71
4.1.3. Pengembangan Biomaterial di Batan
Batan merupakan lembaga penelitian dan pengembangan yang bertugas melakukan kajian dalam pemanfaatan nuklir untuk energi dan kepentingan manusia lainnya. Energi nuklir
merupakan sumber energi yang dianggap berbahaya, maka dalam aktivitasnya berada di bawah pengawasan badan internasional yaitu IAEA International Atomic Energy Agency.
IAEA juga aktif menjalankan beberapa program untuk peningkatan pemanfaatan energi nuklir untuk kehidupan manusia.
Sebelum tahun 1990, Batan mulai mengembangkan teknologi biomaterial untuk kesehatan dengan melakukan kajian bekerja sama dengan RS Cipto Mangunkusomo Jakarta
untuk pengujian amnion. Amnion merupakan pembungkus bayi yang berguna bagi penyembuhan luka. Sebelumnya, Batan memanfaatkan nuklir di bidang kesehatan lebih
banyak untuk sterilisasi alat-alat kesehatan.
Pada tahun 1990, terdapat program dari IAEA untuk pengembangan aplikasi radiasi untuk biomaterial. Dalam program tersebut terdapat program pelatihan yang dilaksanakan oleh
National University Hospital of Singapore. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan di dunia internasional dalam hal teknologi biomaterial untuk kesehatan. Hasil training yang
dilakukan melalui program IAEA kemudian disosialisasikan oleh Batan kepada beberapa rumah sakit di dalam negeri. Tidak semua rumah sakit menanggapi positif teknologi tersebut, karena
teknologi tersebut masih baru sehingga banyak pimpinan rumah sakit yang tidak berani mengambil resiko.
Dalam program training dari IAEA, Batan juga mengajak beberapa staf dari beberapa rumah sakit yang tertarik, kemudian diajak untuk menjalin kerja sama dalam pengembangan
biomaterial. Dari beberapa rumah sakit tersebut yang paling tertarik dalam pengembangan biomaterial adalah RS Dr. Soetomo. Selain dengan rumah sakit, Batan juga bekerja sama
dengan industri farmasi yaitu PT Kimia Farma Persero Tbk. dalam pengembangan biomaterial. Kerja sama tersebut terjalin pada sekitar tahun 2009.
4.1.4. Pengembangan Stem Cell Biomaterial di PT Kimia Farma Persero Tbk.
PT Kimia Farma Persero Tbk. mulai masuk pada bisnis biomaterial sekitar tahun 2008. Hal tersebut diawali dari berubahnya visi perusahaan untuk memproduksi produk-produk
bioteknologi yang dapat menguasai pasar. Kerja sama yang pertama dalam hal biomaterial dilakukan dengan RS Pertamina dalam pengembangan sel kulit untuk luka bakar. Dalam
pengembangan tersebut, PT Kimia Farma mendapatkan bantuan teknis dari Singapore General Hospital. Akan tetapi kerja sama dengan RS Pertamina tersebut terhambat dan
akhirnya berhenti. Pada saat yang sama PT Kimia Farma juga bekerja sama dengan RS Cipto Mangunkusumo RSCM Jakarta dalam pengembangan stem cell. Pada saat itu, RSCM
ditunjuk oleh pemerintah sebagai pusat pengembangan stem cell. Dalam kerja sama tersebut juga terlibat lembaga internasional yaitu CellSafe dari Malaysia untuk mengembangkan Bank
Sel di Indonesia.
Dalam pengembangan biomaterial, PT Kimia Farma terus mengembangkan jarigan kerja sama, salah satunya dengan Batan dalam produk radioisotof. Dalam hal teknologi stem
cell, walaupun pemerintah telah menetapkan RSCM sebagai pusat stem cell, tetapi perkembangannya lebih pesat di RS Dr Soetomo Surabaya, bahkan telah berhasil melakukan
aplikasi pada manusia. Oleh karena itu, pada tahun 2011 dijalin kerja sama antara PT Kimia Farma dengan RS Dr. Soetomo. Dalam kerja sama tersebut disepakati, bahwa PT Kimia Farma
menyediakan peralatan untuk scale up produksi biomaterial, karena sampai saat ini yang diproduksi oleh RS Dr Soetomo masih dalam skala laboratorium.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka latar belakang dan keterkaitan aktor pada terbentuknya kerja sama antara Unair, RS Dr. Soetomo, Batan, dan PT Kimia Farma dalam
pengembangan teknologi Stem Cell dapat digambarkan dalam Chronological Order seperti yang disajikan pada Gambar 4.
