131
KEBIJAKAN FISKAL SEBAGAI PEMICU INOVASI DI INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS LOGAM
A. Djoko Wiyono
PT Bumi Cahaya Unggul Design and Engineering, Manufacture Services Industrial Pump Package System
Gabungan Perusahaan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia GAMMA Email:
wiyono.djokobumicahayaunggul.com
ABSTRAK
Di dalam blue-print Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025,
dinyatakan bahwa keberhasilannya ditentukan oleh delapan prinsip dasar.Salah satunya adalah produktivitas, inovasi, dan kreativitas yang didorong oleh ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Untuk
mendorong terwujudnya prinsip dasar tersebut, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan non- fiskal dan fiskal melalui beberapa peraturan, diantaranya; 1 Perpres R.I. No.542010 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa, 2 Inpres No. 022009 tentang Penggunaan Produksi Dalam Negeri Pada Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah, 3 Perperind No.16M-IndPER22011-tentang Ketentuan
Dan Tata Cara Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri, 4 PMK No. 76PMK.0112012 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin serta Barang Dan Bahan Untuk Pembangunan Atau
Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal, 5 PMK No. 31PMK.032008- tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang Dibebaskan atas Impor danatau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat dan Strategis, 6 PMK No. 232012 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah BMDTP bagi industri yang bahan baku penolongnya masih belum bisa diproduksi dalam
negeri, 7 PP No. 352007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi dan Difusi Teknologi. Salah satu industri anggota
AIPSI dan GAMMA telah memanfaatkan kebijakan fiskal tersebut sehingga mampu menambah alokasi sebagian pendapatan untuk meningkatkan kemampuan perekayasaan dan inovasi, menjalin komunikasi
dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Laboratorium Mesin ITB di bidang stress analysis terhadap konstruksi mesin pompa dengan Finite Elemen Method, ATMI Solo dalam penyediaan dan
rekrutmen SDM berbasis kompetensi, serta MEPPO BPP Teknologi dalam rangka modernisasi fasilitas Test Bed dengan PLC dan SCADA. Kerja sama yang saling menguntungkan tersebut, disertai
kepemimpinan transformatif, tim-kerja yang kreatif dan kompeten, dengan dorongan teknologi dan tarikan pasar, mampu melakukan inovasi unit submersible back wash pump yang sudah tidak berfungsi,
menjadi vertical turbine back wash pump untuk PLTU Lampung 2x10.000 MW, dimulai dari evaluasi gagasan dan rekayasa teknik, manufaktur, assembly, dan pengujian di test bed maupun di lapangan,
dimana hasilnya dapat diterima dan memuaskan pelanggan.
Kata kunci : inovasi, teknologi, kompetensi, kepemimpinan, pompa.
1. PENDAHULUAN Inovasi dan Peraturan Perundangan di Indonesia
Inovasi merupakan suatu proses kreativitas untuk menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk produk, pelayanan jasa atau proses yang dihasilkan oleh seseorang atau suatu
organisasi yangkemudian diperkenalkan di pasar, diaplikasikan atau dikomersialisasikan. Inovasi menunjukkan keterkaitan yang penting antara suatu gagasan dan upaya
mengeksploitasinya atau komersialisasi.
1
Dikaitkan dengan ranah inovasi teknologi, Bright 1969 mengatakan “the initiation of the technical idea, the acquisition of the necessary
knowledge, its transformation into usable hardware or procedure, and its introduction into society and its diffusion and adoption to the point where its impact is significant.”
1
Dengan demikian, akhir proses inovasi adalah pasar atau pelanggan, yang akan membeli atau
melupakannya, sebagai penentu apakah inovasi menjadi sebuah keberhasilan atau kegagalan.
