METODOLOGI KESIMPULAN iP9V6BH6HscN27yO PROSIDING FORUM TAHUNAN 2013 ver 2A(1)

25 kurang mendukung atau bahkan belum dapat memberi manfaat kepada masyarakat pengguna, khususnya industri kecil. Sering pada kenyataannya sistem informasi yang hanya mempertimbangkan aspek keras hard aspects tidak bekerja maksimal, karena mengabaikan aspek manusia dan kelembagaan soft aspects dalam penerapannya. Kondisi pengeloaan hasil penelitian dengan menggunakan sistem informasi lembaga litbang pada masing-masing Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, dan Perguruan Tinggi, saat ini masih menyerupai pulau-pulau informasi, dimana antar institusi yang saling membutuhkan informasi belum terjadi proses pertukaran sharing data. Hal ini dikarenakan sistem informasi yang dikembangkan masih terpisah-pisah dan tidak terintegrasi. Selain itu, mekanisme diseminasi informasi hasil penelitian lembaga litbang ke industri kecil juga belum dilaksanakan dengan baik. Sebagai gerbang informasi, baik lokal maupun internasional, website lembaga litbang merupakan layanan informasi kepada publik yang harus informatif dan interaktif sehingga industrI kecil dapat memanfaatkan berbagai hasil penelitian yang dihasilkan oleh lembaga litbang. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai permasalahan dan faktor-faktor dalam pengelolaan hasil penelitian di lembaga litbang guna mendukung kegiatan dunia usaha khususnya UMKM.

2. METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode Participatory Action Research PAR dengan Focused Group Discussion FGD dan wawancara mendalam indepth interview terhadap para penentu kebijakan dan penanggungjawab pengelola sistem informasi hasil penelitian, serta peneliti di lingkungan Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Proses analisis data dari hasil FGD dan wawancara mendalam yang dilakukan adalah sebagai berikut: mendengarkan kembali rekaman wawancara mendalam yang telah dilakukan; mencatat keyword yang terkandung dalam jawaban informan atas pertanyaan yang diajukan, dilengkapi dengan catatan mengenai komunikasi non-verbal dan hasil pengamatan lainnya yang terjadi selama proses wawancara berlangsung; mengelompokan keyword berdasarkan topik yang dipelajari.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampai saat ini, pengelolaan hasil penelitian di lembaga litbang masih belum terintegrasi dan bahkan di dalam satu lembaga litbang pun masih terpisah-pisah, apalagi pengelolaan hasil penelitian antar Kementerian, LPNK dan Perguruan Tinggi lebih terpisah- pisah lagi. Database yang ada masih belum diberlakukan sharing data satu sama lain, sehingga apabila ada permintaan informasi mengenai hasil penelitian tertentu pengguna informasi masih sulit untuk mendapatkannya. Kondisi pertukaran datasaat ini masih dilakukan dengan cara manual, via email atau dengan media penyimpanan. Cara seperti ini tentu membuka peluang untuk bertukarnya malicious code seperti virus, worm atau trojan horse. Pertukaran manual akan menimbulkan masalah lain tentang keamanan sistem maupun data dibandingkan dengan pertukaran data dalam sebuah integrasi data base terutama dalam jalur yang secure. Beberapa permasalahan dalam pengelolaan informasi hasil penelitian di lingkungan lembaga litbang Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi antara lain: Persiapan infrastruktur: infrastruktur merupakan sarana utama dalam pengelolaan hasil penelitian dalam data base, dimana semua transaksi data berjalan pada layer fisik ini, sehingga perlu diprioritaskan bagaimana menbangun infrastruktur yang baik mencakup jaringan intra-internet, komputer- 26 komputer untuk workstation dan server, serta peralatan dan bangunan fisik yang menunjang pelayanan informasi hasil penelitian kepada pengguna informasi khususnya industri kecil; Kelembagaan dan organisasi: dengan adanya kegiatan pengelolaan informasi hasi-hasil penelitian litbang yang dikelola dalam data base maka perlu disosialisasikan dan disiapkan semua stakeholders pemangku kepentingan khususnya dunia industri kecil, sehingga dalam pelaksanaan dapat dikurangi masalah yang berkaitan dengan birokrasi. Selain itu juga perlu dipersiapkannya perangkat atau dasar hukum, standar operasional dan prosedural SOP atau regulasi dalam pelayanan informasi ilmiah dari hasil penelitian lembaga litbang. Sebagai gerbang informasi baik lokal maupun internasional, website merupakan layanan informasi kepada publik yang harus informatif dan interaktif, lembaga litbang di Indonesia memiliki website yang masih bermasalah termasuk beberapa aplikasi berbasis web yang belum dipublikasikan ke website. Dengan infrastruktur fisik physical layer yang sudah tersedia seharusnya hal ini bisa dilakukan seiring dengan pengembangan content-content lainnya sebagai bagian tugas pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat khususnya industri kecil. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan hasil penelitian lembaga litbang Kementerian, LPNK dan Perguruan Tinggi guna mendukung kemajuan dunia usaha antara lain:

3.1. Aspek Regulasi

Undang Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE, Lembaran Negara No 58 dan Tambahan Lembaran Negara No 4843, menjadi cyberlaw pertama di Indonesia. Upaya pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi elektronik melalui UU ITE ini patut diapresiasi. Isinya cukup luas. Banyak hal diatur disini yang amat penting bagi pelaku bisnis di dunia maya. UU ITE dipersepsikan sebagai cyberlaw di Indonesia, yang diharapkan bisa mengatur segala urusan dunia Internet, termasuk didalamnya memberi punishment terhadap pelaku cybercrime. Cyberlaw merupakan kebutuhan kita bersama yang akan menyelamatkan kepentingan nasional, pebisnis internet, para akademisi dan masyarakat secara umum. UU ITE disebut sebuah cyberlaw karena muatan dan cakupannya luas membahas pengaturan di dunia maya, meskipun di beberapa sisi ada yang belum terlalu lugas dan juga ada yang sedikit terlewat. Selanjutnya, untuk pengembangan sistem informasi dalam pengelolaan hasil-hasil penelitian di lingkungan lembaga litbang guna pelaksanaan pelayanan informasi kepada pengguna khususnya industri kecil perlu dibuat peraturan atau kebijakan di lingkungan Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi. Beberapa contoh aturan hukum, kebijakan, dan Surat Keputusan SK yang diharapkan antara lain terhadap kegiatan: pembangunan jaringan sistem informasi; penggunaan sarana informasi; prosedur pengumpulan, pengolahan dan penyampaian data hasil penelitian lembaga litbang; dan petunjuk bagi pegawai yang menjadi petugas operasional pengelola hasil penelitian.

3.2. Sumber Daya Manusia SDM

Keterbatasan sumberdaya manusia SDM baik jumlah dan kemampuan dalam menguasai masalah teknologi informasi dan komunikasi TIK merupakan salah satu penyebab utama sulitnya dalam melakukan pengeloaan informasi ilmiah hasil penelitian lembaga litbang. Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan SDM adalah adanya kebijakan atau peraturan mengenai SDM yang telah mendapat pelatihan komputer tidak diperbolehkan pindah ke bidang lain, selain menguasai teknologi informasi, SDM harus memahami substansi, diperlukan petugas kusus yang menangani pengelolaan hasil hasil penelitian di lembaga litbang Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi. Kurangnya SDM yang memiliki keterampilan teknologi informasi menjadi kendala tersendiri. Di samping itu, kurangnya komitmen dan kebijakan dari atasan atau pimpinan instansi yang mendukung pengelolaan hasil penelitian 27 serta masalah klasik yaitu masalah reward honortunjangan yang kurang memadai untuk SDM pengelola. Selanjutnya, guna pengelolaan informasi ilmiah hasil penelitian dapat dilaksanakan dengan baik perlu dilakukan rekruitmen SDM yang benar-benar mempunyai latar belakang pendidikan IT dan mempunyai kemauan dan kerja keras.

