Adopsi oleh pengguna HASIL DAN PEMBAHASAN

147 Pada kasus TSHE masih diperlukan agen sosialisasi, yaitu orang atau institusi yang mampu menarik orang di sekitarnya untuk menggunakan atau memproduksi TSHE. Tahapan sosialisasi ini dapat dibagi dua, yaitu i sosialisasi di dalam keluarga atau biasa disebut dengan sosialisasi primer dan ii sosialisasi sekunder sosialisasi yang lebih luas lagi atau sosialisasi di luar keluarga. Dalam sosialisasi sekunder, banyak yang menjadi agen sosialisasi di luar keluarga, antara lain lembaga pendidikan, lembaga pekerjaan, media massa, dan lingkungan sekitarnya 25 . Selain sosialisasi, difusi TSHE juga harus terus dilakukan karena masih banyak warga masyarakat yang belum mampu membuat TSHE. Difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial 26 . Menurut Roger 1995, difusi adalah jenis perubahan sosial, yang didefinisikan sebagai proses terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Ketika ide-ide baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak, mengarah ke konsekuensi tertentu, perubahan sosial terjadi, tetapi perubahan tersebut dapat terjadi dalam cara lain. Selain itu, difusi juga merupakan suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru Roger, 1961 dalam Mulyana, 2009. Roger juga menyatakan bahwa proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu i inovasi: gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali, ii saluran komunikasi; ‘alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima, iii jangka waktu, proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan iv sistem sosial, kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerja sama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Sosialisasi dan difusi TSHE ke masyarakat yang awalnya hanya dilakukan oleh Yayasan Dian Desa pada saat ini harus mengikutsertakan masyarakat pengguna. Selain dengan cara pembagian kaos bergambar TSHE, sosialisasi sebaiknya dilakukan melalui poster atau media cetak lainnya. Selain itu, perlu dilakukan penggunaan radio dan televisi sebagai media sosialisasi karena radio dan televisi memiliki daya jangkau yang sangat luas, sehingga sangat efektif jika digunakan sebagai media sosialisasi. Hasil kunjungan ke desa tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga memiliki radio dan televisi. Pelatihan membuat TSHE adalah bagian dari sosialisasi yang dilakukan oleh Yayasan Dian Desa. Pelatihan ini menghasilkan satu contoh TSHE di satu wilayah dusun atau desa. Sosialisasi dengan cara ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok, seperti untuk kelompok gula semut, perkumpulan wanita tani, kelompok pak tani, kelompok ibu-ibu pengajian dan lainnya. Cara ini ditempuh agar masyarakat merasakan langsung manfaat TSHE.

4.2 Adopsi oleh pengguna

Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan cognitive, sikap affective, maupun keterampilan psychomotor pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi Rogers and Shoemaker, 1971. Menurut Soekartawi, 1988 dalam Akhmad Musyafak dan Tatang M. Ibrahim, 2005, adopsi merupakan proses dalam diri seseorang mulai ketika pertama kali mendengar tentang suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan membuat TSHE yang dilakukan oleh Yayasan Dian Desa sudah berjalan dengan baik, setelah itu seseorang atau masyarakat akan melakukan keputusan untuk menerima atau tidak menerima terhadap TSHE tersebut. Keputusan yang akan dilakukan seseorang atau masyarakat dalam mengadopsi TSHE tergantung pada kemampuan dari pengadopsi sendiri. Ada seseorang yang mempunyai kemampuan untuk 25 Diniarti, 1999. 26 Mulyana, Slamet, 2009. 148 menangkap, menyerap dan mengadopsi sesuatu yang baru dengan mudah tetapi sebaliknya ada seseorang yang sangat susah atau bahkan tetap bertahan dengan cara-cara lama yang diyakini sehingga dengan cepat akan menolak hal baru tersebut tanpa melihat hal baik buruknya sesuatu yang baru tersebut. Seseorang dalam menerima suatu hal atau ide yang baru selalu melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan ini dikenal sebagai tahapan proses adopsi, yaitu 27 1 Tahap kesadaran awareness stages, 2 Tahap minat interest stages, 3Tahap penilaian evaluation stages, 4 Tahap mencoba trial stages, dan 5 Tahap adopsi adoption stages. Pada awalnya, keputusan adopsi TSHE di masyarakat Pedukuhan Gunungrejo Kelurahan Hargorejo sebagai tempat implementasi dan percontohan TSHE yang pertama kurang berjalan dengan baik. Hanya sedikit penduduk yang mau membeli bahan dan membuat TSHE ini. Beberapa hal yang menjadi penyebab enggannya masyarakat membuat tungku hemat energi ini adalah masyarakat di Pedukuhan ini berpendidikan rendah sehingga masyarakat belum memahami manfaat keberadaan TSHE ini untuk jangka panjang, termasuk manfaat dari segi kesehatan dan lingkungan atau kelestarian hutan di Kulon Progo. Mereka hanya mementingkan kepentingan jangka pendek, dan merasa harga TSHE ini terlalu mahal dibandingkan tungku tradisional. Oleh karena itu, masyarakat Pedukuhan Gunungrejo lebih memilih tetap menggunakan tungku tradisional yang lebih murah dan tidak perlu repot-repot membuat sendiri. Selain itu, terdapat budaya masyarakat di daerah ini memasak menggunakan tungku yang memiliki lidah api besar, sedangkan TSHE tidak memiliki lidah api yang keluar tungku Hal ini membuat warga berpendapat TSHE tidak mengeluarkan api sehingga warga kurang menyukainya. Mardikanto dalam Prabayanti 2010, menyatakan bahwa agar sesuatu yang baru dapat diadopsi seseorang, maka akan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu a sifat inovasinya sendiri, b sifat sasarannya, c cara pengambilan keputusan, d saluran komunikasi yang digunakan, e keadaan penyuluh, dan f ragam sumber informasi. Oleh karena itu, agar adopsi TSHE lebih cepat, Yayasan Dian Desa atau agen implementasi tungku lainnya harus terus melakukan sosialisasi TSHE, baik secara berkelompok maupun individu dengan mengutamakan keuntungan atau manfaat TSHE. Selain itu, kredit atau biaya pembuatan dan pembelian tungku perlu difasilitasi baik oleh lembaga keuangan mikro, koperasi, LSM atau lembaga pemerintah mengingat salah satu kendala adopsi TSHE adalah ketidakmampuan masyarakat untuk membeli atau membuat tungku.

4.3 Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Difusi dan Adopsi Tungku Sehat Hemat Energi TSHE