Daftar Pustaka iP9V6BH6HscN27yO PROSIDING FORUM TAHUNAN 2013 ver 2A(1)

53

5. KESIMPULAN

Tulisan ini telah berusaha menguraikan Quadruple Helix Model sebagai sebuah model ideal untuk menggambarkan sistem inovasi lokal. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, tulisan ini menemukan bahwa Quadruple Helix Model dapat diaplikasikan secara efektif dalam proyek pembangunan perusahaan penyedia air bersih di desa Karangrejek, Kabupaten Gunungkidul. Selanjutnya aplikasi QuadrupleHelix Model di desa Karangrejek dapat ditinjau dari beberapa temuan, di antaranya adalah: a Pada saat proses terbangunnya PAB Tirta Kencana perusahaan penyedia air bersih mandiri yang dikelola oleh masyarakat desa Karangrejek, b Saat teridentifikasinya hubungan erat antara empat helix aktor, yakni masyarakat, pemerintah, penyedia teknologi dan sektor usahabisnis, dan c Fungsi yang tegas antara keempat helix aktor. Sistem inovasi lokal sukses melakukan fungsinya untuk melahirkan inovasiteknologi yang bermanfaat untuk masyarakat miskin. Hal ini ditandai dengan suksesnya sistem inovasi tersebut untuk diterjemahkan dalam sebuah aktivitas produktif melalui perusahaan penyediaan air bersih mandiri di desa Karangrejek yang dinamai PAB Tirta Kencana. Perusahaan tersebut berhasil mempermudah masyarakat miskin untuk mendapatkan jaringan air bersih. Selain itu, tulisan ini juga menemukan bahwa sesuai dengan teori yang mendasari Quadruple HelixModel, maka inovasi yang telah lahir di desa Karangrejek merupakan inovasi yang dibangun antara masyarakat dengan pemerintah, penyedia teknologi, dan sektor bisnisusaha. Masyarakat sebagai tempat lahirnya ide inovasi, pemerintah sebagai pemberi kebijakan atau naungan terciptanya inovasi, lembaga penelitianpelatihan sebagai penyedia pengetahuan atau pencipta inovasi, dan sektor usahabisnis sebagai sektor yang bisa menterjemahkan teknologi dalam bentuk produk atau bahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil kajian ini, penulis berpendapat bahwa konsep QuadrupleHelix Model merupakan ide pencerahan dari banyaknya proyek pengembangan dan diseminasi teknologi skala mikro yang berakhir gagal karena kurangnya peran penting dari elemen masyarakat itu sendiri. Konsep Quadruple Helix merupakan model yang cukup ideal dan efisien untuk bisa menggambarkan kontribusi besar masyarakat, yang tidak hanya sebagai penerima teknologi, namun juga sebagai suatu entitas yang memiliki pengetahuan tentang kebutuhan teknologi yang paling sesuai untuk dikembangkan dibanding dengan institusi manapun, terutama terkait dengan isu teknologi untuk pengentasan kemiskinan.

