Informasi Umum Lokasi Penelitian

177 Tabel 3 Populasi Ternak di Indonesia Jenis Ternak Jumlah Ternak kepala Lokasi Terbanyak Pemanfaatan 2009 2010 Sapi potong 12.759.838 13.581.571 Jawa Timur, Jawa Tengah Bahan pangan Sapi perah 474.701 488.448 Jawa Timur,Jawa Tengah Bahan pangan Kerbau 1.932.927 1.999.604 Aceh, Sumatera Barat Bahan pangan Kambing 15.815.317 16.619.599 Jawa Tengah, Jawa Timur Bahan pangan Domba 10.198.766 10.725.488 Jawa Barat, Jawa Tengah Bahan pangan Babi 6.974.732 7.476.665 NTT, Sumatera Utara Bahan pangan Sumber: Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian, Statistik Peternakan 2011. Dari jumlah ternak yang ada tersebut, potensi limbah ternak tahun 2009 dan 2010 disajikan pada Tabel 4 Hermawati, dkk., 2011. Tabel 4 Produksi Limbah Ternak di Indonesia Asal Limbah Jumlah Limbah Ton Pemanfaata n saat ini Teknologi konversi yang dapat digunakan Potensi Energi 2009 2010 Sapi Perah 522.171 537.293 Pupuk Anaerobic Digestion Biogas Kerbau 2.822.073 2.919.42 2 Pupuk Anaerobic Digestion Biogas Kambing 2.846.757 2.991.52 8 Pupuk Anaerobic Digestion Biogas Domba 1.835.778 1.930.58 8 Pupuk Anaerobic Digestion Biogas Babi 1.534.441 1.644.86 6 Pupuk Anaerobic Digestion Biogas Sumber: Dirjen Peternakan, Kementerian Pertanian, Statistik Peternakan 2011, diolah oleh TimPeneliti PAPPIPTEK-LIPI Hermawati, dkk, 2012. Tidak seluruh potensi yang ada tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat, mengingat kebiasaan masyarakat dalam mengelola ternak masih berbeda. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masyarakat memelihara ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba dalam kandang, sehingga mayoritas waktu pemeliharaan ada di dalam kandang. Hal ini memudahkan pemilik ternak untuk mengumpulkan dan memanfaatkan kotoran ternaknya, sedangkan di provinsi lain banyak ternak yang dibiarkan berkeliaran di kebun atau padang rumput, sehingga kotoran ternak ini tidak terkumpul dan tidak dapat dimanfaatkan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Informasi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di tingkat perdesaan pada beberapa kabupaten dan kota. Lokasi pertama, Desa Ardirejo, Kecamatan Dau; Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, dan Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, di Kabulaten Malang. Pendudukketiga desa ini mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani. Ketiga desa ini melakukan inovasi pengelolaan dan pemanfaatan sampah di tingkat rumah tangga. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Kabupaten Malang bekerja sama dengan para kader lingkungan melakukan edukasi 178 pada masyarakat di ketiga desa ini tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah, baik organik maupun anorganik yang dapat menambah penghasilan keluarga. Lokasi kedua adalah Desa Cibodas, Kampung Areng, Kecamatan Lembang, Bandung Barat. Desa Cibodas adalah salah satu desa yang banyak dihuni oleh para peternak sapi. Desa ini merupakan tempat pembuatan digester biogas dari program Hivos yang terbesar di Jawa Barat yaitu sebanyak 25 buah digester dalam tahun 2010-2011. Program Hivos di Jawa Barat sendiri dimulai tahun 2010. Jumlah seluruh digester Hivos yang telah digunakan di Jawa Barat sebanyak 248 digester dan dalam proses pengerjaan 61 digester data tahun 2011 dari Hivos. Program Hivos masuk ke Kecamatan Lembang pada tahun 2010. Rata-rata pemilik biogas adalah peternak yang memiliki minimal 4 ekor sapi perah. Lokasi ketiga adalah Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Nongko Jajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Tmur, merupakan desa peternak sapi perah. Tahun 2011, tercatat jumlah peternak di desa ini sebanyak 7.490 orang. Sedangkan populasi sapi di kecamatan ini berjumlah 17.429 ekor dengan jumlah produksi susu sapi sekitar 72.000 liter per hari. Jumlah kotoran sapi rata-rata per hari sebanyak kurang lebih 350.000 kg. Sapi di daerah ini diberi pakan pelet dan pakan hijau berupa rumput Setia berasal dari Thailand. Menurut peternak, sapi yang mengkonsumsi rumput Setia menghasilkan kualitas dan kuantitas susu segar lebih baik dan lebih banyak, demikian juga dengan kotorannya. Peternak di desa ini rata-rata menjadi anggota Koperasi Setia Kawan. Daerah ini merupakan daerah yang telah memanfaatkan limbah sapi untuk energi berupa biogas rumah. Program Hivos untuk pembangunan biogas sudah diperkenalkan di desa ini sejak tahun 2010. Sampai September 2011 telah berhasil dibangun 670 digester biogas dengan subsidi Hivos dan kredit dari Bank Syariah Mandiri. Lokasi keempat adalah Desa Pendua, Kecamatan Kahayang, Kabupaten Lombok Utara. Mayoritas penduduk di desa ini adalah peternak sapi. Desa ini telah memanfaatkan limbah ternak sapi untuk biogas sejak tahun 2009. Dengan program Biogas Rumah dari Hivos, saat ini telah berdiri 140 unit digester biogas di Desa Pendua. Masyarakat di Desa Pendua banyak yang memelihara sapi atau melakukan sistem bagi hasil dengan pemilik sapi. Selain desa dengan digester biogas terbanyak, Pendua juga sudah mempunyai 18 orang tukang pembuat digester yang bersertifikat Hivos. Pembangunan digester biogas saat ini didukung dengan proyek dari Pemerintah Daerah Lombok Utara melalui Dana Alokasi Khusus DAK tahun 2013, dengan besaran dana untuk setiap digester Rp. 3 juta. Pembangunan digester biogas untuk masyarakat pemilik sapi ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur dengan Hivos. Hivos menyediakan dukungan dana Rp. 2 juta untuk setiap digester. Masyarakat pada umumnya menyediakan bahan-bahan lokal dan tenaga kerja. Lokasi kelima adalah Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat desa menggunakan tungku tradisionil dari tanah dengan bahan bakar ranting pohon, kayu yang diambil dari kebun sekitar. Tungku tradisional yang digunakan banyak menghasilkan asap yang merugikan kesehatan penggunanya yaitu kaum ibu dan anak-anak perempuan. Tungku di desa ini juga digunakan untuk membuat gula merah, karena desa ini juga merupakan penghasil gula merah dari nira kelapa dan sejak tahun 2009, tungku di desa ini telah digunakan untuk menghasilkan gula semut. Inovasi yang diadopsi desa ini melalui sebuah LSM Yayasan Dian Desa adalah inovasi tungku dengan bahan baku pellet kayu atau wood chips. Tungku yang lebih efisien dan efektif akhirnya digunakan oleh desa ini.

4.2 Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi di Tingkat Rumah Tangga