38 pendanaan terhadap Dikti. Keterlambatan pendanaan merupakan salah satu implikasi
yang kadang terjadi.
b. Universitas Hasanudin UNHAS – Pencegahan Penyakit Malaria
Pendanaan riset ini merupakan satu contoh pendanaan riset pada tahap clinical trial. Pendanaan didapatkan melalui pengajuan proposal kepada beberapa lembaga
pendanaan riset, termasuk yayasan Gates di samping pendanaan dari mitra riset yakni Novartis 90 dana riset. Pengajuan pendanaan terhadap sumber-sumber dana
lainnya diharapkan bisa menambah pembiayaan untuk riset agar lebih dinamis. Kesulitan mendapatkan dana pendamping dari institusi maupun pemerintah mendorong
UNHAS mencari dana kepada pihak asing. Mengapa pihak asing? Pihak peneliti melihat bahwa pendanaan yang diberikan oleh pihak asing lebih bersifat fleksibel berupa grant
sehingga tidak membutuhkan proses pertanggungjawaban yang berbelit-belit, tidak seperti pendanaan dari Indonesia, yang menyebabkan peneliti Unhas merasa tidak
fokus dengan penelitian karena disibukkan dengan persyaratan administrasi.
c. PT Biofarma Persero dalam Pengembangan Vaksin
Dalam melakukan riset vaksin menuju inovasi, PT Biofarma telah menggunakan konsep triple helix, dimana dibuat suatu konsorsium yang terdiri dari pemerintah,
industri dalam hal ini Biofarma, dan universitas. Namun dalam pelaksanaan penelitian dan konsorsium, PT Biofarma menilai beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama
terkait dengan birokrasi pada level pemerintahan, yaitu Dikti dan Bappenas.
Sistem penganggaran di PT Biofarma fleksibel. PT Biofarma juga telah menyediakan dana hingga ratusan milyar untuk menyokong proses inovasi dari hulu
hingga ke hilir. Namun pemberian dana ini ke lembaga litbang pemerintah dan perguruan tinggi negeri terbentur pada sistem keuangan negara yang kaku, sehingga
menyulitkan kerja sama. Seperti dikatakan sebelumnya, untuk mencapai inovasi dibutuhkan waktu yang sangat panjang, misalnya untuk menghasilkan vaksin
membutuhkan waktu paling sedikit 12 tahun
Untuk mengatasi keterbatasan dana, maka sumber dana dari luar negeri akhirnya menjadi suatu pilihan jalan keluar dalam melakukan riset. Akses dan
networking yang baik dari PT Biofarma membuat Gate Foundation pun tertarik untuk membiayai riset yang dilakukan oleh PT Biofarma.
Selain itu, PT Biofarma mempunyai idealisme harus mandiri ke depan dengan tidak adanya sokongan dari pemerintah dengan memunculkan ide untuk melakukan
konsorsium. Saat ini perusahaan tersebut sudah menginisiasi 11-12 konsorsium. Selain itu, PT Biofarma mempunyai roadmap jangka panjang hingga tahun 2030.
4.1.3. Belum Terintegrasinya Sistem Pendanaan Riset dan Fokus Penelitian
Pendanaan riset lembaga riset pemerintah belum terintegrasi dengan baik sehingga banyak potensi yang tidak tergali lebih jauh. Pendanaan riset bidang kesehatan tersedia di
Litbang Kesehatan, Dikti maupun Kementerian Ristek. Dalam kondisi rendahnya koordinasi antara lembaga pemerintah dan swasta, maka sangatlah sulit mengharapkan terjadinya
integrasi sistem penganggaran tersebut, kecuali jika ada inisiasi dari banyak pihak untuk menyusun kerangka kerja bersama, seperti adanya konsorsium riset yang diajukan ristek atau
contoh-contoh kolaborasi riset dengan pihak internasional.
Belanja litbang pemerintah adalah realisasi anggaran pemerintah yang dibelanjakan untuk membiayai kegiatan litbang. Berdasarkan laporan survei Kementerian Negara Riset dan
Teknologi, pada tahun 2003 total belanja litbang di sektor pemerintah berjumlah Rp. 1.164,2 miliar dan meningkat menjadi Rp. 1.829,8 miliar pada tahun 2006 KRT, 2007. Dari total
belanja litbang,sebanyak 76,8 untuk Lembaga Pemerintah Kementerian LPK dan 21 untuk Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, dan 2,1 untuk Balitbangda indikator
iptek LIPI, 2011.
39 Dari catatan diatas, terlihat bahwa pendanaan masih didominasi oleh pemerintah,
namun ketika penelitian di lapangan, bahwa masalah birokrasi untuk mendapatkan sokongan pendanaan sangatlah sulit. Sedangkan pendanaan yang ideal adalah adanya keseimbangan
antara proporsi pendanaan dari pihak pemerintah, perguruan tinggi, maupun industri. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri sehingga sistem pendanaan riset bidang kesehatan di
Indonesia belum mendekati ideal.
Hal lain yang belum mendukung skema pendanaan riset yang ideal di Indonesia adalah belum terintegrasinya sistem pendanaan riset dengan fokus penelitian. Hal ini dapat terlihat
dari skema yang terjadi di PT Biofarma. Ketika PT Biofarma ingin bekerja sama dengan pemerintah dalam penelitian mengenai vaksin, hal tersebut terbentur skema pendanaan dari
pemerintah yang kurang fleksibel, dimana pendanaan yang ada harus terpecah menjadi penelitian tahunan sedangkan penelitian mengenai vaksin membutuhkan waktu minimal 12
tahun. Jika sistem pendanaan yang ada bisa fokus terhadap beberapa penelitian yang dapat dijadikan unggulan, bukan hal yang mustahil jika Indonesia dapat menghasilkan satu produk
inovasi yang berguna bagi kepentingan masyarakat dunia.
4.2 Strategi Pendanaan Riset Kesehatan Di Indonesia: Suatu Usulan Sementara