5. Daftar Pustaka

Arnkil, R. Dkk., 2010. Exploring Quadruple Helix – Outlining useroriented Innovation Models. Working Papers 852010. University of Tampere. Work Research Centre. Aiman, S., 2013. Inovasi Kunci untuk Pembangunan Ekonomi: Konsep ABCG. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional dan Workshop “Peningkatan Inovasi dalam Menanggulangi Kemiskinan ”. Tanggal 30 September – 1 Oktober, Bandung, Indonesia Amaral dkk., 2010. Micro-Evidence of a Triple Helix in The Brazilian Regional Development,. Prosiding dari The Xxi ISPIM Conference 2010. Tanggal 6-9 Juni 2010, Bilbao, Spanyol. Carayannis, E.G. dan Campbell,D.F.J., 2012. Mode 3 Knowledge Production in Quadruple Helix Innovation Systems, SpringerBriefs in Business 7 Vol. DOI 10.1007978 Desa Karangrejek, 2010. Laporan Tutup Buku Tahun 2010, Pengelola Air Bersih Tirta Kencana, Karangrejek, Wonosari, Gunung Kidul, DIY, 31 Desember 2010. ------------------------- 2013. Garut “Kesengsem” BUMDes Tirta Kencana. Tersedia di www.karangrejek.net . Akses bulan Mei 2013 54 Füzi,A., 2013. Quadruple-Helix and its types as user-driven innovation models. Prosiding dari the Triple Helix International Conference 2013 sesi ‘Building the innovative markets, places and networks’. Tanggal 7-10 Juli 2013, London, Inggris. Harian Jogja, 2012. HUT KE 181- Gudung Kidul: Masih Ada Harapan di Bumi Handayani. Solopos online, edisi senin 28 Mei 2012. Tersedia juga di www.harianjogja.com . Akses Mei 2013. Lydesdorff, L., 2012. The Triple Helix, Quadruple Helix, and an N-tuple of Helices: Explanatory Models for Analyzing the Knowledge-based Economy? . Journal of the Knowledge Economy 31 2012 Wallin, S., 2010. The coevolvement in local development From the triple to the quadruple helix model: “Government and public policy in Triple Helix era”. Prosiding dari the Triple Helix International Conference 2010, Tanggal 20-33 Oktober 2010, Madrid, Spanyol Pravita, Dwi, 2012. “…Gunung Kidul Miliki Tandon Air Raksasa dan Potensi Sungai Bawah Tanah yang Besar…” . Berita Elektronik dari Nasionalis Rakyat Merdeka NRM. Vol.19 Septermber 2012. Dapat diakses di http:nrmnews.com20120919gunung-kidul-miliki-tandon-air- raksasa-dan-potensi-sungai-bawah-tanah-yang-besar Setkab RI Sekretariat Kabinet Republik Indonesia., 2012.Penghijauan dan Penyediaan Air di Gunung Kidul, Berita Elektronik Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Vol. 26 Juli 2012. Dapat diakses di http:www.setkab.go.idpro-rakyat-5159-penghijauan-dan- penyediaan-air-di-gunung-kidul.html Wahyuni, V.H.S., 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Domestik di Kabupaten Gunung Kidul, Tesis Institut Teknologi Bandung, Bandung. Yuliar, S., 2009. Tata Kelola Teknologi. Perspektif Teori Jaringan Aktor, Institut Teknologi Bandung, Bandung Zulhamdani,M dan Rahayu,S., 2013. Peran Modal Sosial dalam Upaya Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna Mandiri oleh Masyarakat untuk Penanggulangan Kemiskinan: Studi Kasus Proyek Pengelolaan Air Bersih Mandiri di Desa Karangrejek Kabupaten Gunung Kidul.Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional dan Workshop “Peningkatan Inovasi dalam Menanggulangi Kemiskinan”. Tanggal 30 September – 1 Oktober, Bandung, Indonesia 55 BIODEGRADASI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Elaeis guineensis Jacq. OLEH JAMUR LIGNOSELULOLITIK Ratu Safitri, Septyana Dewi V, dan Nia Rossiana Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jl. Jatinangor, KM.21. Sumedang Tlp. 022 7796412, Fax: 022 7796412 E-Mail : Ratusafitrieyahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan jamur lignoselulolitik baik secara tunggal maupun konsorsium beserta dosis inokulum yang efektif dalam proses fermentasi limbah tandan kosong kelapa sawit. Jamur lignoselulolitik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jamur lignoselulolitik asal limbah tandan kosong kelapa sawit, yaitu Rhizopus oryzae, Penicillium citrinum dan Aspergillus nidulans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode eksperimental. Metode deskriptif digunakan pada tahap pembuatan inokulum. Metode eksperimental digunakan pada tahap fermentasi limbah tandan kosong kelapa sawit dengan Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali pengulangan. Faktor I adalah jenis jamur J, yaitu Rhizopus oryzae j1, Penicillium citrinum j2, Aspergillus nidulans j3 serta konsorsium Rhizopus oryzae, Penicillium citrinum dan Aspergillus nidulans j4. Faktor II adalah dosis inokulum D, yaitu dosis inokulum 0 d0, 5 d1 dan 10 d2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi oleh Penicillium citrinum secara tunggal pada dosis inokulum 5 efektif dalam menurunkan kadar lignin limbah tandan kosong kelapa sawit sebesar 20,31, selulosa 9,42, dan hemiselulosa 11,97 sedangkan konsorsium Rhizopus oryzae, Penicillium citrinum dan Aspergillus nidulans pada dosis inokulum 10 dapat menurunkan kadar lignin sebesar 11,50, selulosa 9,86, dan hemiselulosa 9,53. Dosis inokulum 5 merupakan dosis inokulum yang paling efektif digunakan dalam proses fermentasi limbah tandan kosong kelapa sawit. Kata Kunci: fermentasi, tandan kosong kelapa sawit, Rhizopus oryzae, Penicillium citrinum, Aspergillus nidulans,

1. PENDAHULUAN