28
3.6. Konten
Saat ini sistem informasi di lingkungan lembaga litbang belum menampilkan konten yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kondisi ini dikarenakan lembaga litbang dalam
mengembangkan sistem informasinya masih masing-masing sesuai dengan kepentingannya dan belum memperhatikan kebutuhan instansi dan pengguna lain. Hal ini terbukti dengan
sistem informasi yang belum terintegrasi. Padahal informasi yang terkandung dalam database tersebut bisa menjadi informasi berharga untuk lembaga lain dan masyarakat umum serta dunia
usaha. Di samping itu, belum adanya Standard Operational Procedure SOP untuk pengembangan konten dalam data base di lingkungan lembaga litbang.
Konsep dasar pengembangan e-Government pada prinsipnya untuk membangun media informasi, layanan publik dan transaksi yang bisa diakses secara online. Konsep itu
ditandai dengan integrasi berbagai layanan elektronik. Sayangnya, konsep itu perkembanganya masih tersendat-sendat. Karena birokrat sering terlambat dalam
memperbaharui konten dan terlambat dalam meng-upgrade aplikasi. Sudah saatnya melakukan pengelolaan operasional dan pengembangan sistem informasi hasil-hasil penelitian
secara professional seperti yang terjadi di negara maju. Selain itu juga semakin pentingnya pengembangan konten dan integrasi berbagai aplikasi yang akan disediakan secara online.
Standardisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus diselesaikan. Standardisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya komunikasi dan integrasi antara
satu aplikasi dengan aplikasi yang lain. Konsep Online Service belum dikembangkan dengan pendekatan life situation. Pendekatan tersebut pada intinya adalah bagaimana lembaga litbang
melihat kebutuhan pengguna informasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, status sosial, profesi dan aktivitas bisnisnya.
3.7 Kondisi UMKM
Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah, lembaga litbang maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku
ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya UMKM.
Pemerintah perlu
meningkatkan perannya
dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas SDM. Pemerintah memiliki kewajiban memecahkan tiga masalah utama UMKM, yakni akses
pasar, modal, dan teknologi. Upaya pengembangan UMKM harus mempertimbangkan pembangunan khususnya ekonomi lebih luas. Konsep pembangunan tidak hanya bisa
dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi yang ditempuh
selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UMKM.
Secara umum, permasalahan yang dihadapi UMKM dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya permodalan dan terbatasnya
akses pembiayaan; keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya; sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi
baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya; lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar; rendahnya mentalitas pengusaha UMKM dalam berinovasi, ulet
tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko; kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya.
Faktor eksternal mencakup iklim usaha belum sepenuhnya kondusif; terbatasnya sarana dan prasarana usaha; adanya pungutan liar; pengaruh dari implikasi otonomi daerah dan
29 perdagangan bebas; sifat produk dengan ketahanan pendek; terbatasnya akses pasar;
terbatasnya akses informasi hasil penelitian litbang.
4. KESIMPULAN