35 pendanaan riset di Indonesia guna mendukung inovasi. Wawancara dengan berbagai pihak
dilakukan melalui sistem triangulasi sehingga dapat memperkaya informasi yang akan didapatkan oleh penulis. Selain itu, melalui proses triangulasi ini pula penulis mendapatkan
informasi yang lebih mendalam sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan Moleong, 2010. Data dan informasi yang didapatkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui
sistem pendanaan riset pemerintah seperti apa yang dapat guna mendukung industri dan perguruan tinggi di indonesia untuk berinovasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama-tama dibahas temuan yang terkait dengan permasalahan kebijakan pendanaan riset kesehatan dan impikasinya terhadap inovasi. Mengacu pada temuan tersebut,
selanjutnya akan dikemukakan usulan strategi pendanaan riset yang dapat dibangun pemerintah untuk mendorong inovasi teknologi kesehatan di Indonesia.
4.1. Masalah Kebijakan Pendanaan Riset Kesehatan: Pendekatan Studi Kasus
Hasil riset ini menunjukkan bahwa minimnya anggaran riset bidang kesehatan merupakan salah satu masalah, karena terdapat sejumlah indikasi lain terkait pendanaan
tersebut. Pertama-tama adalah ketidaksesuaian antara skema pendanaan riset dan karakter inovasi teknologi bidang kesehatan. Pendanaan riset bidang kesehatan saat ini bersifat jangka
pendek atau setahun dan kemudian dievaluasi kembali sementara inovasi bidang kesehatan bersifat jangka panjang. Kedua adalah proses pendanaan riset yang birokratis, dapat
memunculkan adanya keterlambatan pendanaan, dan banyaknya pekerjaan administratif anggaran. Ketiga, belum terintegrasinya sistem pendanaan riset kesehatan antar institusi
pemerintah. Pendanaan riset kesehatan tersebar di banyak institusi dan proses konsorsium baru saja dimulai. Selanjutnya rumusan masalah pendanaan ini akan diuraikan secara lebih
rinci dengan dukungan fakta atau temuan yang diperoleh. 4.1.1. Ketidaksesuaian Skema Pendanaan Riset dengan Kebutuhan Inovasi
Dalam kolaborasi riset bidang kesehatan, segala sesuatunya tidak dapat berjalan secara instan, semua harus melalui berbagai tahapan. Misalnya saja untuk menghasilkan satu
vaksin, waktu 5 tahun tidak akan mencukupi melainkan 12 – 15 tahun waktu yang dibutuhkan.
Dengan masa kepemimpinan Presiden yang hanya 5 tahun selama satu periode, sudah selayaknya disediakan sistem anggaran yang bersifat jangka panjang agar dapat lebih
mendukung riset yang ada. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu pasal pada UU Sisnas P3 Iptek No.18 Tahun 2002 bahwa Pemerintah bertanggung jawab memberikan dukungan bagi
perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam rangka kerja sama dengan internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dukungan ini dapat berbentuk dukungan moril ataupun
materiil, termasuk salah satunya dukungan dalam bentuk pendanaan yang bersifat dinamis. Gambaran mengenai tahapan penelitian yang harus dilalui dalam sebuah riset bidang
kesehatan hingga sampai kepada inovasi Gambar 4 dengan waktu yang dibutuhkan dalam satu riset bidang kesehatan untuk mencapai inovasi sangatlah panjang. Waktu yang
dibutuhkan agar produk inovasi yang dihasilkan siap untuk dilepas di pasaran membutuhkan waktu hingga belasan tahun. Dana yang dibutuhkan pun tidak sedikit. Dari gambar diatas dapat
dilihat bahwa untuk mencapai fase pre-clinical trial saja dibutuhkan dana sekitar 3.5 million. Secara keseluruhan untuk riset bidang kesehatan hingga sampai ke inovasi dibutuhkan
pendanaan paling sedikit 300 million.
