perairan tersebut, nilai rata-ratanya mencapai 1153 x 10
2
100mg. Padahal di kawasan lainnya masih relatif rendah.
4.1.11. Plankton
Sel-sel fitoplankton dan zooplankton terlihat pada lampiran. Fitoplankton kelimpahan sel-sel fitoplankton berkisar antara 4.000 selm
3
di sebelah dalam teluk st. 16 – 2,5 j selm
3
di muka Teluk Kelabat. Kelimpahan dinoflagellata sangat rendah yaitu hanya 1.000 selm
3
. Ternyata sebaran baik sel-sel fitoplankton secara umum maupun diatomae atau dinoflagellata tampak seirama, yaitu
kelimpahan tinggi di depan wilayah Bubus. Hampir seluruh populasi fitoplankton didominasi oleh marga dari kelompok diatomae yaitu Rhizosolenia,
yang kemudian kelimpahan tersebut disusul oleh Chaetoceros, dan Guinardia. Hal ini ternyata sangat menarik. Dominasi Chaetoceros menunjukkan bahwa
perairan tersebut mempunyai arus yang berbeda dengan wilayah-wilayah lainnya yaitu arus yang agak deras. Dengan demikian kesimpulan sementara
menunjukkan bahwa ke tiga wilayah tersebut mempunyai arus yang deras.
4.2 Kondisi pesisir daratan Teluk Kelabat
4.2.1. Drainase dan daerah rawan bencana
Drainase suatu daerah dinilai dari cepat atau lambatnya aliran permukaan tanah dan penyerapan air tanah. Hal ini berkaitan dengan unsur-unsur fisik tanah,
seperti lereng, tekstur dan tanaman penutup tanah. Daerah yang tidak tergenang memiliki kondisi drainase baik, daerah yang tidak tergenang dalam waktu lama
artinya daerah yang sepanjang tahunnya lebih banyak tidak tergenang atau air
tergenang sementara yang kemudian dapat diserap oleh vegetasi penutup tanah dan tanah itu sendiri. Daerah ini digolongkan sebagai drainase sedang. Sedangkan
daerah yang tergenang air sepanjang tahun digolongkan sebagai daerah dengan drainase jelek.
Daerah yang dapat menyerap air dengan baik dengan demikian dapat menahan laju aliran permukaan, sehingga memiliki kemampuan yang tinggi untuk
mencegah terjadinya erosi dan banjir dapat dikategorikan sebagai daerah yang sangat rendah sampai ringan bencana. Sementara daerah dengan kondisi tanaman
penutup tanah yang mulai berkurang sehingga laju aliran permukaan cukup besar digolongkan sebagai daerah rawan bencana dengan klasifikasi sedang. Sedangkan
daerah yang terbuka dan bertekstur pasir umumnya mudah terjadi erosi dan banjir dikategorikan sebagai daerah rawan bencana agak berat sampai berat.
4.2.2. Penggunaan lahan
Berdasarkan kegiatan ekonomi budidaya penggunaan lahan dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu: i lahan yang sudah diusahakan, ii lahan yang
belum diusahakan, dan iii lahan lainnya. Lahan yang diusahakan mencakup penggunaan lahan untuk pemukiman,
tanaman pangan, kebun campuran, perkebunan, hutan tanaman industri dan tambak. Kebun campuran merupakan campuran antara perkebunan rakyat dengan
hutan, tanaman pangan dan semak belukar, diusahakan secara tradisional dengan ciri ladang berpindah. Perkebunan terdiri dari lada, karet, kelapa dan kelapa sawit
serta cengkeh dan coklat. Tanaman karet kondisinya bercampur dengan hutan
atau tanaman lainnya. Hutan tanaman industri berupa tanaman acasia diusahakan oleh swasta.
Lahan yang belum diusahakan, atau sudah dicadangkan tetapi belum termanfaatkan adalah hutan lebatbelukar, semak belukar, alang-alang, tanah
tandusrusak dan padang rumput. Hutan alam tropis ditumbuhi jenis pohon seru Shima bancana, nyato Palaqium rostratum, pelawan Tristania sp, mentangur
Calopylum sp, meranti Shorea sp, gelam Malaleuca leucadendron dan lainnya. Hutan belukar yang ada merupakan hasil reklamasi lahan bekas garapan
yang telah ditinggalkan, memiliki kayu dengan diameter 0 – 30 cm. Lahan alang- alang dan semak tergolong lahan kritis karena kurang subur dan rawan erosi.
Lahan lainnya termasuk di dalamnya daerah sungai, kolong, dan perairan lainnya seperti rawa-rawa.
4.2.3. Keadaan dan perkembangan ekonomi