151 menjadikan HKI sebagai prioritas. Komitmen tersebut dibuktikan dengan adanya kontrak
kinerja Menteri Riset dan Teknologi yang diberi mandat oleh Presiden melalui Perpres Nomor 24 tahun 2010 dengan tufoksinya. Kontrak kinerja Menristek tersebut didasarkan pada yuridis
formal yaitu merujuk pada Undang-Undang nomor18 tahun 2002, pasal 13 ayat 3 yang
menyatakan: “Dalam pengelolaan HKI, perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan pembentukan sentra HKI”. Sebagai bentuk implemantasi dari mandat UU
nomor 182002, Kementerian Riset dan Teknologi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 telah memberikan insentif untuk pembentukan sentra HKI dengan jumlah 24 sentra HKI, yang
tersebar dari Nangroe Aceh Darusalam sampai Maluku. Sementara lembaga litbang di Papua belum pernah mengusulkan terkait pembentukan Sentra HKI.
Pentingnya HKI juga disampaikan oleh Wakil Presiden RI, yang disampaikan dalam sambutan puncak acara memperingati Hari HKI Sedunia di Istana Wapres, Jakarta tanggal 8
Mei 2012, kutipan pidatonya Wakil Presiden dikatakan sbb: “...Indonesia termasuk kelompok negara- negara, G-20, dimana negara-negara yang
tergabung dalam G-20 tersebut, termasuk Indonesia, diperhitungkan pertumbuhan ekonominya oleh dunia. SDM berbasis HKI sangat erat hubungannya dengan perekonomian. Oleh karena
itu HKI tidak hanya masalah aspek Hukum saja, tetapi juga aspek ekonomi yang timbul dari pelaksanaan HKI. Namun demikian, pendaftaran paten Indonesia ke Kantor HKI dunia PCT
di Genewa termasuk yang sangat rendah, dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, India......oleh karena itu, sebagai negara penghasil SDA, hendaknya
Indonesia tidak terlena terhadap kekayaan SDA-nya saja, karena akan cepat punah. Dan harus mulai memperhitungkan SDM berbasis HKI”.
Dalam pidato di atas tersirat betapa pentingnya HKI dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Wakil Presiden juga menegaskan pentingnya diperhatikan SDM
berbasis HKI. Sehingga topik utama dan sub topik dalam tulisan ini sangat relevan bila mengkaitkan HKI dengan pemasaran strategik. Tulisan ini juga membahas berbagai fenomena
HKI di Indonesia dikaitkan pula dengan implementasi bentuk kebijakan oleh Kementerian Ristek dalam upaya percepatan perolehan HKI di lembaga litbang.
Membahas secara mendalam tentang teori marketing strategik tidak hanya berbicara pada tataran apa what tetapi masuk pada tataran pertanyaan bagaimana how. Bagaimana
perolehan HKI oleh para inventor dapat dipercepat unutk mendapatkan paten, selanjutnya hasil invensi tersebut dapat di produksi oleh industri dan akhirnya dapat dipasarkan sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Akan dibahas pula keterkaitan marketing strategis dengan banyaknya invensi yang telah dihasilkan oleh anak bangsa, potret HKI di Indonesia dan
keterkaitannya dengan perekonomian nasional, insentif pemerintah dan dampaknya, keadaan yang diharapkan, cara menghadapi kendala dan peran aktor dalam menyiapkan kebijakan
dalam mendukung percepatan perolehan HKI.
2. TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya Marketing Strategik dalam peningatan perolehan HKI
Untuk memahami lebih utuh apa yang dimaksud dengan marketing strategik, ada definsi yang dirujuk menurut The American Marketing Association mendefinisikan Marketing
management sebagai “the process of planning and executing the conception, pricing,
promotion,and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives. Proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,
penetapan harga, promosi, dan pendistribusian gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memenuhi tujuan individu dan organisasi. Di lain pihak diperlukan juga
pemasar, yaitu pihak yang lebih aktif dalam mengaktualisasi dalam pertukaran. Pertukaran
152 dalam konteks ini dimaksudkan sebagai sebuah proses dimana dua atau lebih pihak saling
mempertukarkan sesuatu yang memiliki nilai sehingga pada akhirnya mereka merasa lebih baik setelah melakukan proses ini. Philip Kotler1979 mendefinisikan marketing management
sebagai “the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing
customers through creating, delivering, and communicating superior customer values”. Seni dan ilmu di dalam memilih pasar sasaran dan mendapatkan, memelihara dan mengembangkan
para pelanggan melalui proses penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang lebih baik. Sementara menurut Firmanzah2012, marketing sebagai aktivitas
sosial berkembang mengikuti perkembangan proses produksi yang dihasilkan dari penemuan- penemuan penting umat manusia. Kemajuan teknologi yang membuat proses produksi menjadi
lebih efektif dan efisien telah membuat produk yang dihasilkan pun menjadi lebih banyak pula.
Ke depan konsep marketing strategis dapat diimplementasikan mulai dari hulu sampai hilir dalam rangka menjadikan invensi oleh inventor sehingga menjadi produk yang bernilai
ekonomi. Pada negara-negara yang telah maju sektor perekonomiannya ditunjang oleh produk- produk consumer good dari hasil-hasil invensi yang telah dipatenkan dan diproduksi dalam
skala global. Karena sejatinya dengan melalui kepemilikan paten dari suatu negara tersebut dapat menunjang perekonomian bagi negara yang bersangkutan.
Para inventor di Indonesia saat ini yang tersebar di lembaga litbang KementerianLembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, Balitbang Provinsi, Lembaga
Penelitian Universitas, Lembaga litbang Swasta, BUMN dan Industri. Terkait pemohonan paten yang diusulkan oleh perguruan tinggi menurut Dirjen HKI 2010 jumlah permohonan dari ITB
50, UGM 34, Universitas Brawijaya 30, UI 27, Universitas Muhammadiyah Malang baru menghasilkan 21 apten, IPB 18 paten, Univ Hangtuah Surabaya 7 paten, Universtas Airlangga
6 paten, Universitas Padjajaran 3 paten, Universitas Diponegoro 3 paten, Universitas Pembangunan Nasional UPN Jakarta 2 paten dan Universitas Wangsa Manggala 1 paten.
Data lainnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012, jumlah penemuan invention dari hasil karya perguruan tinggi sampai dengan tahun 2010 berjumlah 721 invensi,
tahun 2011 berjumlah 125 invensi dan tahun 2012 berjumlah 144 invensi. Sementara Paten yang dihasilkan oleh Indonesia sampai tahun 2010 baru mencapai 77 paten. Fakta lainnya, jika
melihat dari kelembagaan litbang di 33 provinsi sampai tahun 2012, memperlihatkan baru 17 lembaga yang bernama Balitbang Provinsi, 4 lembaga litbang kedudukannya setingkat badan
dengan nama Kantor Litbang dan 12 lembaga litbang yang masih bergabung dengan Bappeda Provinsi. Menurut data Dirjen HKI tahun 2010 ada permohonan Paten dari Kanwil Provinsi Jawa
Timur sebanyak 11 permohonan, Kanwil Jawa Tengah 5 Permohonan, Kanwil NTB 2 permohonan dan Kanwil sulawesi Tengah ada 1 permohonan, sehingga total permohonan dari
ke 4 provinsi tersebut mencapai 19. Data lainnya, tentang jumlah perguruan tinggi baik swasta maupun negeri menurut data Kemendikbud sampai tahun 2012 berjumlah 3.185 perguruan
tinggi di Indonesia, sementara jumlah invensi yang dihasilkan dari seluruh Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi berjumlah 990 invensi.
Banyaknya lembaga litbang belum menjamin semakin meningkatnya perolehan paten. Pada kenyataannya pernyataan ini benar adanya, misal lembaga litbang di Provinsi belum
dapat diharapkan dapat menghasilkan paten. Sementara pada lembaga litbang Kementerian atau Lembaga KL dari mulai berdiri puluhan tahun yang silam sampai tahun 2012 masih
minim dalam menghasilkan paten. Harapan itu tumbuh mana kala adanya upaya pemberikan insentif dalam pembentukan sentra HKI oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Program
insentif tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2010 dan terus dilanjutkan sampai tahun 2012, dan sampai tahun ini program tersebut masih berjalan. Secara umum tujuan pemberian insentif
ini dalam rangka mendukung kegiatan percepatan perolehan HKI oleh lembaga penelitian dan pengembangan.
