Definisi Quadruple Helix Model
44 diperkenalkan dengan konsep baru, yakni Quadruple Helix Model. Model tersebut secara
sederhana memasukkan elemen masyarakat community sebagai aktor yang aktif dalam suatu sistem inovasi. Masyarakat dalam hal ini bisa menjadi objek penikmat hasil inovasi sekaligus
sebagai subjek penghasil inovasi Wallin 2010 dan Fuzi,2013.
Selanjutnya, pada kasus-kasus negara berkembang, ditemukan banyak program- program pengurangan tingkat kemiskinan dengan inovasiteknologi tidak sukes karena
lemahnya peran aktif masyarakat Aiman,2013. Pada kasus-kasus tersebut, masyarakat miskin lebih banyak hanya berperan sebagai penerima teknologi yang dihasilkan oleh pihak
akademik; yang diproduksi oleh pelaku bisnis; dan disponsori oleh pemerintah. Kelemahan dari program-program tersebut adalah bahwa inovasiteknologi yang telah dihasilkan dari adanya
interaksi tiga pihak akademik, pemerintah dan pebisnis tidak secara efektif dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain karena
inovasiteknologi tersebut tidak atau belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat Fuzi,2013 dan Aiman,2013. Atau dengan kata lain, dalam kaitannya dengan usaha pengentasan
kemiskinan berbasis pendayagunaan teknologiinovasi, masyarakat perlu dilibatkan secara aktif, untuk mengetahui kebutuhan ataupun ide solusi dari masyarakat itu sendiri tanpa
mengesampingkan peran penting dari pihak pemerintah, akademik perguruan tinggi dan lembaga litbang, dan para pelaku bisnis Aiman,2013. Disinilah peran Quadruple Helix Model
bisa diterapkan.
Lebih jauh, sistem inovasi dengan pendekatan Quadruple Helix Model bisa menjadi framework solusi yang tepat jika sistem inovasi tersebut berasal atau mengakar di skala mikro
yang selanjutnya secara potensial bisa melahirkan critical mass. Oleh karena itu Quadruple Helix Model bisa secara efektif diaplikasikan untuk menguraikan suatu sistem inovasi lokal atau
sistem inovasi skala mikro.
Desa Karangrejek, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah suatu contoh desa yang memiliki masyarakat miskin dengan keterbatasan akses air
bersih. Kaitannya desa tersebut dengan bahasan Quadruple Helix Model adalah: bahwa desa tersebut berhasil menggunakan dan mengembangkan inovasi untuk proyek eksplorasi sumber
air sungai bawah tanah dengan prakarsa ide dari masyarakat yang kemudian disokong oleh pemerintah, pelaku bisnis dan lembaga litbang Wahyuni,2008; Desa Karangrejek,2012 dan
Desa Karangrejek,2013. Proyek pengentasan kemiskinan inipun berhasil diteruskan menjadi sebuah badan usaha milik desa yang dikelola mandiri oleh masyarakat dengan mengutamakan
pelayanan optimal dan rasa memiliki oleh masyarakat yang besar Wahyuni,2008 dan Yuliar,2009.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tulisan ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana Quadruple Helix Model dapat diadopsi dalam sebuah model sistem inovasi lokal di Desa
Karangrejek. Di mana sistem tersebut telah melahirkan inovasi eksplorasi sumber air bawah tanah di daerah tandus sebagai hasil dari adanya koneksi erat dan aktif antara masyarakat
pemerintah, pelaku bisnis, dan pelaku litbang.
2. TINJAUAN LITERATUR