160 Kebijakan dalam memberikan royalti bagi peneliti dari lembaga litbang pemerintah
belum memiliki regulasi yang seragam. Masing-masing instansi membuat regulasi sendiri untuk dapat memberikan penghargaan kepada inventor. Misal di LIPI, BPPT, Kementerian Pertanian,
dan Kementerian Pekerjaan Umum memberikan royalti kepada inventor di institusi masih berbeda-beda. Sebagai best practice yang dapat dijadikan sebagai rujukan bersama, misal
royalti di perusahaan internasional SUN Microsystem-Stanford University-outsource devisa America: 75 dari royalti, 25 export tangible product Texas Instrument-US 500 milion
royaltyann. PT RIEKN di Jepang memberikan royalti bagi inventor sebesar 50, Semenatra kebijakan Royalti dalam praktiknya masih sangat bervariatif misal di ITB royalti yang diberikan
kepada inventor sebesar 40 persen, 30 persen untuk institusi dan 30 persen untuk organisasi struktur yang membawahinya.
Belum adanya kerja sama terkait pembentukan sentra HKI antara Kementerian Ristek, Kemedikbud, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Dalam
Negeri. Sehingga diperlukan payung hukum berupa Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden yang dapat mendorong dan mewajibkan semua institusi litbang membuat sentra HKI.
Dengan adanya payung hukum berupa Perpres atau Kepres ini, sehingga upaya sistematis untuk meningkatkan perolehan HKI yang telah menjadi komitmen pemerintah dapat terus
tumbuh. Sejatinya fungsi pemerintah untuk menciptakan iklim seperti yang diungkapkan oleh Osborne, tugas pemerintah adalah menciptakan iklim melalui kebijakan. Bagaimana peran
kantor di Kementerian untuk dapat meformulasikan kebijakan terkait pembentukan sentra HKI yang masif.
4. PEMBAHASAN
Dalam rangka meningkatkan perekonomian suatu negara peran penting HKI tidak dapat dipungkiri merupakan unsur penting. Di negara maju sektor perekonomiannya telah ditunjang
oleh produk-produk consumer good dari hasil-hasil invensi yang telah dipatenkan dan diproduksi dalam skala global. Melalui kepemilikan paten dari suatu negara dapat menunjang
perekonomian negara yag bersangkutan.
Sementara walaupun hasil kegiatan kelitbangan di Indonesia yang tersebar pada Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, Balitbang Provinsi, Lembaga
Penelitian Universitas, Lembaga litbang Swasta, BUMN dan Industri, dan para inventor terhambat didalam mengkomersialisasikannya. Melalui pemahaman akan pentingnya
marketing strategis ini diharapkan para inventor dapat mulai melakukan introspeksi dan segera memikirkan inovasi-inovasi baru sesuai kebutuhan pasar. Terkait adanya regulasi yang
menghambat para inventor untuk mendaftarkan patennya, sehingga diperlukan pula untuk meninjau ulang berbagai reguasi yang masih dirasakan menghambat para inventor untuk
lansung memproduk hasil-hasil invensi mereka. Menjadi kebutuhan bersama apabila ada de- regulasi yang dapat mendorong agar berbagai invensi yang dihasilkan oleh inventor dapat
dipercepat proses kepemilikan HKI-nya tentunya tetap melalui proses dan standar yang telah ditetapkan.
Melalui marketing stategik inventor yang ada di lembaga Litbang baik di Kemeterian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, Balitbang Provinsi, Lembaga Penelitian
Universitas, Lembaga litbang Swasta, BUMN dan Industri, dapat termotivasi untuk terus menghasikan invensi yang dapat dikomersialisasikan.
Adanya insentif pembentukan sentra HKI oleh Kementerian Ristek, merupakan upaya sistematis untuk menciptkan iklim dalam rangka mendorong perolehan HKI oleh lembaga
litbang di Indonesia. Walauun masih minim anggaran yang di kucurkan oleh Kementerian Ristek terkait kegiatan insentif pembentukan sentra HKI, sampai tahun 2012 baru 24 sentra
HKI yang dibentuk. Diusulkan dapat meningkatkan anggaran didalam APN dan APBD terkit
161 pemberian insentif untuk pembentukan sentra HKI di 6 koridor ekonomi, terutama di koridor
Indonesia bagian timur, seperti koridor Papua, Sulawesi dan Kalimantan. Dukungan pimpinan lembaga litbang di Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, Balitbang
Provinsi, Lembaga Penelitian Universitas, Lembaga litbang Swasta, BUMN dan Industri terus dapat ditingkatkan terkait dukungan dalam peroleh HKI yang akan berdampak baik langsung
maupun tidak langsung kepada perekonomian nasional.
Dirasakan perlu upaya alternatif lainnya misalnya membuat program konsorsium bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, dan Balitbang Provinsi. Secara bersama masing-masing
kementerian mengalokasikan dukungan anggaran unutk terciptakan sentra sentra HKI secara masif.
5. KESIMPULAN