153
HKI Dalam Mendukung Perekonomian Nasional
Menurut OECD dan UNESCO, dimana negara-negara yang memiliki sumber daya manusia berbasis HKI jauh lebih makmurkaya dibandingkan dengan negara-negara yang
memiliki sumber daya alam tetapi sedikit sekali kepemilikan sumber daya manusia berbasis Hak Kekayaan Intelektual HKI. Bahkan karena nilai strategisnya bidang HKI ini telah sejak
lama menjadi elemen penting dalam kemajuan suatu negara. Perkembangan HKI di dunia internasional diawali dengan adanya beberapa perjanjian internasional misalnya: perjanjian
Berne Convention 1883 mengenai Hak Cipta, perjanjian Paris Convention 1886 mengenai Paten, Merek, Desain Industri, Perjanjian TRIPs agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights oleh WTO tahun 1994. Ada beberapa konvensi lainnya yang berkaitan dengan teknis HKI, seperti Madrid Protokol.
Regulasi yang memayungi pentingnya HKI dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang telah menjadi yuridis formal dan yang selalu dirujuk antara lain
meliputi: UU Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, UU Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, UU
Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, UU Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek, UU Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran HKI dalam mendukung perekonomian suatu negara merupakan sesuatu yang amat penting. Optimisme yang dibangun Komite Ekonomi Nasional
KEN yang memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai dari Produk Domestik Bruto PDB perkapita dari US3000 posisi tahun 2012 menjadi US12.855
–16.160 pada tahun 2025. Peningkatan PDB tersebut salah satunya dapat dicapai dengan upaya
meningkatan perolehan HKI oleh inventor dan hasil-hasil invensi tersebut dapat dipatenkan, selanjutnya dapat pula diproduksi agar bernilai ekonomi. Dalam bahasa fiskal proses untuk
menghasilkan invensi ini masih berupa input sedangkan jika hasil invensi tersebut sudah diproduksi maka akan menjadi output yang dapat meningkatkan PDB suatu negara.
Pengukuran kemajuan PDB, National Income Account atau Gross Domestic Product GDP adalah kata yang sama untuk mengukur agregate output suatu negara dalam periode
tertentu. Untuk ukuran pemerintah daerah biasnya mengguunakan PDRB. Menjadi pertanyaan kita semua, bagaimanakah hasil-hasil invensi yang dihasilkan oleh inventor di lembaga litbang
Kementerian, LPNK, Balitbang Provinsi dan Lemlit Perguruan Tinggi di Indonesia? Apakah berbagai invensi tersebut telah memberikan dampak yang positif dan mampu mempengaruhi
petumbuhan prekonomian nasional?
Merujuk hasil riset oleh OHIM 2002 Prospective Study about Design Registration Demand at a European Union Level ada beberapa alasan mengapa perlu melindungi HKI
adalah untuk mencegah pemalsuan sebesar 70, untuk mendukung kebijakan perusahaankerajinan sebesar 23,4, untuk melindungi kompetitornya sebesar 20,3, untuk
mengingatkan prestige harkat perusahaan sebesar 10,1, untuk mencegah dikatakan barang palsu sebesar 6.5, dan alasan lainnya sebesar 5,8. Sedangkan yang terkait dengan objek-
objek bidang HKI mencukup hal yang cukup luas antara lain meliputi: i hak cipta seni, sastra dan ilmu pengetahuan, ii paten daninvensi teknologi, iii merek meliputi: simbol dagang
barang dan jasa, iv desain industri meliputi: penampilan produk, v desain tata letak sirkuit terpadu meliputi : desain tata letak rangkaian IC, dan vi rahasia dagang antara lain: informasi
rahasia yang bernilai ekonomi.
