27 serta masalah klasik yaitu masalah reward honortunjangan yang kurang memadai untuk
SDM pengelola. Selanjutnya, guna pengelolaan informasi ilmiah hasil penelitian dapat dilaksanakan dengan baik perlu dilakukan rekruitmen SDM yang benar-benar mempunyai latar
belakang pendidikan IT dan mempunyai kemauan dan kerja keras.
3.3. Infrastruktur
Secara umum kondisi infrasruktur untuk pengelolaan hasil penelitian cukup baik. Infrastruktur merupakan sarana utama dalam pengelolaan hasil penelitian dengan penerapan
sistem informasi, dimana semua transaksi data berjalan pada layer fisik ini, sehingga perlu diprioritaskan bagaimana membangun infrastruktur yang baik mencakup jaringan intra-internet,
komputer-komputer untuk work station dan server, serta peralatan dan bangunan fisik yang menunjang komunikasi data di lingkungan lembaga penelitian di lingkungan Kementerian,
LPNK, dan Perguruan Tinggi. Masalah yang sering terjadi adalah jaringan infrastruktur yang tidak berjalan optimal, jaringan internet beberapa instansi banyak yang mati dan sering putus
nyambung. Di samping itu, masalah lainnya adalah di dalam pengembangan sistem informasi tersebut belum disiapkan fasilitas berupa web service yang memungkinkan terjadinya integrasi
dan komunikasi antar sistem informasi.
3.4. Kelembagaan dan organisasi
Kondisi struktur organisasi lembaga litbang di lingkungan Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi menunjukkan bahwa pengelolaan hasil penelitian dan pengembangan sistem
informasi belum dianggap penting, dan belum menjadi suatu kebutuhan, serta belum memiliki posisi yang strategis. Selain itu, juga ditunjukkan dengan belum adanya atau tidak ada bagian
khusus sebagai pusat pengelolaan database hasil-hasil penelitian yang dapat melayani dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya dunia usaha. Sampai saat ini juga belum
ada mekanisme pelayanan informasi kepada sesama lembaga litbang ataupun kepada dunia usaha. Oleh karena itu, perlu penguatan kelembagaan ini dengan tugas pokok dan fungsi
mengenai pengelolaan sistem informasi hasil-hasil penelitian litbang. Sehingga diharapkan akan dapat pertukaran dan permintaan serta pelayanan informasi hasil penelitian kepada
masyarakat khususnya dunia usaha.
Kegiatan pengelolaan hasil penelitian perlu disosialisasikan kepada semua instansi yang terkait atau stakeholders khususnya dunia usaha. Selain itu perlu dipersiapkan perangkat
atau dasar hukum dan kebijakan, standar operasional dan prosedural SOP atau regulasi dalam pengelolaan hasil-hasil penelitian yang dikelola dalam database yang jelas dan mengikat
keluar maupun kedalam sebagai upaya untuk menekan penyalahgunaan wewenang atau kesalahan dalam operasionalnya nanti.
3.5. Budaya Paradigma Berfikir
Sebagian besar budayapola pikir SDM pengelola hasil-hasil penelitian di lembaga litbang sampai saat ini masih berorientasi lebih ke income pendapatan tambahan, sedangkan
kualitas hasil pekerjaan outcome dinomorduakan. Kondisi pola pikir ini perlu dilakukan perubahan paradigma. Diharapkan kedepannya SDM di lingkungan lembaga litbang
Kementerian, LPNK, dan Perguruan Tinggi dapat lebih mengutamakan hasil atau output yang berguna bagi masyarakat khususnya industri kecil. Selanjutnya para pimpinan memberikan
reward kepada SDM pengelola hasil penelitian yang berprestasi di lingkungan lembaga litbang agar mereka lebih termotivasi dalam bekerja.
28
3.6. Konten
Saat ini sistem informasi di lingkungan lembaga litbang belum menampilkan konten yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kondisi ini dikarenakan lembaga litbang dalam
mengembangkan sistem informasinya masih masing-masing sesuai dengan kepentingannya dan belum memperhatikan kebutuhan instansi dan pengguna lain. Hal ini terbukti dengan
sistem informasi yang belum terintegrasi. Padahal informasi yang terkandung dalam database tersebut bisa menjadi informasi berharga untuk lembaga lain dan masyarakat umum serta dunia
usaha. Di samping itu, belum adanya Standard Operational Procedure SOP untuk pengembangan konten dalam data base di lingkungan lembaga litbang.
Konsep dasar pengembangan e-Government pada prinsipnya untuk membangun media informasi, layanan publik dan transaksi yang bisa diakses secara online. Konsep itu
ditandai dengan integrasi berbagai layanan elektronik. Sayangnya, konsep itu perkembanganya masih tersendat-sendat. Karena birokrat sering terlambat dalam
memperbaharui konten dan terlambat dalam meng-upgrade aplikasi. Sudah saatnya melakukan pengelolaan operasional dan pengembangan sistem informasi hasil-hasil penelitian
secara professional seperti yang terjadi di negara maju. Selain itu juga semakin pentingnya pengembangan konten dan integrasi berbagai aplikasi yang akan disediakan secara online.
Standardisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus diselesaikan. Standardisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya komunikasi dan integrasi antara
satu aplikasi dengan aplikasi yang lain. Konsep Online Service belum dikembangkan dengan pendekatan life situation. Pendekatan tersebut pada intinya adalah bagaimana lembaga litbang
melihat kebutuhan pengguna informasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, status sosial, profesi dan aktivitas bisnisnya.
3.7 Kondisi UMKM