72
Staff Unair Selesai PhD di
bidang Stem Cell
1987 1988
Memperkenalkan dan mengembangkan penelitian Stem Cell di lingkungan Unair
2008 Isolasi dan
kultur stem cell pertama
kali
1990 2000
Unair
1990 2010
Batan
Mendirikan Bone Bank
Berubah menjadi
Pusat Biomaterial
Kajian aplikasi radioisotop untuk
sterilisasi alat kesehatan
Kajian aplikasi radioisotop untuk Biomaterial dan sosialisasi ke rumah sakit di Indonesia
Program dari International Atomic Energy Agency IAEA,
pengembangan radioisotop untuk biomaterial. Termasuk program
training dgn General Hospital of Singapore
Training Biomaterial di GHS
Program IAEA dengan BATAN
Mengembangkan kajian mengenai Biomaterial
Mulai Mengemba
ngkan aplikasi
biomaterial Terbentuk
kelompok penelitian
Stem Cell
Training aplikasi radiosotop pada
biomaterial di Batan
Melanjutkan kajian dan menjalin kerjasama dengan
rumah sakit Mengembang
kan aplikasi biomaterial
skala lab 2008
Aplikasi Stem Cell ke Manusia
pertamakali 2010
Kerjasama dengan
Melbourne University
untuk teknologi sel
2010 Kerjasama
dengan Hiroshima dan
Leeds, Singapura dan
Malaysia dalam pengembangan
Biomaterial 2013
18 pasien menggunapan
teknologi stem cell
2013
Kimia Farma 2011
Terjalin kesepakatan: kimia farma menyediakan peralatan
untuk memproduksi biomaterial, RS Soetomo menyediakan
ruangan Kimia Farma
memiliki visi untuk
mengembanga n biomaterial
Kerjasama dgn Pertamina tp
berhenti. Kemudian
dengan RSCM dan CellSafe Malaysia
membangun Bank Sel
2009 Batan
kerjasama dgn KF
Riset Amniom.
Uji amniom
dgn RSCM
1992 Pengembangan untuk
tulang kerjasama dgn Fatmawati tapi
penerapan pertamakali di RS Siaga Raya
Pejanten
RS Dr. Soetomo
Sumber: Dikonstruksi oleh Penulis Gambar 4 Chronological Order Kerja sama Pengembangan Stem Cell Antara Unair,
RS Dr.Soetomo, Batan, dan PT Kimia Farma 4.2.
Peran Tiap Aktor dalam Pengembangan Stem Cell Keberhasilan teknologi stem cell diaplikasikan di RS Dr. Soetomo merupakan hasil
kolaborasi dari berbagai aktor. Berdasarkan statusnya, aktor yang terlibat terdiri dari perguruan tinggi, lembaga litbang, dan industri. Sementara itu berdasarkan geografis, aktor yang terlibat
terdiri dari insititusi nasional dan internasional. Aktor-aktor yang terlibat memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kompetensinya
Gambar 5. Unair merupakan aktor pelopor yang memperkenalkan teknologi stem cell dan meyakinkan pada aktor lain bahwa teknologi tersebut dapat dikuasai dan diaplikasikan di
Indonesia. Sebagai akademisi, Unair berperan dalam riset dasar di bidang teknologi sel dan biomaterial untuk stem cell. Selain itu, Unair juga berperan dalam hal sosialisasi dan edukasi
teknologi stem cell melalui pendidikan S3. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S3 di bawah bimbingan staf Unair berperan penting dalam peningkatan riset dasar stem cell di
unair.
Peran RS Dr Soetomo dalam pengembangan stem cell sangat penting karena berperan sebagai institusi yang mentransfomasikan hasil-hasil penelitian dasar dari Unair menjadi
teknologi yang dapat diaplikasikan. Proses transformasi tersebut bukan merupakan hal yang mudah dan sederhana, tetapi memerlukan kajian mendalam dan biaya yang cukup tinggi,
karena teknologi yang diaplikasikan termasuk teknologi tinggi. Selain itu, teknologi di bidang medis yang berhubungan langsung dengan manusia memiliki resiko yang cukup tinggi. Oleh
karena itu diperlukan keberanian dari pimpinan institusi untuk mendukung program tersebut.
Dalam aktivitasnya, peneliti Unair dan RS Dr Soetomo melakukan penelitian dan pengembangan secara bersama dengan membentuk kelompok penelitian stem cell. Walaupun
secara formal kelompok penelitian baru terbentuk tahun 2008, akan tetapi secara non formal kajian bersama stem cell telah dilakukan sebelum tahun 2000. RS Dr. Soetomo lebih berperan
dalam pengembangan biomaterial dan aplikasi uji klinis stem cell.
73
Less Entrepreneurial More Entrepreneurial
Teaching. Research
Entrepreneural.
Unair RS Dr
Soetomo
Batan PT Kmia
Farma
Pusat Riset Stem Cell
Penelitian dasar stem cell
dan biomaterial, serta
edukasi melalui pendidikan formal
S3 Pengembangan
biomaterial dan aplikasi stem cell
Sosialisasi dan edukasi aplikasi
radiasi untuk pengembangan
biomaterial Dukungan
peralatan untuk scale up produksi
biomaterial
Peningkatan kapasitas
Pen in
gka ta
n ka
p a
si ta
s
National University
Hospital Edukasi aplikasi
radiasi untuk pengembangan
biomaterial
R ise
t d
a n
Pe ng
e mba
n g
a n
IAEA Donor
Univ. di Jerman
Peningkatan kapasitas melalui
pendidikan formal di bidang stem cell
Melbour ne Univ.