Keterkaitan pentingnya HKI dalam kegiatan ekonomi suatu negara karena HKI akan berhubungan dengan kegiatan industri dan perdagangan. Melalui keberhasilan kegiatan
invensi dari industri dan perdagangan yang terus meningkat maka akan berdampak terhadap perekonomian dalam negeri.
Jika dikaitkan dengan kebijakan fiskal nasional, inovasi oleh inventor selayaknya mempengaruhi makroekonomi baik dari sisi agregate supply dan agregate demand. Banyaknya
154 hasil invensi oleh inventor dapat mempengaruhi suplay dengan terciptanya lapangan pekerjaan
dan pergerakan fiskal, yang akhirnya bermuara kepada peningkatan PDRB dan PDB Nasional. Namun, jika hasil-hasil invensi oleh inventor tidak dapat diproduksi dan dipasarkan, maka
inventasi yang dikeluarkan oleh negara yang telah dikucurkan kepada peneliti melalui APBD dan APBN dengan tujuan untuk menghasilkan temuan-temuan yang dihasilkan oleh peneliti
dapat mengakibatkan investasi tersebut menjadi tidak produktif dan belum dapat menjadi stimulus ekonomi yang terus bergulir. Untuk itu, diperlukan kesadaran kolektif oleh para
inventor akan pentingya mengetahui kebutuhan masyarakat secara lebih dini sehingga hasil- hasil invensi tersebut benar-benar dibutuhkan masyarakat dan pasar dalam rangka memacu
roda perekonomian negara, seperti yang dilakukan negara-negara maju lainya.
Definisi Paten
Definisi dari paten itu sendiri adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Apa yang dimaksud dengan Hak disini adalah hak untuk:
melaksanakan sendiri secara komersial, memberikan persetujuan kepada pihak lain, melarang pihak lain tanpa persetujuannya, membuat, menggunakan, menjual, menyewakan,
menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau disewakan, mengimpor, mengekspor atau menggunakan proses produksi untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
Adapun manfaat perlindungan invensi dengan sistem paten dalam rangka untuk mencegah pihak lain mengeksploitasi potensi ekonomi dari hasil Research Development R
D, mencegah pihak lain melakukan pengembangan hasil RD tanpa izin lisensi, atau tanpa mengikutsertakan pihak yang pertama kali menghasilkan suatu teknologi, mencegah pihak lain
lebih dulu mematenkan hasil RD sehingga bebas melakukan penggunaan atau pengembangan terhadap teknologiinvensi itu tanpa mendapat hambatan dari pihak lain,
menjadi sarana iklan yang bersifat global dan meningkatkan prestise atau nilai jual pihak penghasil teknologi karena memiliki banyak paten.Karya Intelektual merupakan hak-hak alami,
berdasarkan ketentuan pasal 27 2 tentang Deklarasi Hak Asasi Manusia sedunia, yang menyebutkan bahwa
“Setiap orang memiliki hak untuk mendapat perlindungan untuk kepentingan moral dan materi yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusasteraan atau artistik
dalam hal dia sebagai pencipta”. Sementara itu, perlindungan Reputasi, perlindungan Karya Intelektual merupakan wujud dari perlindungan reputasi perusaahaan dari pihak lain yang
menggunakan karya Intelektual yang dimiliki secara tanpa hakijin. Melalui dorongan dan imbalan dari Inovasi dan Penciptaan, HKI merupakan bentuk kompensasi dan dorongan bagi
orang untuk mencipta, hal ini dapat menguntungkan masyarakat dalam jangka panjang.
Fakta di lapangan memperlihatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan baik di Litbang kementerianlembaga pemerintah non kementerian, balitbang provinsi, perguruan
tinggi masih belum menggembirakan, walaupun segala upaya telah dilakukan. Potret dari 3.185 perguruan tinggi seluruh Indonesia baik perguruan tinggi negeri dan swasta, walaupaun
inventornya telah mencapai 990 dalam kurun waktu 2010-2012. Hasil-hasil para penemu tersebut belum dapat dipatenkan dan diproduksi pada skala industri sehingga dapat menunjang
perekonomian.
3. HASIL Marketing Strategik dalam Rangka Peningkatan Perolehan HKI