3.3. Infrastruktur

Secara umum kondisi infrasruktur untuk pengelolaan hasil penelitian cukup baik. Infrastruktur merupakan sarana utama dalam pengelolaan hasil penelitian dengan penerapan sistem informasi, dimana semua transaksi data berjalan pada layer fisik ini, sehingga perlu diprioritaskan bagaimana membangun infrastruktur yang baik mencakup jaringan intra-internet, komputer-komputer untuk work station dan server, serta peralatan dan bangunan fisik yang menunjang komunikasi data di lingkungan lembaga penelitian di lingkungan Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi. Masalah yang sering terjadi adalah jaringan infrastruktur yang tidak berjalan optimal, jaringan internet beberapa instansi banyak yang mati dan sering putus nyambung. Di samping itu, masalah lainnya adalah di dalam pengembangan sistem informasi tersebut belum disiapkan fasilitas berupa web service yang memungkinkan terjadinya integrasi dan komunikasi antar sistem informasi.

3.4. Kelembagaan dan organisasi

Kondisi struktur organisasi lembaga litbang di lingkungan Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi menunjukkan bahwa pengelolaan hasil penelitian dan pengembangan sistem informasi belum dianggap penting, dan belum menjadi suatu kebutuhan, serta belum memiliki posisi yang strategis. Selain itu, juga ditunjukkan dengan belum adanya atau tidak ada bagian khusus sebagai pusat pengelolaan database hasil-hasil penelitian yang dapat melayani dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya dunia usaha. Sampai saat ini juga belum ada mekanisme pelayanan informasi kepada sesama lembaga litbang ataupun kepada dunia usaha. Oleh karena itu, perlu penguatan kelembagaan ini dengan tugas pokok dan fungsi mengenai pengelolaan sistem informasi hasil-hasil penelitian litbang. Sehingga diharapkan akan dapat pertukaran dan permintaan serta pelayanan informasi hasil penelitian kepada masyarakat khususnya dunia usaha. Kegiatan pengelolaan hasil penelitian perlu disosialisasikan kepada semua instansi yang terkait atau stakeholders khususnya dunia usaha. Selain itu perlu dipersiapkan perangkat atau dasar hukum dan kebijakan, standar operasional dan prosedural SOP atau regulasi dalam pengelolaan hasil-hasil penelitian yang dikelola dalam database yang jelas dan mengikat keluar maupun kedalam sebagai upaya untuk menekan penyalahgunaan wewenang atau kesalahan dalam operasionalnya nanti.

3.5. Budaya Paradigma Berfikir

Sebagian besar budayapola pikir SDM pengelola hasil-hasil penelitian di lembaga litbang sampai saat ini masih berorientasi lebih ke income pendapatan tambahan, sedangkan kualitas hasil pekerjaan outcome dinomorduakan. Kondisi pola pikir ini perlu dilakukan perubahan paradigma. Diharapkan kedepannya SDM di lingkungan lembaga litbang Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi dapat lebih mengutamakan hasil atau output yang berguna bagi masyarakat khususnya industri kecil. Selanjutnya para pimpinan memberikan reward kepada SDM pengelola hasil penelitian yang berprestasi di lingkungan lembaga litbang agar mereka lebih termotivasi dalam bekerja. 28

3.6. Konten

Saat ini sistem informasi di lingkungan lembaga litbang belum menampilkan konten yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kondisi ini dikarenakan lembaga litbang dalam mengembangkan sistem informasinya masih masing-masing sesuai dengan kepentingannya dan belum memperhatikan kebutuhan instansi dan pengguna lain. Hal ini terbukti dengan sistem informasi yang belum terintegrasi. Padahal informasi yang terkandung dalam database tersebut bisa menjadi informasi berharga untuk lembaga lain dan masyarakat umum serta dunia usaha. Di samping itu, belum adanya Standard Operational Procedure SOP untuk pengembangan konten dalam data base di lingkungan lembaga litbang. Konsep dasar pengembangan e-Government pada prinsipnya untuk membangun media informasi, layanan publik dan transaksi yang bisa diakses secara online. Konsep itu ditandai dengan integrasi berbagai layanan elektronik. Sayangnya, konsep itu perkembanganya masih tersendat-sendat. Karena birokrat sering terlambat dalam memperbaharui konten dan terlambat dalam meng-upgrade aplikasi. Sudah saatnya melakukan pengelolaan operasional dan pengembangan sistem informasi hasil-hasil penelitian secara professional seperti yang terjadi di negara maju. Selain itu juga semakin pentingnya pengembangan konten dan integrasi berbagai aplikasi yang akan disediakan secara online. Standardisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus diselesaikan. Standardisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya komunikasi dan integrasi antara satu aplikasi dengan aplikasi yang lain. Konsep Online Service belum dikembangkan dengan pendekatan life situation. Pendekatan tersebut pada intinya adalah bagaimana lembaga litbang melihat kebutuhan pengguna informasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, status sosial, profesi dan aktivitas bisnisnya.

3.7 Kondisi UMKM

Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah, lembaga litbang maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas SDM. Pemerintah memiliki kewajiban memecahkan tiga masalah utama UMKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi. Upaya pengembangan UMKM harus mempertimbangkan pembangunan khususnya ekonomi lebih luas. Konsep pembangunan tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi yang ditempuh selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UMKM. Secara umum, permasalahan yang dihadapi UMKM dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan; keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya; sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya; lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar; rendahnya mentalitas pengusaha UMKM dalam berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko; kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Faktor eksternal mencakup iklim usaha belum sepenuhnya kondusif; terbatasnya sarana dan prasarana usaha; adanya pungutan liar; pengaruh dari implikasi otonomi daerah dan 29 perdagangan bebas; sifat produk dengan ketahanan pendek; terbatasnya akses pasar; terbatasnya akses informasi hasil penelitian litbang.

4. KESIMPULAN

Penelitian mengenai pengelolaan hasil-hasil penelitian lembaga litbang di lingkungan Kementerian, LPNK dan Perguruan Tinggi guna mendukung dunia usaha dapat disimpulkan sebagai berikut: pengembangan sistem informasi pengelolaan hasil penelitian di lingkungan lembaga litbang secara umum masih belum memperhatikan kebutuhan dunia usaha. Aspek regulasi, sumberdaya manusia dan organisasi sebagai bagian penting dalam kelangsungan hidup pengelolaan hasil penelitian masih terabaikan. Aspek konten pun sebagai substansi yang akan mengalir dalam sistem informasi masih belum diatur dengan jelas. Antara sistem informasi pengelolaan hasil penelitian dalam suatu lembaga dan bahkan sistem informasi antar lembaga litbang masih belum terintegrasi sehingga belum dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung kegiatan dunia usaha. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Pengelola InsentifPeningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Kementerian Riset dan Teknologi atas dukungan dananya, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kepada Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia PDII LIPI yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. . DAFTAR PUSTAKA Ali, Suryadharma, 2008. Pemaknaan Ulang Terhadap Konsep Pemberdayaan Dalam Rangka Memandirikan UMKM. Makalah orasi selaku Menteri Negara Koperasi dan UKM RI pada Dies Natalis ke 56 Universitas Sumatra Utara, Medan, 20 Agustus 2008. Anggono, B.D., 2007. Paradoks Produktifitas E-Government. Biskom edisi Oktober 2007 Avison, D., Fitzgerald, G., 2003. Information Systems Development. London: McGraw-Hill. Beynon-Davies, P., Williams, M. D., 2003. The diffusion of information systems development methods. Journal of Strategic Information Systems, 12, 29-46. Brojonegoro, A. Darwin ed., 2006. Pemberdayaan UKM melalui Program IPTEKDA LIPI. Jakarta: LIPI Press Clarke, S., Coakes, E. Hunter, M. G. Wenn, A., 2003. Socio-Technical and Human Cognition Elements of Information Systems. Information Science Publishing. De Magalhaes, Rodrirgo Manuel Oliviera da Silva Ponciano, 1999. The organizational implementation of information system towards a new theory. Thesis. London School of Economics. Jacobs, Katharine, 2002. Connecting Science, Polecy and Decision Making: A Handbook for Researchers and Science Agencies. NOAA Office of Global Program. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, 2004. Panduan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur dan Manajemen Sistem Informasi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota. Kementerian Kominfo. Jakarta. 