Peningkatan kapasitas melalui
kolaborasi ilmiah di bidang teknologi sel
Hiroshima Univ.
Leeds Univ.
Malasyia Singapore
Pe n
in g
ka ta
n ka
p a
si ta
s
me la
lu i
ko la
b o
ra si
i lmi
a h
d i
b id
a n
g b
io ma
te ri
a l
CellShafe Malaysia
Peningkatan kapasitas di bidang
bank sel melalui kolaborasi bisnis
Keterangan: Aktor dalam negeri
Aktor luar negeri
Sumber: Dikonstruksi oleh Penulis Gambar 5 Peran Tiap Aktor dalam Pengembangan Teknologi Stem Cell
Batan merupakan lembaga penelitian dan pengembangan yang memiliki kompetensi berbeda dengan dengan dua aktor sebelumnya. Batan memiliki kompetensi dalam bidang
teknik radiasi tenaga nuklir untuk berbagai kepentingan yang salah satu aplikasinya adalah untuk biomaterial yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Dalam pengembangan stem cell
ini Batan berperan dalam sosialisasi dan edukasi aplikasi radiasi untuk biomaterial. Sosialisasi yang dilakukan pada berbagai rumah sakit di dalam negeri membuahkan hasil dengan
tertariknya RS Dr Soetomo untuk mengembangkan teknik tersebut. Batan juga berperan memfasilitasi staf RS Dr Soetomo untuk mendapatkan pelatihan dari National University
Hospital Singapore, yang dilanjutkan dengan pelatihan oleh institusi Batan sendiri. Peran pelatihan tersebut sangat penting bagi perkembangan teknologi biomaterial di RS Dr Soetomo,
yang mendukung aplikasi teknologi stem cell, karena dalam teknologi stem cell memerlukan biomaterial yang baik agar sel dapat tumbuh dengan efektif.
Perkembangan teknologi biomaterial dan stem cell di RS Dr Soetomo menimbulkan ketertarikan industri farmasi nasional. Salah satu industri farmasi yang tertarik adalah PT Kimia
Farma yang sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja sama dalam hal biomaterial dan teknologi sel baik dengan rumah sakit dalam negeri lainnya, maupun dengan institusi
internasional. Dengan kapasitas yang telah dimiliki dan melihat perkembangan potensi pasar, PT Kimia Farma bersedia berperan dalam scale up produksi biomaterial untuk stem cell
scaffold. Saat ini produksi scaffold di RS Dr Soetomo masih terbatas pada skala lab sehingga dalam hal biaya tidak efisien. Dalam perencanaan ke depan, PT Kimia Farma akan
menyediakan peralatan produksi scaffold untuk digunakan oleh RS Dr Soetomo dalam skala besar.
Selain aktor dalam negeri yang berperan dalam pengembangan teknologi stem cell, aktor internasional juga memiliki peran yang sangat penting. Aktor-aktor internasional tersebut
berperan melalui kolaborasi ilmiah dengan aktor-aktor di Indonesia. Institusi internasional pertama yang beperan adalah perguruan tinggi tempat staf Unair menyelesaikan pendidikan
S3 di Jerman. Pendidikan formal dan penelitian akhir yang dilakukan menjadikan staf Unair memiliki kompetensi di bidang stem cell, yang kemudian kompetensi tersebut terus
dikembangkan di Indonesia.
74 Institusi internasional berikutnya yang memiliki peran cukup besar adalah IAEA dan
National University Hospital of Singapore yang berperan dalam capacity building peneliti Indonesia di bidang aplikasi radiasi untuk biomaterial. IAEA memfasilitasi dan memberi
dukungan dana serta menunjuk National University Hospital of Singapore sebagai trainer dalam program pelatihan pemanfaatan radiasi untuk biomaterial bagi institusi anggotanya, termasuk
Batan. Program dalam jangka waktu yang panjang tersebut tidak hanya meningkatkan kapasitas Batan, tetapi juga membuka kesempatan bagi institusi lain di Indonesia untuk
berpartisipasi dalam training. Hal tersebut berdampak pada menyebarnya ilmu aplikasi radiasi untuk biomaterial yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh RS Dr Soetomo dan Unair dalam
pengembangan stem cell.
Pengembangan stem cell yang dilakukan oleh Unair dan RS Dr Soetomo tidak berhenti hanya sampai teknologi tersebut berhasil diaplikasikan pada manusia. Kedua aktor tersebut
terus melakukan pengembangan melalui kolaborasi ilmiah dengan insititusi internasional. Untuk teknologi sel, Unair bekerja sama dengan Melbounre University yang memiliki
kompetensi di bidang sel multifungsi. Kemudian untuk teknologi biomaterial, dilakukan kerja sama dengan institusi yang memiliki kapasitas di bidang itu, yaitu Hiroshima University, Leed
University, serta Institusi dari Malaysia dan Singapura. Kerja sama tersebut berperan dalam peningkatan teknologi dan kemampuan Unair dan RS Dr Soetomo dalam pengembangan stem
cell.
5. PEMBAHASAN