Pemanfaatan Inovasi Hasil Penelitian Pengembangan Melalui Proposal

109 daya litbang nasional. Dalam rangka kemandirian teknologi dan kegiatan ekonomi utama dalam MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, perguruan tinggi perlu mengacu pada undang-undang di atas dan dokumen lain seperti RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, dan Insentif Riset SINas. Buku Pedoman Insentif Riset SINas 2014 menyatakan bahwa pendanaan riset masih tetap terdiri atas empat skema pendanaan yaitu Riset Dasar RD, Riset Terapan RT, Riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi KP, dan Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek DF. Tiga skema yang pertama seyogyanya diperuntukkan bagi dosen peneliti. Skema DF sebaiknya dipercayakan ke Sentra HKI karena berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka kompetisi inovasi dan pembangunan sistem inovasi daerah. Insentif Riset SINas merupakan instrumen kebijakan yang perlu dipakai untuk optimalisasi sumber daya litbang, meningkatkan sinergi lemlitbang dengan industri, memperkuat kapasitas iptek di lemlitbang dan industri. Dokumen kontrak kerja sama antara satuan kerja Sekretariat Kementerian Riset dan Teknologi dengan Lembaga Penelitian Universitas Lampung merupakan kontrak berdasarkan referensi pada PP No. 20 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan tinggi dan lembaga Penelitian dan Pengembangan; Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi No.: 04MPerIII2007, tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, hasil kegiatan penelitian dan Pengembangan dan hasil pengelolaannya. Dari dokumen itu pasal 9 mengatur tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual di mana Ayat 2 berbunyi Para Pihak sepakat akan mengatur lebih lanjut di dalam sebuah perjanjian tersendiri sesuai ketentuan yang berlaku hal-hal yang berkaitan dengan Hak Kekayaan IntelektualIntelectual Property Rights HKIIPR yang timbul dari pelaksanaan kerja sama ini.

3.4. Pemanfaatan Inovasi Hasil Penelitian Pengembangan Melalui Proposal

Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata Link and match antara kampus dengan dunia industri dilakukan dengan kegiatan di industri melalui Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata bekerja sama dengan Pemda. Di samping itu ada Praktik Kerja Lapangan, Corporate Social Responsibility, dan kerja sama sponsorship. Mengapa jumlah paten tidak meningkat pesat di Unila? Salah satu syarat mendapatkan paten, hasil penelitian harus dapat dipasarkan. Ini memerlukan kerja sama dengan industri. Harus ada link and match dengan dunia usaha. Mekanisme ini belum terbangun dengan baik. Untuk memperlancar mekanisme link and match perlu digiatkan Pengabdian Masyarakat aktor utama adalah dosen dibantu mahasiswa dan Kuliah Kerja Nyata aktor utama adalah mahasiswa dibantu dosen yang berpotensi bagi industri dan bernilai tinggi. Praktik Kerja Lapangan atau Kerja Praktik dilakukan secara perorangan atau berkelompok oleh para mahasiswa. Corporate Social Responsibility dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan unsur organisasi perguruan tinggi dari tingkat rektorat hingga tingkat jurusan prodi. Sponsorship dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan panitia yang dibentuk oleh institusi dalam perguruan tinggi. Jika semua kegiatan di bagian 3.3 dikelola oleh Lembaga Penelitian, maka kegiatan di bagian 3.4 ini dikelola oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM. Koneksi institusi ini dengan Sentra HKI adalah urusan kerja sama dengan industri, bisa dilakukan melalui semua jalur. Minimnya cash flow fund yang dipegang oleh pengurus jurusan menandakan masih terjadi stagnasi inovasi di perguruan tinggi. Para dosen lebih suka menggarap topik di luar kampusnya. Hal-hal lain yang berhubungan dengan kampus belum tergarap dengan baik. Di Unila, kegiatan dan infrastruktur yang berhubungan dengan kampus, seperti belum ada trotoar untuk pejalan kaki di kampus; masih banyak sampah terkumpul di lokasi tertentu; Tempat parkir kendaraan mahasiswa belum tertata dengan baik; belum adanya show room untuk menampilkan hasil karya dosen dan hasil karya mahasiswa, merupakan bukti nyata bahwa inovasi pengelolaan kampus belum dijalankan. Solusi stagnasi inovasi dosen dapat dilakukan 110 dengan mengefektifkan struktur pada Gambar 3. Selain itu perlu disusun keterkaitan penelitian dosen dengan penelitian mahasiswa. Demikian pula untuk penelitian mahasiswa, terjadi stagnasi inovasi. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya yang beruntung meraih dana Program Kreativitas Mahasiswa. Topik penelitian sebagian besar bukan solusi permasalahan yang ada di kampus mau pun laboratoriumnya perpustakaannya. Upaya kreatif perguruan tinggi sangat diperlukan dengan menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah mau pun swasta baik di dalam mau pun luar negeri. Dalam merekonstruksi sistem ekonomi, sosial, budaya, dan politik, pendidikan tinggi harus terus berupaya menciptakan terobosan baru untuk menunjang pembangunan nasional secara menyeluruh dan karenanya penelitian perlu diarahkan pada inovasi dan tanggapan cepat terhadap kebutuhan masyarakat, misalnya hasil penelitian yang dilindungi HKI-nya seperti hak paten dan teknologi tepat guna. 3.5. Inventarisasi Hambatan Inovasi Berbasis Penelitian Pengembangan Di Industri Mitra Kerja Kampus Kerja sama dengan berbagai stakehoders, terutama industri bisa dilakukan melalui empat butir di atas. Setelah itu bisa diinventarisasi hambatan yang mungkin dihadapi oleh dunia industri. Jika hasil penelitian bisa dikomersialisasikan di dunia industri maka hal itu bisa diurus hak patennya di Ditjen HKI. Selanjutnya dilakukan proses lisensi, pengawasan, dan royalty profit taking yang memotivasi para inventor untuk menghasilkan invensi lebih baik lagi. Hambatan di sisi demand terjadi ketika sebuah perusahaan dituding tidak inovatif, maka yang sering dijadikan kambing hitamnya adalah karyawan. Pengalaman menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Segera setelah ada pihak yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan sering ditemui. Orang-orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem akan tidak menyukai, melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan sabotase, atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah praktek yang berlaku. Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara tersembunyi dan pasif. Ada alasan mengapa ada orang yang ingin menolak perubahan walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga dibutuhkan sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkategorisasikan, dan menjelaskan fenomena penolakan ini. Ada empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi. Keempat kategori tersebut adalah: a hambatan psikologis, b hambatan praktis, c hambatan nilai-nilai, dan d hambatan kekuasaan.

4. KESIMPULAN