Keterpaduan stakeholder Keterpaduan sistem

dan dioptimalkan, antara lain sumber daya ikan, terumbu karang, rumput laut dan biota laut lainnya serta pariwisata Bengen et al 2001. Pengelolaan pesisir dan lautan seperti tersirat dalam UU No. 22 Tahun 1999 pasal 10, bahwa Daerah berwenang mengelola sumber daya alam yang tersedia diwilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan. Oleh karena Itu, dalam pendayagunaan sumberdaya alam tersebut haruslah dilakukan secara terencana, optimal dan bertanggung jawab disesuaikan dengan kemampuan daya dukungnya dan digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat serta harus memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup untuk terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dan menjamin kebutuhan generasi mendatang Muchsin et al. 2001. Salah satu permasalahan yang muncul dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan di Daerah selama ini adalah adanya konflik-konflik pemanfaat dan kekuasaan. Menurut Bengen et al 2001 upaya penanganan masalah tersebut diharapkan dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif. Secara reaktif , artinya pemerintah Daerah dapat melakukan resolusi konflik, mediasi atau musyawarah dalam menangani masalah tersebut. Upaya proaktif adalah upaya penanganan konflik pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara aktif dan dilakukan untuk mengantisipasi dan mengurangi potensi-potensi konflik pada masa mendatang. Penanganan seperti ini dilakukan melalui penataan kembali kelembagaan Pemerintah Daerah, baik dalam bentuk konsep perencanaan, peraturan perundang-undangan, sumberdaya manusia, sistem administrasi pembangunan yang mengacu pada rencana pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan secara tyerpadu. Upaya ini dilakukan dengan menyusun Rencana Stategis Renstra pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan terpadu dari setiap daerah dengan menyusun zonasi kawasan pesisir dan laut untuk memfokuskan sektor- sektor tertentu dalam suatu zona, menyusun rencana pengelolaan Management plan untuk suatu kawasan tertentu atau sumberdaya tertentu. Selanjutnya membuat rencana aksi Action plan yang memuat rencana investasi pada berbagai sektor, baik untuk kepentingan Pemerintah Daerah, Swasta maupun masyarakat. Keseluruhan tahapan ini merupakan rencana strategis yang penting untuk dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Ditambahkan oleh Chambers 1996 proses perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan yang bersifat community based planning , dimana setiap komponen daerah hendaknya dilibatkan dalam setiap proses mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Namun demikian tidak berarti bahwa otonomi daerah tidak memiliki dampak negatif terhadap sumberdaya pesisir dan lautan. Menurut Knight 2001 dampak negatif akan timbul, apabila Pemerintah Daerah seperti di atas tidak memiliki persepsi yang tepat terhadap pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Artinya sumberdaya tersebut tidak semata-mata untuk dieksploitasi tetapi juga harus diperhatikan kelestariannya. Sebab dengan persepsi demikian, maka sumberdaya pesisir dan lautan yang ada diupayakan dan dieksploitasi sebesar-