• Pengembangan Industri Bioteknologi untuk Mendukung Sistem Budidaya.
Pengembangan industri bioteknologi untuk mendukung sistem budidaya meliputi industri pembenihan untuk menghasilkan benih unggul melalui
manipulasi genetik dan hormonal. Bioteknologi dapat juga diterapkan untuk menilai dan memperbaiki kesegaran, warna, rasa, tekstur dan kandungan
nutrisi produks perikanan. Contoh sederhana penerapan teknologi untuk memperbaiki produk perikanan yaitu pemanfaatan zeaxanthin yang dihasilkan
oleh bakteri laut Achromonas sp. Untuk memperbaiki warna ikan hias. Selain itu teknologi praktis juga telah dapat dikembangkan untuk menditeksi dan
mencegah racun, kontaminasi dan residu zat berbahaya pada produk perikanan.
Selain industri berbasis kelautan seperti tersebut diatas, Teluk Kelabat yang sangat penting adalah industri pembangunan kapal. Menurut Aunuddin
et al. 2001 industri pembangunan kapal meliputi industri galangan kapal,
industri pemeliharaan dan perbaikan kapal, dan industri penunjang. Industri galangan kapal diantaranya pembangunan jenis kapal niaga, kapal ikan dan
kapal untuk tujuan lainnya. Industri pemeliharaan dan perbaikan kapal, disamping untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan kapal, seperti
elektronik, perbengkelan, listrik dan layanan lainnya, juga dirasakan perlunya peningkatan produktivitas kapal dengan memasukkan teknologi dan peralatan
modern, seperti peralatan pendeteksi kondisi perairan dan perikanan. Sedangkan industri penunjang dibangun sebagai pendukung dari industri
galangan kapal dan industri pemeliharaan dan perbaikan kapal berupa bahan- bahan pembangunan kapal, permesinan, peralatan, cat dan komponen-
komponen seperti pelat baja, rantai jangkar, tali kabel, jangkar, mesin utama, genset, main switch board, radio, mesin kulkas, hatch cover, dan lain
sebagainya. Untuk merangsang pertumbuhan industri penunjang supaya dapat bersaing di pasar dunia, maka yang perlu mendapat perhatian termasuk
keterlibatan pemerintah adalah penetapan standarisasi, keterkaitan dengan pihak prinsipal atau pemilik merek terhadap komponen yang dirakit
berdasarkan lisensi dan peningkatan kemampuan teknis sesuai dengan kualifikasi khusus peralatan tersebut.
Perkapalan dan sistem pelabuhan sangat penting untuk pengembangan sumberdaya alam laut dan pesisir, mendorong pembangunan ekonomi,
mengurangi biaya perdagangan dan meningkatkan ekspor. Perhubungan laut sangat penting bagi daerah kepulauan yang merupakan penghubung utama
dalam sistem perhubungan, menyediakan kontak antara transportasi darat dan laut. Mereka merupakan pusat bagi pengembangan industri. Pembangunan
suatu pelabuhan baru merupakan perangsang utama bagi pemanfaatan sumberdaya di daerah sekelilingnya Mochtar et al. 1998. Kegiatan
pelabuhan sebagai pintu keluar masuknya bahan baku maupun produk Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus pada masa mendatang akan
ditempatkan dibagian kawasan sebelah timur, sehingga tidak langsung berinteraksi dengan kawasan pariwisata Tanjung Penyusuk yang berada
disebelah Barat. Penggunaan lahan pada zona pelabuhan ini akan terdiri dari blok pelabuhan bongkar muat, blok pembangkit listrik tenaga uapgas bumi,
blok terminal penimbunan batubara dan biji besi serta blok penampungan sementara limbah B3 Bahan Beracun Berbahaya, dengan arahan sebagai
berikut: • Fungsi pelabuhan pada blok pelabuhan sebagai kawasan yang akan
menunjang kegiatan bongkar muat bahan baku maupun produk industri yang dihasilkan oleh kawasan Teluk Kelabat tersebut. Pelabuhan ini selain
dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya, juga dilengkapi dengan fasilitas pergudangan dan terminal penumpukan barang peti kemas.
• Blok pembangkit listrik tenaga uapgas akan berisi kegiatan yang berhubungan dengan prasarana pembangkit energi untuk kawasan industri.