132 Keberhasilan inovasi secara komersial merupakan hasil mata rantai yang berkelanjutan
dan sintesa dari pengetahuan dan keahlian di bidang teknologi, semangat kewirausahaan, keahlian dalam tata kelola manajemen dan kepemimpinan, mengenali kebutuhan sosial, dan
lingkungan yang mendukung. Dalam proses ini, semangat kewirausahaan dan keahlian dalam tata kelola manajemen serta kepemimpinan yang transformatif dan mempunyai kompetensi
berperan sangat penting, karena memerlukan dukungan yang kuat dalam proses kreativitas teknis untuk mewujudkan produk baru, disertai ketekunan serta keberanian mengambil risiko
untuk memperkenalkan produk baru ke pasar. Mils 1996, menyederhanakan mata-rantai proses inovasi teknologi menjadi : 1 Science : How thing are, 2 Technology : How to do
thinks, 3 Management : How to get things done, 4 Technology management : Doing things, 5 Entrepreneurship : Doing things to make money, dan 6 Innovation : Doing
entrepreneurship.
1
Menurut Michael Porter 1990, perusahaan yang paling berdaya saing adalah yang mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi higher value added melalui diferensiasi produk
dan jasa. Dalam konteks negara, selanjutn ya dikatakan: “the nation turns to innovation as a
major driver of its national wealth. Its investment and innovation activity might slow down and the nation’s competitive advantage may begin to erode”.
2
Demikian pula, Fagerber dan Srholec 2007 menyatakan bahwa kemampuan suatu negara untuk mengembangkan sistem inovasi
nasional mempunyai keterkaitan dengan tingkat GDP perkapitanya. Semakin tinggi kinerja sistem inovasi nasionalnya, semakin besar GDP perkapitanya.
Secara garis besar Sistem Inovasi Nasional terdiri atas beberapa elemen utama seperti pendidikan, litbang, sistem industri, intermediasi dan alih-teknologi, sistem politik dan
pemerintahan, serta framework condition seperti sistem keuangan, sistem perpajakan, sistem perdagangan dan competition policy.
3
Hipotesa kinerja sistem inovasi nasional versus GDP perkapita, digambarkan berdasarkan data dari Global Innovation Index GII tahun 2013, untuk
beberapa negara di kawasan ASEAN, yaitu Singapura GII ranking ke-8 GDP US 59,937.0, Malaysia ranking ke-32 GDP US 15,579.0, Thailand ranking ke-57 GDP US 9,557.5,
Brunei Darussalam ranking ke-74 GDP US 49,597.8, Vietnam ranking ke-76 GDP US 3,354.8, Indonesia ranking ke-85 GDP US 4,668.1, dan Filipina ranking ke-90 GDP US
4,111.1.
4
Meskipun demikian, fakta dan data tersebutmenarik untuk dikaji karena Vietnam memiliki GDP per kapita yang lebih rendah daripada Indonesia dan Filipina justru memiliki
ranking Gobal Innovation Index yang lebih tinggi daripada Indonesia dan Filipina. Kemampuan inovasi merupakan hal penting karena merupakan bagian dari pilar-pilar
untuk meningkatkan daya-saing. Menurut World Economic Forum WEP terdapat 12 pilar untuk meningkatkan daya saing sekaligus sebagai faktor penggerak dan efisiensi iklim ekonomi
usaha suatu Negara, yaitu mencakup: 1 kelembagaaninstitusi, 2 infrastruktur, 3 stabilitas makro ekonomi, 4 kesehatan dan pendidikan dasar, 5 pendidikan tinggi dan intensitas
pelatihan-pelatihan, 6 efisiensi dalam usaha perdagangan, 7 pasar tenaga kerja, 8 keunggulan dalam pasar keuangan, 9 ketersediaan teknologi, 10 keterjangkauan pasar, 11
kecanggihan dalam berbisnis, dan 12 kemampuan inovasi.
5
Akhir-akhir ini riset di negara maju berkembang semakin cepat. Cepatnya perkembangan riset tersebut disertai modal fisik termasuk informasi dan database, modal sumber daya
manusia yang semakin kompeten, serta modal teknologi.Dengan demikian, inovasi menjadi sebuah proses yang simultan, interaktif dan merupakan aktivitas non-linier. Inovasi tidak hanya
mencakup interaksi antara ilmu science, rekayasa teknik engineering, dan teknologi, tetapi juga terkait dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi serta kebijakan publik yang dapat
menghidupkan atau mematikan proses penciptaan kesejahteraan secara keseluruhan Gambar 1.
1
Pemerintah Indonesia, berupaya mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025yang disebutkan di dalam blue-print MP3EI. Dokumen tersebut
menyatakan bahwa keberhasilan upaya tersebut ditentukan oleh delapan prinsip dasar, salah satunya adalah produktivitas, inovasi, dan kreativitas yang didorong oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi IPTEK. Meskipun belum ada koordinasi dan strategi yang sinergis untuk
133 mewujudkannya, terdapat beberapa kebijakan publik, khususnya di bidang fiskal yang telah
diterbitkan oleh pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan secara langsung atau tidak langsung yang mendukung dan memicu dilakukannya proses inovasi dalam penyediaan produk
teknik oleh sektor industri, baik perusahaan swasta maupun milik pemerintah BUMN.
Adapun peraturan perundangan yang mendukung adanya inovasi, beberapa diantaranya adalah: Undang-undang Republik Indonesia No. 182002 - tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pasal 28 ayat 1 Badan usaha mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk meningkatkan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi dalam meningkatkan kinerja produksi dan daya saing barang dan jasa yang dihasilkan, dan ayat 2 Anggaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 dapat digunakan dalam lingkungan sendiri dan dapat pula digunakan untuk membentuk jalinan kemitraan dengan unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi lain. Kemudian,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 352007-tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, Dan Difusi
Teknologi, Pasal 6 ayat 1 Badan Usaha yang mengalokasikan sebagian pendapatan untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi dapat diberikan insentif,
ayat 2 Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berbentuk insentif perpajakan, kepabeanan, danatau bantuan teknis penelitian dan pengembangan, dan ayat 3 Besar dan
jenis insentif perpajakan dan kepabeanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diberikan sepanjang diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
perpajakan dan kepabeanan. Diantaranya, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 76PMK.0112012 - tentang Perubahaan Atas Peraturan Menteri Keuangan No.
176PMK.0112009 - tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang Dan Bahan Untuk Pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal,
khususnya dinyatakan di dalam Pasal 3 dan Pasal 5. Kemudian PMK No. 31PMK.032008 - tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai yang Dibebaskan atas Impor danatau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis.
Sedangkan peraturan perundangan lain yang mendorong terjadinya proses inovasi melalui peningkatan produksi dalam negeri, diantaranya Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 542010-tentang Pengadaan Barang Dan Jasa. Di dalam Pasal 96 ayat 1 a. memaksimalkan penggunaan barangjasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang
bangun dan perekayaan nasional dalam pengadaan barangjasa. Di ayat 3 c. Perjanjiankontrak wajib mencantumkan persyaratan penggunaan tenaga ahli danatau
penyedia barangjasa dalam negeri. Kemudian, di ayat 8 Pengadaan pekerjaan terintegrasi yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih
diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut; pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin dilakukan di dalam negeri.
Inovasi dan Kepemimpinan
Bertitik tolak dari Gambar 1, faktor kepemimpinan leadership juga memberikan kontribusi terhadap berhasilnya komersialisasi inovasi. Faktor kepemimpinan ini mencakup
sistem yang dianut, proses berbagi informasi dan gagasan, menetapkan spesifikasi teknis, investasi peralatan, analisa, dan kalkulasi pembiayaan dan perencanaan tahapan manufaktur.
Berdasarkan pengalaman empiris, model kepemimpinan transformatif dinilai kondusif untuk mendukung keberhasilan proses inovasi. Kepemimpinan transformatif memberikan inspirasi
dan memotivasi para pengikutnya untuk mencapai hasil-hasil yang unggul Gibson, dkk. Pengaruh kepemimpinan transformatif bersumber pada kekuasaan, keahlian dan referensi.
Kepemimpinan transformatif yang altruistik serta tidak mementingkan diri sendiri membuat pemimpin menjadi kredibel, menarik, dan dipercaya oleh para pengikut atau karyawannya
Kanungo dan Mendoza. Pemimpin transformatif memotivasi karyawan, melalui tiga cara Bass, 1990, yaitu dengan : a mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti pentingnya
hasil usaha, b mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan bersama, dan 3 meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.