Ketidaksesuaian skema pendanaan riset pemerintah dengan kebutuhan inovasi bidang kesehatan yang diindikasikan dari sejumlah fakta lapangan berikut ini, baik di perguruan tinggi
maupun di lembaga litbang pemerintah. Ketidaksesuaian ini ditunjukkan dari skema pendanaan yang bersifat jangka pendek sementara kebutuhan riset untuk menghasilkan inovasi bidang
kesehatan ini bersifat jangka panjang karena melalui beberapa tahap mulai dari penemuan hingga inovasi Gambar 4, sementara anggaran riset pemerintah bersifat tahunan dan
36 maksimum 3 tahun. Di samping itu, inovasi bidang kesehatan membutuhkan investasi yang
besar karena terkait dengan pengujian klinis yang membutuhkan kesediaan pasien dalam jumlah cukup besar. Sebagai contoh, untuk pengembangan vaksin diperlukan waktu 16 tahun
untuk bisa mencapai aplikasi obat baru.
Pre Discovery Phase
Biomarker development Target Identification
Companion diagnostic feasibility and utility
Patient selection
Discovery Phase
Exploratory Phase
Proof of Concept
Confirmatory Phase
Discovery
Pre-Clinical Trial
Clinical Trial
Phase I
Phase II
Phase IIb
Phase III
FDA Review
Mfg and post marketing
monitoring
Investigational New Drugs IND
New Drugs Application NDA
Dx launchPost- launch assesment
Tailored prescribing and monitoring
Pharmaceuticals
Diagnostical
Sumber: Roche 2013; Ernst Young LLP 2000; dan Innovation.org 2007
Gambar 4 Tahapan Inovasi di Sektor Kesehatan
Gambar di atas memperlihatkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai inovasi di sektor kesehatan. Ada pembedaan dalam tahapan yang harus dilalui untuk menghasilkan
produkalatobat-obatan tertentu dalam bidang kesehatan dan juga dalam menghasilkan diagnostic. Untuk menghasilkan produkalatobat-obatan dalam sektor kesehatan terdapat
beberapa tahapan yang dilalui dan cenderung lebih panjang dan kompleks jika dibandingkan dengan diagnostical karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan keselamatan
manusia.Tahapan-tahapan tersebut adalah discovery, pre-clinical trial, clinical trial, dan manufacturing and post marketing monitoring. Sementara itu untuk jenis medical diagnostic
tools tahapannya adalah sebagai berikut: biomarker development, companion diagnostic feasibility and utility, dan DX launchpost-launch assessment Innovation.org, 2007. Dapat
dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk tahapan inovasi di sektor kesehatan yang memakan waktu lama ini.
Skema pendanaan di perguruan tinggi pemerintah jika dibandingkan dengan skema pendanaan yang diberikan pihak mitra asing, cenderung kurang mendukung munculnya inovasi
seperti ditunjukkan oleh fakta lapangan berikut ini. a. PRO UGM - Pengembangan Alat Perekam Batuk
Pendanaan penelitian ini berasal dari mitra luar negeri, dalam hal ini Queensland University. Pendanaan alat perekam batuk ini sebagai contoh pendanaan pihak asing pada
tahap discovery dari tahapan sistem inovasi pada bidang kesehatan. Sistem pendanaan dari pihak mitra cenderung lebih memberikan keleluasaan terhadap peneliti Indonesia dalam
penggunaannya, sebatas hal tersebut masih dapat dipertanggungjawabkan yakni kinerja yang dicapai. Keunggulan skema pendanaan dari mitra asing ini adalah memberikan kesempatan
pada peneliti untuk mempergunakan sisa dana riset bagi kepentingan penelitian lainnya. Hal
37 seperti inilah yang menyebabkan para peneliti responden dalam penelitian ini merasa
mempunyai fleksibilitas yang cukup dalam melakukan penelitian dan merasa terbantu dengan adanya dana tersebut.
b. PRO UGM