174 terdapat kegiatan yang menghasilkan limbah dan sampah. Suatu perangkat hukum yang
bersifat preventif dibutuhkan yaitu berupa perizinan. Dalam perizinan harus dicantumkan secara tegas dan jelas, syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggung jawab
usaha.
Kementerian Pekerjaan Umum mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21PRTM Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan persampahan melalui rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan
yang terpadu, efektif dan efisien.
Banyaknya kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pihak terkait, tidak serta merta pengelolaan sampah berjalan dengan baik. Sampai saat ini diketahui bahwa belum
seluruh kegiatan pengelolaan sampah dilakukan dengan baik oleh individu masyarakat, rumah tangga, maupun institusi yang berhubungan dengan pengelolaan sampah. Selain itu,
kurangnya acuan baku dari lembaga terkait membuat praktek pengelolaan sampah di tingkat masyarakat cenderung dilakukan menurut aturan mereka sendiri.
31
3.2. Sampah dan Perlakuannya di Tingkat Rumah Tangga Perkotaan
Populasi penduduk kota di Indonesia rata-rata tumbuh tiga kali lebih cepat yaitu sekitar 4,4 persen sejak tahun 1990, dan diperkirakan akan mencapai 167 juta jiwa yang menjadi
penduduk kota pada tahun 2025 Wibowo, 2009. Tingginya pertambahan penduduk ini menimbulkan berbagai masalah sosial tidak terkecuali masalah sampah. Sampah di tingkat
rumah tangga disebut dengan sampah domestik Lubis, 1994, bisa berupa sampah organik maupun anorganik, yaitu bahan-bahan buangan dari rumah atau dapur, contohnya pakaian
lama, botol, kaca, kertas, kantung plastik, kayu, logam, sisa sayuran, ikan, dan sisa makanan. Menurut Kurniawan 2010 komposisi sampah rumah tangga diperkotaan berdasarkan sumber
asalnya sebagian besar merupakan sisa makanan dan sampah dapur. Sampah ini cepat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme dan berpotensi sebagai sumber daya
penghasil kompos, dan gas metan atau energi. Berdasarkan data tahun 2008, jenis penanganan sampah kota besar di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Jenis Penanganan Sampah Kota Besar di Indonesia Tahun 2008 No.
Jenis Penanganan Sampah Persentase
1 Pengurugan di TPA
68,86 2
Pengomposan 7,19
3 Open Burning
4,79 4
Dibuang ke sungai dsb. 2,99
5 Insinerator skala kecil
6,59 6
Non-pengurugan 9,58
Sumber: KLH 2009 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa total timbulan sampah yang dibuang ke TPA
sebagian besar diperlakukan dengan cara pengurugan 68,86, yang dibuat kompos hanya sebesar 7,19, dan dibuang sembarangan ke sungai, saluran, jalan, dan sebagainya 2,99.
Diperkirakan juga dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, pengelolaan sampah di beberapa kota besar di Indonesia akan mengalami persoalan dengan masa pakai TPA, sementara lokasi TPA
31
http:www.sumber-artikel.comwebsistem-sistem-pewadahan-sampah.html akses tanggal 22 Maret 2012.
175 pengganti semakin sulit diperoleh karena terbatasnya lahan dan meningkatnya penolakan
masyarakat terhadap TPA, khususnya yang terletak di lokasi pemukiman penduduk Wibowo A, 2009. Secara umum pengelolaan sampah di tingkat perkotaan diperlihatkan pada Gambar
1 berikut ini.
Sumber: Damanhuri, E. dan Tri Padmi, 2010
Gambar 1 Pengelolaan Sampah di Perkotaan : Kumpul
– Angkut – Buang
Untuk mengurangi beberapa permasalahan dalam pengelolaan sampah, Trihadiningrum 2010 mengusulkan beberapa cara untuk menangani sampah kota, yaitu berupa:
1 Pencegahan
2 Minimisasi
3 Pemanfaatan kembali reuse
4 Daur-ulang recycling
5 Perolehan energi energy recovery
6 Pembuangan akhir.
Untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam Tabel 2.
176
Tabel 2. Penanganan Sampah di Perkotaan 1. Pencegahan
2. Minimisasi