134 Secara umum ciri-ciri atau karakteristik kepemimpinan transformatif dapat diringkas dan
disajikan di dalam Tabel 1. Tipikal kepemimpinan seperti inilah yang menciptakan suasana kondusif bagi terjadinya proses inovasi di sebuah perusahaan.
Gambar 1 Integrasi proses inovasi secara simultan
1
Tabel 1 Karakterisitik kepemimpinan transformatif
No Uraian
Kepemimpinan transformatif 1
Hakekat kepemimpinan Amanat dari sesama manusia
2 Fungsi kepemimpinan
Untuk memberdayakan passion, potensi dan personality karyawan
dengan pendelegasian
wewenangkekuasaan, mentoring,
berbagi dan
meningkatkan pengetahuan, keahlian karyawan, serta memberikan keteladanan.
3 Etos kepemimpinan
Mendedikasikan usahanya kepada sesama untuk kehidupan bersama yang lebih baik
4 Sasaran dan tindakan
kepemimpinan Pikiran dan hati nurani selaras dengan ucapan dan
tindakan. 5
Pendekatan kepemimpinan Kekuasaan, keahlian dan keteladanan
6 Dalam mempengaruhi karyawan
Kekuasaan, keahlian dan referensi rujukan 7
Cara mempengaruhi Pendekatan
kemanusiaan, menenangkan
secara psikologis, dan membangun kepercayaan
8 Target kepemimpinan
Membangun kebersamaan,
keterbukaan, tanggungjawab, akuntabel, kemandirian, fairness dan
kepercayaan.
135
Kepemimpinan yang membangun keteladanan dan kepercayaan sangat penting. Hal ini telah diterapkan oleh Kamelon perusahaan Korea Selatan :”Manufacturing requires a lot of manual labour,
and team work, and standardization is very important. In order to make a good product, the employees must feel part of the process. Diligence and professionalism is notsomething you can impose on others.
It should come from within, and the CEO’s role is to set an example. I believe respect for one another and mutual trust are the foundation of growth
.”
5
Inovasi Unit Pompa PLTU Tarahan Lampung
PLTU Tarahan di Lampung merupakan proyek pemerintah yang dirancang mampu menyediakan listrik 10.000 MW. Pada tahap pertama, PLTU ini dibangun oleh salah satu
kontraktor nasional. Kapasitas terpasang PLTU Tarahan sebesar 300 MW berasal dari bahan bakar batu bara. Dalam sistem ini terpasang empat unit pompa berfungsi sebagai screen wash
pump, yaitu untuk membersihkan sampah yang tersangkut di traveling screen pada sea water intake pit. Unit pompa aslinya berupa tipe pompa celup sumur dalam submersible deep well
pump. Karena diaplikasikan untuk air laut yang bersifat korosif, motor penggerak pada keempat unit pompa tersebut mengalami kerusakan, terutama bantalannya bearing.
Keberadaan dan fungsi pompa ini sangat penting, karena jika pompa ini rusak sampah yang tersangkut di screen akan menimbulkan blocking dan menyebabkan aliran sea water intake
terganggu. JIka hal ini terjadi kondensor utama tidak mendapatkan sistem pendinginan dari air laut yang cukup. sehingga seluruh pembangkit listrik power plant akan berhenti bekerja shut
down.
Sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang selama 28 tahun telah fokus sebagai Industrial Pump Package System, anggota AIPSI Asosiasi Industri Pompa Seluruh
Indonesia serta anggota GAMMA Gabungan Perusahaan Industri Pengerjaan Logam Dan Mesin, diundang oleh kontraktor nasional untuk terlibat dalam memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan survei di lapangan, diperoleh temuan bahwa: a tipe unit pompa yang ada tidak cocok untuk aplikasi di lingkungan air laut, b motor penggeraknya rusak, sedangkan
komponen hidroliknya tidak rusak, baik korosi maupun keausan, c fungsi unit pompa vital, sehingga unit pompa pengganti harus segera terpasang. Melihat kondisi tersebut, perlu segera
dilakukan inovasi melalui rekayasa teknik dengan memanfaatkan komponen hidraulik yang masih utuh dan baik. Melalui beberapa kali pertemuan teknis, mencakup kajian standar pompa
yang tersedia, penguasaan teknologi sistem pemompaan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, mempertimbangkan disain pompa yang banyak dimanfaatkan di lingkungan
pembangkit listrik untuk fungsi yang sama, maka ditetapkan inovasi terhadap unit pompa yang semula pompa celup sumur dalam, menjadi pompa turbin vertikal vertical turbine pump
dengan memanfaatkan komponen hidraulik yang masih ada, yaitu impeler dan rumah impeler bowl.
Rancangan pompa turbin vertikal meliputi kolom, poros, bantalan-antara intermediate bearing, sistem perapat sealing system, penyangga motor motor stool, dan lain-lain. Secara
teknis rancangan ini disesuaikan dengan persyaratan, fungsi dan kebutuhan di lapangan. Rancangan teknis juga memperhatikan standar yang tersedia, serta dilakukan perhitungan
kekuatan mekanis terhadap poros shaft, dan analisa kekuatan konstruksi melalui Finite Element Method. Setelah semua persyaratan teknis dan proses produksi dipenuhi, maka
disusun perencanaan proses produksi, termasuk tahapan pengujian mencakup uji hidrostatik dan uji kinerja performance test di test bed, sebelum unit pompa dikirimkan ke pelanggan.
Produk inovatif yang dipilih dan ditetapkan untuk di produksi diberikan penandaan designation sebagai tipe CPA 150-1602-7003P Lampiran 1-3. Setelah lolos uji kinerja, unit pompa
dikirimkan ke pelanggan untuk di instalasi dan kembali di uji kinerja dengan kondisi aktual di lapangan Lampiran 4.
136
Nilai TKDN Unit Pompa Type CPA 150-1602-7003P
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 542010 - tentang Pengadaan Barang Dan Jasa, kemudian Inpres No. 022009 tentang Penggunaan Produksi Dalam Negeri
Pada Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah, dan Perperind No. 11M-INDPER22006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri, dilakukan kajian-mandiri self-
assessment melalui format yang tersedia. Dengan menggunakan formula perhitungan yang telah ditetapkan oleh peraturan tersebut, diperoleh rekapitulasi penilaian tingkat komponen
dalam negeri barang untuk unit pompa Type CPA 150-1602-7003P yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Penilaian TKDN
No Uraian
Persentase TKDN 1
Bahan baku untuk material langsung 23.32
2 Bahan baku untuk biaya terkait lainnya
14.03 1
Tenaga kerja langsung 8.11
2 Tenaga kerja langsung untuk biaya terkait lainnya
2.28 1
Tenaga kerja tidak langsung 8.33
2 Mesin yang dimiliki
7.66 3
Mesin yang di sewa 0.00
4 Biaya tidak langsung terkait lainnya
15.30 Biaya Produksi satu Unit Pompa CPA 150-1602-7003P
79.09
. KESIMPULAN
Berdasarkan pengalaman faktual dalam proses inovasi di salah satu industri manufaktur berbasis logam, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1. Kebijakan yang diterbitkan pemerintah, baik fiskal dan nonfiskal yang mendorong dunia usaha, khususnya sektor industri untuk melakukan inovasi, sudah tersedia dan cukup
memadai. 2. Proses inovasi yang berjalan simultan, perlu dorongan dan penguasaan teknologi sekaligus
perlu adanya tarikan pasar yang membutuhkan produk inovatif tersebut. 3. Kerja sama antar Bagian di internal perusahaan dan menjalin komunikasi dan atau kerja
sama dengan lembaga yang kompeten di bidangnya di luar perusahaan dengan prinsip saling menguntungkan, akan mempercepat proses inovasi.