30 Leitner, K., and Warden, C., 2004. Managing and reporting knowledge-based resources andprocesses in research organizations: specifics, lessons learned and perspectives. Management Accounting Research, 15 1, 33-51 Ondari-Okemwa, E., 2006. Knowledge Management in a Research Organisation: International Livestock Research Institute ILRI. Libri, 56, 63 –72 Park, Y. and Kim, S., 2006. Knowledge management system for fourth generation RD: KNOWVATION. Technovation, 26, 5 –6, 595-602. Robb, Margaret dan Janes, Mark, 2003. Research on the Research Support Needs of Social Scientist. World Library and Information Congress: 69 th IFLA General Conference and Council. 1-9 August 2003. Savolainen, Reijo, 2002. Network Competence and Information seeking on the internet: From definitions towards a social cognitive model. Journal of Documentation v.58 2: 211-216 Vaujany, François-Xavier de dan Monnet, Jean, 2005. Information Technology Conceptualization: Respective Contributions of Sociology and Information Systems Journal of Information Technology Impact 5 1: 39-58 31 KAJI ULANG SISTEM PENDANAAN RISET PEMERINTAH UNTUKMENGURAI STAGNASI INOVASI DI BIDANG KESEHATAN Dini Oktaviyanti 1 , Trina Fizzanty 2 , Kusnandar 3 , Radot Manalu 4 , Sigit Setiawan 5 Pusat Penelitian Perkembangan Iptek PAPPIPTEK-LIPI Email: dini.oktaviyantigmail.com 1 , fizzantyyahoo.com 2 , kussrai0779yahoo.co.id 3 , radotmanaluyahoo.com 4 , sigitsetiawanyahoo.com 5 ABSTRAK Peningkatan kualitas riset di bidang teknologi kesehatan merupakan salah satu Agenda Riset Nasional ARN 2005-2025. Perencanaan strategis ini ditujukan untuk mengembangkan kapasitas riset serta mendorong munculnya inovasi berbasis pengetahuan science based innovation. Litbang di bidang kesehatan mendapat perhatian besar dari komunitas ilmiah internasional dan perusahaan multinasional untuk berkolaborasi dengan Indonesia. Dalam kondisi minimnya anggaran riset dari pemerintah, banyak pihak melihat kolaborasi riset internasional sebagai sebuah strategi untuk memenuhi pendanaan, terutama bagi riset kesehatan yang relatif mahal. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat inovasi teknologi kesehatan. Pertanyaannya adalah apakah hal ini semata-mata hanya menyangkut ketersediaan dana riset ataukah ada issue lain terkait pendanaan yang bisa menjelaskan mengapa inovasi bidang kesehatan relatif masih minim? Apa implikasi sistem pendanaan demikian terhadap tingkat inovasi? Apa implikasinya terhadap investasi riset pemerintah ke depan di bidang kesehatan? Makalah ini bertujuan untuk merumuskan permasalahan pendanaan riset dalam inovasi bidang kesehatan, serta memberikan jawaban sementara terhadap strategi pendanaan riset publik bidang kesehatan. Metode dalam makalah ini menggunakan studi kasus di beberapa kerja sama riset internasional bidang kesehatan antara perguruan tinggi, lembaga riset serta industri kesehatan di Indonesia dengan mitra asingnya. Makalah ini mencoba merumuskan lebih jelas mengenai masalah pendanaan riset dan implikasinya ke depan. Hasil riset menunjukkan beberapa permasalahan, yakni: terjadi ketidaksesuaian antara skema pendanaan riset dan karakter inovasi teknologi kesehatan, dimana skema pendanaan riset di Indonesia saat ini masih dalam bentuk jangka pendek sedangkan skema riset di bidang kesehatan berjangka panjang. Proses penganggaran yang birokratis turut menjadi permasalahan tersendiri bagi riset kesehatan di Indonesia, serta belum terintegrasinya sistem pendanaan riset kesehatan antar institusi pemerintah. Implikasinya, peneliti Indonesia cenderung memilih bekerja sama dengan mitra asing, baik perguruan tinggi, industri, maupun lembaga pendanaan di negara lain. Kata Kunci: kolaborasi riset internasional, inovasi, pendanaan riset, Indonesia

1. PENDAHULUAN