16
KEBANGKITAN KEMBALI INDUSTRI PESAWAT NASIONAL: PERJALANAN PT. DIRGANTARA INDONESIA
Karlina Sari
Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pappiptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Gatot Subroto no. 10 Jakarta 12710 E-mail: karlina.sariyahoo.com; karlina.sarilipi.go.id
ABSTRAK
Teknologi telah menjadi salah satu mesin penggerak perekonomian suatu Negara industri manufaktur dengan intensitas teknologi tinggi menjadi mesin pertumbuhan negara-negara maju.Salah
satu dari sedikit industri manufaktur berintensitas teknologi tinggi yang eksis di Indonesia adalah industri pesawat terbang.PT.Dirgantara Indonesia PT. DI yang merupakan satu-satunya perusahaan produsen
pesawat terbang di Indonesia memiliki sejarah perjalanan yang panjang mulai dari masa Orde Baru hingga kini.Studi ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan PT. DI sebagai satu-satunya
perusahaan nasional produsen pesawat terbang di Indonesia, mulai dari awal perkembangan, masa kejayaan, masa keterpurukan, hingga kini mulai bangkit kembali; serta mengidentifikasi faktor-faktor
penentu kesuksesan perkembangan perusahaan berteknologi tinggi ini. Dari hasil analisis, terlihat bahwa cikal bakal PT. DI sudah dirintis sejak zaman Orde Lama, kemudian didirikan dan mencapai masa
kejayaan pada masa Orde Baru. Pada awal Orde Reformasi, perusahaan ini sempat mengalami keterpurukan, namun sejak tahun 2012 menemukan momen kebangkitan kembali. Faktor utama yang
mendukung kesuksesan maupun kemunduran PT. DI adalah dukungan tokoh dan kebijakan pemerintah karena industri pesawat merupakan industri oligopoli yang tidak bisa bergantung sepenuhnya pada
mekanisme pasar. Faktor lain adalah kualifikasi yang dimiliki oleh PT. DI itu sendiri sehingga ketika perusahaan ini bangkit kembali, kepercayaan konsumen-konsumen dalam maupun luar negeri dapat
diperoleh dengan cepat.
Kata kunci: industri berteknologi tinggi, industri pesawat terbang,faktor penentu kesuksesan
1. PENDAHULUAN
Teknologi telah menjadi salah satu mesin penggerak perekonomian suatu negara, di samping sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. OECD
membagi industri manufaktur menjadi industri manufaktur dengan intensitas teknologi rendah, menengah-rendah, menengah-tinggi, dan tinggi. Seperti negara-negara berkembang lainnya,
Indonesia masih berkutat dengan industri manufaktur berintensitas teknologi rendah. Pada tahun 1998, sekitar 55 output industri manufaktur berasal dari industri manufaktur dengan
intensitas teknologi rendah, sedangkan industri manufaktur dengan intensitas teknologi tinggi hanya berkontribusi di bawah 10. Sebelas tahun kemudian, yaitu pada tahun 2009, industri
manufaktur dengan intensitas teknologi tinggi menyumbangkan sekitar 11 output, sedangkan industri manufaktur berintensitas teknologi rendah menghasilkan 50 output. Jurang proporsi
yang lebih tinggi ditunjukkan oleh data ekspor. Selama periode 1999 hingga 2010, sebanyak 60-70 produk ekspor berasal dari industri manufaktur berintensitas teknologi rendah,
sedangkan 3-5 berasal dari industri manufaktur berintensitas teknologi tinggi, dan sisanya dari industri manufaktur berintensitas teknologi menengah-rendah dan menengah-tinggi
Pappiptek-LIPI, 2012.
Salah satu industri manufaktur berintensitas teknologi tinggi yang eksis di Indonesia adalah industri pesawat terbang. Oleh Menteri Riset danTeknologi Kabinet Pembangunan, B.J.
Habibie, industri pesawat terbang menjadi prioritas utama pembangunan industri strategis pada era Orde Baru. Pendirian Industri Pesawat Terbang Nusantara IPTN yang kini berubah nama
menjadi PT. Dirgantara Indonesia DI menjadi titik tolak kebangkitan industri berteknologi tinggi di Indonesia.Nama Indonesia sempat diperhitungkan dalam industri pesawat internasional
ketika CN-235 muncul. Namun selepas krisis ekonomi, industri pesawat langsung mengalami keterpurukan. Pada periode 2006 hingga 2010, nilai produksi industri pesawat dan
17 perlengkapannya serta industri perbaikan dan pemeliharaan pesawat mengalami penurunan
hingga 99 dari Rp 725 milyar menjadi Rp 5 milyar Kementerian Perindustrian, 2012. Nilai ekspor berfluktuasi dari 103,1 juta dolar AS di tahun 2008 menjadi 198,2 juta dolar AS di tahun
2012. Pada tahun 2012, proporsi ekspor industri pesawat terbang terhadap total ekspor industri manufaktur nonmigas adalah 0,13 Kementerian Perdagangan, 2012.
Terlepas dari pro-kontra pendirian IPTN pada masa Orde Baru, industri pesawat terbang sebagai salah satu industri manufaktur berintensitas teknologi tinggi merupakan modal
untuk kemajuan ilmu pengetahuan maupun kemajuan perekonomian Indonesia. Mengingat besarnya investasi untuk membangun industri ini, hendaknya PT. DI tidak dibiarkan stagnan
dan mati suri. Makalah ini bertujuan untuk menguraikan perjalanan PT. DI sebagai satu-satunya perusahaan nasional produsen pesawat terbang di Indonesia, mulai dari awal perkembangan,
masa kejayaan, masa keterpurukan, hingga kini mulai bangkit kembali, serta menganalisis faktor-faktor penentu kesuksesan perusahaan berteknologi tinggi ini.
2. METODOLOGI