4. Menerima sebuah gagasan, berbagi informasi, identifikasi sarana, menyangkut perangkat keras dan piranti lunak, sistem yang dianut suatu perusahaan untuk komersialisasi produk
inovatif memerlukan model kepemimpinan transformatif. 5. Kemampuan inovasi akan meningkatkan dayasaing, disamping meningkatkan tingkat
kemampuan produksi dalam negeri TKDN.
137
Daftar Pustaka
Tarek Khalil, “Management of Technology – The Key to Competitiveness and Wealth Creation”, McGRAW-HILL, International Edition 2000, p. 32,98, and 100.
Philip Kottler, Somkid Jatusripitak, Suvit Maesincee, “The Marketing of Nations – A Strategic
Approach to Building Nation Wealth”, The Free Press, 1997, p. 83-84. Santosa Yudo Warsono, “Membangun Bangsa yang Inovatif”, Seputar Indonesia, 11 Mei 2009.
The Global Innovation Index 2012 2013-Stronger Innovation Linkages for Global Growth, INSEAD, 2012 2013.
Sakti Nasution, “Negara Gagal Tanpa Pembangunan Inovasi”, Media Indonesia, 19 Februari 2009.
Gil- Soo Choi, “Techonology Innovation -Procedure and case studies”, Tech Monitor, Jan-Feb
1998, p. 13-20.
138
LAMPIRAN 1 Penandaan designation BCU Vertical Pump
139
LAMPIRAN 2 Sectional drawing Axial Flow BCU Vertical Pump CPA Type
140
LAMPIRAN 3 Sectional drawing Radial Flow BCU Vertical Pump CPR Type
LAMPIRAN 4
141
Gambar 2.1 Unit pompa BCU Tipe CPA 150-1602-7003P dalam proses assembly top- column dan discharge head di lapangan.
Gambar 2.2 Unit pompa BCU Tipe CPA 150-1602-7003P dalam proses instalasi ke dalam sumur pit.
142
TANTANGAN KEBERLANJUTAN DIFUSI DAN ADOPSI TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI TSHE:
STUDI KASUS KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA
Hartiningsih dan Wati Hermawati
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pappiptek LIPI Jl. Gatot Subroto no. 10 Jakarta 12710
ABSTRAK Tungku Sehat Hemat Energi TSHE merupakan salah satu inovasi teknologi tungku sebagai
pengganti tungku tradisional yang boros kayu bakar dan mengeluarkan asap ke dalam ruangan, sehingga membahayakan penggunanya yaitu mayoritas kaum ibu dan anak-anak.
Tungku banyak dipergunakan oleh rumah tangga di pedesaan maupun usaha mikro, kecil, dan menengah yang mengolah makanan. Program TSHE pertama kali diperkenalkan di Kabupaten
Kulon Progo oleh Yayasan Dian Desa. Sampai saat ini, pengguna TSHE telah tersebar di berbagai Kecamatan di Kulon Progo dan kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Studi ini mengidentifikasi tatangan keberlanjutan adopsi TSHE di tingkat masyarakat dengan fokus studi di wilayah Kulon Progo. Dengan menggunakan metode
kualitatif dan kuantitatif, studi ini mengidentifikasi aspek komunikasi dan jejaring, sumber daya, dan adopsi tungku serta dampak implementasi program tersebut terhadap kehidupan
masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberhasilan adopsi TSHE lebih banyak disebabkan oleh komunikasi yang baik antar pelaksana program serta pelaksana kegiatan
dengan masyarakat, ketersediaan sumber daya lokal, keterbukaan masyarakat terhadap hal- hal baru, dan didukung oleh proses difusi dan adopsi yang sederhana dan efektif. Tantangan
yang dihadapi antara lain penyebaran informasi TSHE yang lebih luas, serta peningkatan skala produksi TSHE di tingkat industri. Dampak positif ditunjukkan oleh TSHE dari aspek ekonomi,
sosial, kesehatan, keterampilan warga, dan kebersihan lingkungan.
Kata Kunci: keberlanjutan, difusi, adopsi, TSHE, Kulon Progo.
1. PENDAHULUAN