89
4.2 Gambaran Budaya Inovasi Masyarakat di NTB dan Kalimantan Selatan
SIDa pengembangbiakan sapi yang diterapkan di Banyumulek Provinsi NTB merupakan program rutinitas Dinas Peternakan Provinsi NTB. Hal ini nampak dari respon
masyarakat NTB sendiri, khususnya mereka yang berada di sekitar Banyumulek yang kurang mengenal istilah SIDa di wilayah mereka. Masyarakat sekitar cenderung mengenal
Banyumulek sebagai tempat pemotongan ternak dan penggemukan sapi yang telah ada sebelum SIDa masuk di wilayah ini. Bahkan, daerah Banyumulek lebih dikenal oleh masyarakat
lokal dan masyarakat luar wisatawan sebagai daerah penghasil gerabah.
13
SIDa di Banyumulek terkesan program pemerintah daerah yang hanya melibatkan Kemenristek dan
BPPT termasuk instansi pemerintah lain, akan tetapi sangat minim melibatkan peran dan partisipasi masyarakat sekitar. Bahkan, wacana SIDa di NTB hanya didengar di kalangan
pemerintah Provinsi khususnya di Bappeda. Sementara itu, Dinas Peternakan Provinsi NTB justru kurang paham dengan program SIDa secara utuh, akan tetapi mereka tahu bahwa
program tersebut berasal dari kerja sama Pemprov NTB dengan Kemenristek
14
. Maka tak heran jika masyarakat yang berada di sekitar Banyumulek tidak mengenal apa itu SIDa, selain istilah
sebatas “kegiatan peternakan sapi” yang dilakukan pemerintah daerah NTB. Budaya inovasi di masyarakat NTB masih terkendala oleh tingginya buta aksarabuta
huruf akibat banyak anak yang putus sekolah di wilayah ini. Akan tetapi, tingkat putus sekolah mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 4 tahun berjalan tahun 2012 setelah Pemprov
NTB memberlakukan program Angka Drop Out Nol ADONO. Tabel 1 Angka Penurunan Siswa Putus Sekolah di NTB Tahun 2008, 2010, 2011, dan 2012
Jenjang pendidikan 2008
2010 2011
2012
Sekolah Dasar 1,17
1,02 0,90
0,33 Sekolah Menengah PertamaMTS
5,25 1,46
0,92 0,65
Sekolah Menengah AtasSMKMA 6,86
2,13 1,88
1,77 Sumber:
www.ntb.go.id 2013
NTB memiliki nilai pertumbuhan indeks pembangunan manusia IPM
15
dengan peringkat 7 tujuh Provinsi tertinggi di Indonesia, mengalami kenaikan sebesar 0,84 per
tahun dari 2008 hingga 2010. Melalu program Angka Buta Aksara Menuju Nol ABSANO jumlah program lulusan buta aksara pada masyarakat di NTB menurun dari 80,10 di tahun
2008 menjadi 92,54 di 2010, dan sudah menembus angka 97,95 di tahun 2011. Untuk parameter kesehatan, dalam kurun waktu tiga tahun itu, Usia Harapan Hidup di NTB meningkat
0,61 dari posisi 61,50 di tahun 2008 menjadi 62,11 di tahun 2010. Sementara kemampuan daya beli masyarakat NTB meningkat dari Rp 633.580 di tahun 2008 menjadi Rp 639.890 di
tahun 2010
www.ntb.go.id2012 . Tingginya IPM di NTB diharapkan mampu berkontribusi
terhadap pembentukan budaya inovasi pada masyarakat di NTB. Di Kalimantan Selatan, budaya masyarakat untuk mengenal dan memahami inovasi
justru terhambat, karena masih rendahnya tingkat indeks pembangunan manusia IPM Provinsi Kalimantan Selatan yang menempati urutaan ke-26 dari 33 Provinsi di Indonesia.
Program pendidikan masyarakat yang diwajibkan pemerintah minimal 9 sembilan tahun masih belum terwujud di wilayah ini. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kalimantan Selatan
menjadikan Kalimantan Selatan masih jauh dari penerapan inovasi di daerahnya. Hal ini sangat
13
Baca laporan peneliti Muka dan Barata 2010 berjudul: Gerabah Banyumulek Satu Tinjauan Budaya.
14
Wawancara dengan Sekretaris Dinas Peternakan Provinsi NTB, Beliau mengemukakan bahwa istilah SIDa kurang booming di instansi mereka, meskipun mereka sering mendengar istilah ini. Hal ini dikarenakan kerja sama dengan instansi pemerintah pusat
selain Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian pada umumnya melalui Bappeda ProvinsiNTB sebagai pintu gerbang utama. Meskipun demikian, diakui bahwa instansinya sering diundang rapat dengan Bappeda ProvinsiNTB perihal penetapan koridor
MP3EI dan SIDa.
15
Indeks Pembangunan Manusia IPM diukur melalui tiga indikator yaitu: 1 usia harapan hidupkesehatan masyarakat, 2pelayanan pendidikan yang didapatkan, 3 kemampuan daya beli masyarakatnya.
90 ironis mengingat Kalimantan Selatan merupakan salah satu koridor di dalam MP3EI yang
diklaim sebagai lumbung energi nasional karena kaya akan batubara dan sebagai kawasan yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan karet cukup luas ternyata belum mampu
berkontribusi positif bagi pengembangan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan. Masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya hanya bekerja di level menengah ke bawah
baik di sektor pertambangan maupun perkebunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kalimantan Selatan ialah: a masyarakat Kalimantan Selatan memiliki budaya pernikahan
dini
16
, meskipun seorang laki-laki belum mendapat pekerjaan, pernikahan dini menjadi tren di remaja Kalimantan Selatan setelah mereka lulus sekolah menengah pertama SMP dan
sekolah menengah atas SMA; b orang tua cenderung lebih menyuruh anak-anak mereka untuk bekerja di sektor pertambangan dan perkebunan yang lebih menghasilkan uang untuk
kebutuhan hidup sehari-hari; c anak-anak remaja cenderung malas sekolah jika telah tahu cara mendapatkan uang, karena tujuan sekolah pada akhirnya ialah mencari uang; d biaya
pendidikan dasar dan menengah yang relatif mahal dijangkau oleh masyarakat Kalimantan Selatan dibandingkan dengan Provinsi tetangganya di Kalimantan Timur Kaltim
17
.
4.3 Model Penanaman Budaya Inovasi Pada Masyarakat