obligasi 1.048.000 2.358.000 1.330.000 41.989 Penurunan utang jangka pendek tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi pada tanggal 30 Juni 2014 dibandingkan tahun 2013 dikarenakan pembayaran fasilitas kredit revolving Mandiri sejumlah Rp1.500,0 miliar dan ditambah penarikan pinjaman fasilitas revolving BNI sejumlah Rp700,0 miliar. Peningkatan utang jangka pendek tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi menjadi Rp1.500,0 miliar pada tanggal 31 Desember 2013 dari Rp300,0 miliar pada tanggal 31 Desember 2012 terutama karena penarikan fasilitas kredit revolving Mandiri dan digunakan untuk membiayai modal kerja jangka pendek pada tahun 2013. Peningkatan bagian jangka pendek dari obligasi tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi, potongan harga yang belum diamortisasi, biaya consent yang belum diamortisasi dan bagian jangka pendek menjadi Rp2.358,0 miliar pada tanggal 31 Desember 2013 dari Rp1.330,0 miliar pada tanggal 31 Desember 2012 dikarenakan pembayaran utang obligasi, yaitu Obligasi Indosat Keenam Seri A yang diimbangi dengan penambahan Obligasi Indosat Kelima Seri A, Obligasi Indosat Ketujuh Seri A, Sukuk Ijarah II dan Sukuk Ijarah IV Seri A yang akan jatuh tempo pada tahun 2014. Peningkatan utang jangka panjang tidak termasuk biaya emisi yang belum diamortisasi, biaya consent yang belum diamortisasi dan porsi jangka pendek menjadi sebesar Rp4.425,6 miliar pada tanggal 31 Desember 2013 dari Rp3.812,4 miliar pada tanggal 31 Desember 2012 terutama disebabkan oleh penarikan atas fasilitas kredit Perseroan dari Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, PT Indonesia Infrastructure Finance dan PT Sarana Multi Infrastruktur Persero dan PT Bank Central Asia Tbk “BCA” yang diperoleh pada tahun 2013, dan telah digunakan untuk membiayai modal kerja jangka pendek. Karena sebagian kewajiban Perseroan dalam mata uang Dolar AS, Perseroan terkena imbas luktuasi Rupiah. Depresiasi Rupiah dan peningkatan ketidakstabilan nilai tukar mata uang asing menghadapkan Perseroan terhadap penyesuaian akuntansi jangka pendek yang mempengaruhi rasio keuangan Perseroan. Untuk membantu menangani efek luktuasi mata uang pada tahun 2009, Perseroan mengubah kesepakatan rasio utang terhadap ekuitas dalam semua instrumen dan perjanjian utang Perseroan untuk meningkatkan rasio dari 1,75 menjadi 2,50, untuk memberikan Perseroan “ruang” tambahan dalam hal terjadinya pergerakan nilai tukar mata uang asing yang merugikan. Perseroan juga mengubah ketentuan rasio utang terhadap ekuitas untuk mencerminkan secara lebih baik efek kebijakan lindung nilai pada rasio ini dan mengubah deinisi “Utang” dan “Ekuitas” dalam instrumen dan perjanjian utang tersebut untuk memberikan ruang tambahan dalam butir-butir tersebut. Guaranteed Notes jatuh tempo tahun 2020 tidak mengandung ketentuan rasio utang terhadap ekuitas. Sebagai bagian dari perubahan yang disetujui pada tahun 2009, Perseroan mendapatkan persetujuan untuk mengubah deinisi dalam beberapa instrumen dan perjanjian utang Perseroan: i mengecualikan hal-hal non-kas, termasuk laba atau rugi kurs valuta asing, dari deinisi “EBITDA”; ii mengecualikan 77 utang pengadaan yang dikenakan bunga dari deinisi “Utang” kecuali apabila jatuh temponya lebih dari enam bulan dari tanggal tagihan invoice ; dan iii memasukkan dalam deinisi “Ekuitas” a hak minoritas, untuk entitas yang utangnya 100 terkonsolidasi oleh Perseroan, dan b pinjaman subordinasi pemegang saham. Walaupun Perseroan yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut akan memberikan Perseroan ruangan yang cukup dalam hal terjadi ketidakstabilan antara nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah, Perseroan tidak dapat memastikan bahwa ketidakstabilan yang lebih besar dan lebih lanjut daripada yang terjadi pada 12 bulan terakhir tidak akan terjadi, yang dapat mengakibatkan Perseroan melanggar ketentuan keuangan Perseroan.

