176
Tabel 2. Penanganan Sampah di Perkotaan 1. Pencegahan
2. Minimisasi
Mengurangi pola konsumsibelanja yang berlebihan
Menggunakan produk dengan sistem sewa atau pinjam
Menggunakan produk dengan kemasan yang dapat digunakan ulang
Menggunakan produk sistem refill Melakukan pemilahan sampah yang
dapat didaur ulang
3. Pemanfaatan kembali reuse 4. Daur ulang recycling
Memanfaatkan barang bekas untuk fungsi sama atau berbeda. Misalnya, botol sirup
bekas untuk tempat air, kontainer zat kimia untuk bak air, bak sampah.
Menyumbangkan barang bekas ke pihak- pihak yang dapat memanfaatkannya
Mengubah bentuk dan sifat sampah melalui proses bio-fisik-kimiawi menjadi
produk baru yang lebih berharga. Misalnya mengubah sampah basah
menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi pelet.
5. Peroleh energi energy recovery 6. Pembuangan akhir
Mengubah sampah melalui proses biofisika-kimiawi menjadi energi, antara
lain membuat briket dari sampah, melalui proses thermal insinerasi, pyrolisis,
gasifikasi, serta produksi metana melalui biotreatment
Membuang seluruh komponen sampah ke TPA, atau membakarnya.
Sumber: Trihadiningrum 2010 Dengan adanya kecenderungan jumlah sampah yang semakin meningkat, pengelolaan
sampah untuk tingkat rumah tangga di masa masa depan sebaiknya tetap menggunakan konsep 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle, agar jumlah sampah yang dibuang semakin
berkurang dan pemanfaatan sampah akan maksimal.
Beberapa faktor pendorong dan penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah disampaikan oleh Nitikesari 2005, faktor-faktor
tersebut di antaranya adalah tingkat pendidikan dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah termasuk pendidikan di rumah misalnya apakah sudah melakukan pemilahan sampah,
apakah tempat sampah mendapatkan perhatian?, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan masyarakat, adanya peraturan tentang persampahan, dan penegakan hukumnya.
Sampah semakin hari semakin besar jumlahnya dan semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan partisipasi masyarakat, pengelolaan dan pemanfaatan sampah
dapat menjadi usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta memberikan manfaat lain terhadap masyarakat.
3.3 Limbah Ternak
Limbah ternak pada umumnya adalah kotoran dan air kencing hewan ternak. Limbah ini merupakan limbah organik yang terurai, mengandung bahan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor.
Kuantitas dan kualitas kotoran ternak berbeda bergantung pada jenis hewan ternak, bobot, pakan ternak, jumlah air minum, sistem reproduksi, musim dan kondisi hewan ternak. Hewan
ternak yang umum dipelihara di Indonesia, terutama di perdesaan adalah sapi, kambing, kerbau, ayam atau unggas lainnya, dan kuda. Produk lain dari limbah hewan adalah limbah
dari rumah pemotongan hewan dan hasil samping rumah potong dan pengolahan daging Hermawati, dkk. 2011. Ketersediaan beberapa jenis hewan ternak pada tahun 2009 dan 2010
menurut data Statistik Pertanian Indonesia 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
177
Tabel 3 Populasi Ternak di Indonesia
Jenis Ternak Jumlah Ternak kepala
Lokasi Terbanyak Pemanfaatan
2009 2010
Sapi potong 12.759.838
13.581.571 Jawa Timur, Jawa Tengah
Bahan pangan Sapi perah
474.701 488.448
Jawa Timur,Jawa Tengah Bahan pangan
Kerbau 1.932.927
1.999.604 Aceh, Sumatera Barat
Bahan pangan Kambing
15.815.317 16.619.599
Jawa Tengah, Jawa Timur Bahan pangan
Domba 10.198.766
10.725.488 Jawa Barat, Jawa Tengah
Bahan pangan Babi
6.974.732 7.476.665
NTT, Sumatera Utara Bahan pangan
Sumber: Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian, Statistik Peternakan 2011. Dari jumlah ternak yang ada tersebut, potensi limbah ternak tahun 2009 dan 2010
disajikan pada Tabel 4 Hermawati, dkk., 2011.
Tabel 4 Produksi Limbah Ternak di Indonesia
Asal Limbah
Jumlah Limbah Ton Pemanfaata
n saat ini Teknologi konversi
yang dapat digunakan
Potensi Energi
2009 2010
Sapi Perah 522.171
537.293 Pupuk Anaerobic Digestion
Biogas Kerbau
2.822.073 2.919.42 2
Pupuk Anaerobic Digestion
Biogas Kambing
2.846.757 2.991.52 8
Pupuk Anaerobic Digestion
Biogas Domba
1.835.778 1.930.58 8
Pupuk Anaerobic Digestion
Biogas Babi
1.534.441 1.644.86 6
Pupuk Anaerobic Digestion
Biogas Sumber: Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian, Statistik Peternakan 2011, diolah oleh
TimPeneliti PAPPIPTEK-LIPI Hermawati, dkk, 2012. Tidak seluruh potensi yang ada tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat, mengingat
kebiasaan masyarakat dalam mengelola ternak masih berbeda. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masyarakat memelihara ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba
dalam kandang, sehingga mayoritas waktu pemeliharaan ada di dalam kandang. Hal ini memudahkan pemilik ternak untuk mengumpulkan dan memanfaatkan kotoran ternaknya,
sedangkan di provinsi lain banyak ternak yang dibiarkan berkeliaran di kebun atau padang rumput, sehingga kotoran ternak ini tidak terkumpul dan tidak dapat dimanfaatkan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN