Institute of Tropical Disease ITD UNAIR – Pengembangan Sel Punca Stem Cell Universitas Hasanudin UNHAS – Pencegahan Penyakit Malaria

37 seperti inilah yang menyebabkan para peneliti responden dalam penelitian ini merasa mempunyai fleksibilitas yang cukup dalam melakukan penelitian dan merasa terbantu dengan adanya dana tersebut.

b. PRO UGM

– Pengembangan Rotavirus Pendanaan riset rotavirus adalah contoh pendanaan internasional pada tahap clinical trial. PRO UGM mendapatkan pendanaan untuk riset melalui bantuan dari luar negeri sementara dana dari pemerintah sangat minim. Dana didapatkan karena ada kepercayaan yang terbangun antara UGM dengan pihak luar negeri. Berdasarkan kepercayaan serta rekam jejak yang baik pihak UGM, bantuan dana pun mengalir untuk riset mereka. Dari beberapa riset yang mereka lakukan beberapa diantaranya ada yang tidak terpakai sampai habis, sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya subsidi silang untuk menyokong kegiatan penelitian yang lainnya, karena dalam hal ini pemberi bantuan dana mitra kolaborasi menyerahkan sepenuhnya dana yang tersisa tersebut untuk dipergunakan kembali selagi dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini jelas tergambar bahwa networking dan trust memegang peranan penting dalam menyokong kolaborasi riset internasional di perguruan tinggi, sehingga permasalahan pendanaan yang kurang memadai pun tidak menemukan jalan buntu. c. Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN – Pengembangan Bank Jaringan dan Bio- Material Pembiayaan awal untuk bank jaringan adalah biaya dari IAEA, yang khusus ditujukan untuk memberikan training. Tidak hanya itu saja, hampir seluruh kegiatan BATAN yang terlibat di IAEA mendapat kesempatan untuk training ataupun meeting yang diselenggarakan oleh IAEA. Selanjutnya, Batan memperoleh dana 100 dari dana pemerintah. Disamping dana pemerintah, Batan juga mendapatkan dana dari sumber pendanaan lainnya yang cenderung lebih kompetitif. Dana dari sumber lain didapatkan melalui proposal riset yang diajukan kepada penyandang dana, misalnya saja dana melalui PKPP yg dikelola oleh Kementerian Ristek maupun riset intensif sekarang menjadi SISNAS. Akibat terbatasnya dana, maka Batan membuat skala prioritas. Akan tetapi ada beberapa riset yang seharusnya dilaksanakan selama beberapa tahun menjadi tertunda karena akibat faktor politis maupun non politis serta administratif. Kesimpulannya bahwa dana yang disediakan oleh pemerintah untuk riset di bidang kesehatan, memang tidak memadai sehingga akan berdampak pada output yang dihasilkan. Misalnya, riset untuk menghasilkan produk kesehatan membutukan waktu sekitar tiga tahun, namun dana yang tersedia hanya untuk satu tahun saja, sehingga akhirnya riset pun tidak bisa diteruskan menuju inovasi.

4.1.1 Proses Pendanaan Riset yang Birokratis

Masalah proses pendanaan yang birokratis dapat memunculkan keterlambatan pendanaan riset dan banyaknya pekerjaan administratif anggaran.

a. Institute of Tropical Disease ITD UNAIR – Pengembangan Sel Punca Stem Cell

Pendanaan riset sel punca ini ditujukan untuk melakukan riset mulai tahap clinical trial. Pihak UNAIR bersama-sama dengan mitra internasional membuat proposal bersama untuk mendapatkan pendanaan riset, seperti kepada KNAW dan kerajaanpemerintah Belanda, atau industri. Pendanaan tersebut dipergunakan untuk riset bersama maupun untuk pendidikan. Pendanaan yang terkait dengan pemerintah biasanya sulit dan tidak utuh. Seperti yang terjadi di ITD UNAIR ketika mengajukan pendanaan riset kepada pemerintah dengan birokrasi yang sulit, dan turunnya dana pun terbagi-bagi menjadi beberapa tahun dengan persyaratan yang menyulitkan. Ketika mengajukan dana ke Ristek dananya lebih jelas dibandingkan dengan mengajukan 38 pendanaan terhadap Dikti. Keterlambatan pendanaan merupakan salah satu implikasi yang kadang terjadi.

b. Universitas Hasanudin UNHAS – Pencegahan Penyakit Malaria

Pendanaan riset ini merupakan satu contoh pendanaan riset pada tahap clinical trial. Pendanaan didapatkan melalui pengajuan proposal kepada beberapa lembaga pendanaan riset, termasuk yayasan Gates di samping pendanaan dari mitra riset yakni Novartis 90 dana riset. Pengajuan pendanaan terhadap sumber-sumber dana lainnya diharapkan bisa menambah pembiayaan untuk riset agar lebih dinamis. Kesulitan mendapatkan dana pendamping dari institusi maupun pemerintah mendorong UNHAS mencari dana kepada pihak asing. Mengapa pihak asing? Pihak peneliti melihat bahwa pendanaan yang diberikan oleh pihak asing lebih bersifat fleksibel berupa grant sehingga tidak membutuhkan proses pertanggungjawaban yang berbelit-belit, tidak seperti pendanaan dari Indonesia, yang menyebabkan peneliti Unhas merasa tidak fokus dengan penelitian karena disibukkan dengan persyaratan administrasi.

c. PT Biofarma Persero dalam Pengembangan Vaksin