3. Praktik Pembayaran Dividen

Pemegang saham Perseroan menentukan pembayaran dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan berdasarkan rekomendasi Direksi. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2011, 2012 dan 2013, pemegang saham Perseroan mengumumkan dividen tunai inal sebesar 50,0 dari laba bersih Perseroan untuk masing-masing tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012. Perseroan tidak membagi dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2014, karena Perseroan mengalami rugi bersih. Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan akan membayar dividen untuk setiap tahun buku. Keputusan Direksi untuk memberikan rekomendasi untuk membayar dividen bergantung pada sejumlah faktor termasuk, antara lain, laba bersih Perseroan, kinerja keuangan Perseroan dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

4. Sumber-sumber Pendanaan

Perseroan percaya bahwa arus kas dari kegiatan operasional dan penarikan dari fasilitas kredit Perseroan, serta sebagian dari hasil pelepasan kepemilikan saham Perseroan dalam TBIG pada tahun 2014, akan menyediakan dana yang memadai untuk pembelanjaan barang modal, pembayaran utang dan kewajiban bunga di masa mendatang yang diantisipasi serta kebutuhan operasional lainnya yang diperlukan untuk rencana bisnis Perseroan saat ini. Namun, Perseroan menghadapi risiko likuiditas apabila terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, termasuk namun tidak terbatas pada, lambatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia dari tingkat pertumbuhan yang Perseroan harapkan, turunnya peringkat utang Perseroan atau melemahnya kinerja keuangan atau rasio keuangan Perseroan. Apabila Perseroan tidak dapat membiayai pengeluaran barang modal yang direncanakan dari arus kas internal Perseroan, Perseroan akan berupaya memperoleh sumber pembiayaan eksternal lainnya. Kemampuan Perseroan untuk dapat memperoleh utang pembiayaan tambahan tergantung pada beberapa ketentuan yang diatur pada perjanjian utang Perseroan yang telah ada. Perseroan tidak dapat memberikan kepastian kepada anda bahwa Perseroan akan dapat memperoleh pembiayaan dengan ketentuan yang sesuai termasuk pembiayaan dari pihak pemasok vendor atau pihak ketiga lainnya untuk membiayai pengeluaran barang modal yang telah direncanakan oleh Perseroan. Apabila Perseroan tidak dapat mencari sumber pembiayaan eksternal tambahan, maka Perseroan dapat memutuskan untuk menurunkan jumlah pengeluaran barang modal yang telah direncanakan. Penurunan jumlah pengeluaran barang modal yang direncanakan tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi kinerja operasional dan kondisi keuangan Perseroan.

F. Pengeluaran Barang Modal

Penyediaan jasa telekomunikasi bersifat padat modal. Untuk dapat terus bersaing, Perseroan harus terus-menerus melakukan perluasan, memodernisasi dan memperbarui teknologi Perseroan, yang memerlukan pengeluaran barang modal yang besar. Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2012 dan 2013, pengeluaran barang modal konsolidasi aktual Perseroan masing- masing berjumlah total Rp6.511,3 miliar, Rp8.396,6 miliar dan Rp9.371,0 miliar. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, jumlah pengeluaran barang modal konsolidasian aktual Perseroan adalah sebesar Rp3.977,5 miliar. 78 Untuk tahun 2014, Perseroan berencana untuk mengalokasikan kurang lebih Rp9.307,0 miliar untuk pengeluaran barang modal baru. Program pengeluaran barang modal Perseroan saat ini difokuskan pada upaya mengoptimalkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan selular, jaringan tetap dan MIDI dan infrastruktur telekomunikasi Perseroan yang ada saat ini. Perseroan bermaksud untuk mengalokasikan pengeluaran barang modal tahun 2014 sebagai berikut: • Investasi Jaringan Selular: Perseroan berencana untuk menggunakan sebagian besar pengeluaran barang modal Perseroan untuk membiayai kelanjutan pemutakhiran dan perluasan kapasitas dan cakupan jaringan selular Perseroan. Pada tahun 2014, Perseroan berencana untuk memusatkan perhatian pada modernisasi atas jaringan selular Perseroan di Jababodetabek, daerah lain dari Jawa termasuk Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Sukabumi dan Garut dan beberapa kota di luar Jawa termasuk Medan, Banjarmasin, Lampung, Batam dan Palembang. • Investasi lain: Perseroan berencana untuk menginvestasikan sisa anggaran pengeluaran barang modal untuk area-area di luar jaringan selular, dan terus menyediakan untuk mereka voice, sambungan jarak jauh dan MIDI, serta mengadakan peningkatan jaringan transmisi Backbone Perseroan. Jumlah di atas merepresentasikan rencana anggaran investasi Perseroan. Pengeluaran aktual atas dasar kas akan bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk metode pembiayaan dan waktu penyelesaian pengiriman peralatan dan jasa yang dibeli. Secara historis, pengeluaran atas dasar jalur uang tunai dianggarkan akan menghabiskan biaya paling sedikit sekitar 20,0 dari anggaran Perseroan. Per tanggal 31 Desember 2013, Perseroan memiliki komitmen pengeluaran barang modal sebesar Rp9.371,0 miliar, terutama terkait dengan peningkatan dan perluasan kapasitas dan ruang lingkup jaringan selular Perseroan. Rencana pengeluaran barang modal di atas didasarkan pada pemahaman Perseroan tentang keadaan pasar dan kondisi peraturan saat ini, dan Perseroan dapat mengubah rencana Perseroan dalam menanggapi perubahan kondisi-kondisi tersebut. Secara khusus, tergantung pada kerangka peraturan atas jasa nirkabel lainnya, Perseroan dapat memutuskan untuk meningkatkan investasi Perseroan pada jaringan dan layanan FWA, baik melalui peningkatan pengeluaran barang modal, realokasi rencana pengeluaran yang ada, skema pembagian pendapatan atau kombinasi dari ketiga hal di atas. Skema pembagian pendapatan akan mencakup kerjasama dengan investor swasta di mana investor akan membiayai pembangunan proyek dengan imbalan pendapatan dari proyek tersebut, yang mirip dengan struktur build-operate-transfer. Berdasarkan sejarah, Perseroan membiayai pengeluaran barang modal Perseroan melalui sumber internal dan arus kas tunai dari kegiatan usaha, serta utang pembiayaan melakui pinjaman bank dan pasar modal. Perseroan berharap untuk dapat melanjutkan membiayai pengeluaran barang modal melalui sumber-sumber tersebut serta sebagian dari hasil pelepasan kepemilikan Perseroan dalam TBIG pada tahun 2014. Selain itu, Perseroan juga menggunakan sebagian dari pendapatan tunai dari Transaksi Penjualan Menara yang selesai pada tahun 2012 untuk membiayai pengeluaran barang modal pada tahun 2013. Perseroan menghadapi risiko likuiditas jika peristiwa tertentu terjadi, termasuk namun tidak terbatas pada, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih lambat daripada yang diharapkan, penurunan peringkat utang atau memburuknya kinerja keuangan atau rasio keuangan Perseroan. Jika Perseroan tidak dapat mendapatkan jumlah yang diperlukan untuk menunjang rencana pengeluaran barang modal untuk tahun 2014, Perseroan mungkin tidak dapat meningkatkan atau memperluas infrastruktur telekomunikasi selular Perseroan atau memperbaharui teknologi Perseroan lainnya sampai pada batas yang diperlukan untuk tetap kompetitif dalam pasar telekomunikasi Indonesia, yang akan mempengaruhi kondisi keuangan, hasil kegiatan usaha dan prospek usaha Perseroan. 79

G. ANALISIS RASIO KEUANGAN 1. Likuiditas