• Terminal batubara digunakan sebagai tempat penampungan batubara yang berasal dari PT. Bukit Asam Tanjung Enim sebelum digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga uapgas bumi sebagai bahan bakar, mengingat rawan bahaya kebakaran dari bahan batubara ini, maka terminal ini hendaknya
cukup terjaga dengan baik. Sedangkan terminal biji besi digunakan untuk menampung biji besi yang akan digunakan sebagai bahan baku industri
galangan kapal yang akan dikembangkan di kawasan Teluk Kelabat. • Limbah B3 Bahan Beracun Berbahaya yang dihasilkan oleh kegiatan
industri akan ditampung pada blok penampungan sementara limbah B3 dalam
kawasan, sebelum dikirim melalui jalur laut ke pusat pengolahan limbah B3 yang berada di Citeureup Bogor. Lokasi penampungan limbah B3 sementara
ini harus jauh dari perumahan mengingat tingkat resiko bahaya yang dikandungnya.
Selanjutnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan di atas dan guna menertibkan serta sekaligus menyediakan perikanan, selayaknya pada pusat
kawasan dibangun perumahan. Pembangunan perumahan pada kawasan adalah sebagai tempat hunian dimaksudkan akan memberikan kemudahan dalam
menjangkau fasilitas dalam pusat kawasan. Selain sebagai tempat hunian pada daerah ini juga disediakan zona komersial dan zona terbuka. Zona komersial atau
pusat perbelanjaan ini berskala lokal kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan fasilitas yang menunjang kegiatan industri dalam kawasan.
Fasilitas penunjang komersial ini baik berhubungan langsung dengan dengan kegiatan industri seperti fasilitas perkantoran maupun fasilitas yang tidak
berhubungan langsung seperti sekolah, bioskop dan pasar. Pada zona ini terdiri dari pertokoan, perkantoran, sarana olah raga fitnes center, terminal dan pasar,
bioskop, klinik kesehatan, dan kantor pelayanan umum lainnya. Zona ini diarahkan pengembangannya sebagai salah satu daya tarik kawasan, sehingga
investor menjadi tertarik atau berminat mengembangkan usaha industrinya pada kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini. Sentral
kawasan industri yang terdiri dari fasilitas gedung perkantoran, bank, pemadam kebakaran, olahraga dan lainnya ditempatkan ditengah-tengah kawasan dengan
maksud agar efisien dan efektif dalam pencapaiannya. Pola pengembangan perikanan pantai menurut Kusumastanto 2000
merupakan bagian dari Pola Pembangunan Berkelanjutan maka menurut kerangka pembangunan berkelanjutan tersebut, bahwa suatu kegiatan pembangunan
dinyatakan berkelanjutan, jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu
kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital capital maintenance, dan penggunaan sumberdaya serta
investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara
daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati biodiversity. Sementara itu, keberlanjutan secara sosial
mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan. Pola pengembanganperikanan sebagai bagian dari Pola Pembangunan
Berkelanjutan di atas, dalam perspektif ekonomi kerangka pikir ekonomi, maka tujuan ekonomis dapat disederhanakan menjadi pertumbuhan dan efisiensi ekonomi,
tujuan ekologis menjadi pengelolaan sumberdaya alam guna pengembangan industri, dan tujuan sosial menjadi pengentasan kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan tanpa menghilangkan fungsi lingkungan alam. Pembangunan kawasan Teluk Kelabat diupayakan dapat menciptakan
lingkungan yang sehat teratur, aman serta efisien dengan memberikan fasilitas dan pelayanan yang memadai, tepat dan memenuhi persyaratan. Demikian pula
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan fungsi yang diemban oleh kawasan, dengan memperhatikan kaidah-kaidah serta norma-norma yang berlaku.
Perencanaan Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus merupakan kebijakan pemanfaatan ruang yang disusun dan ditetapkan
berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah jangka panjang sebagaimana tertuang dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangka. Perencanan tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan perwujudan ruang kawasan dalam rangka pelaksanaan program
pengendalian pembangunan fisik kawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya kesesuaian lokasi Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan
Belinyu dan kecamatan Jebus dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka berarti tidak ada hambatan dalam aspek legalitas, dan juga menjamin
kelayakan lokasi bagi investor.
5.5.2. Rencana Zoning Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus
Pembagian zoning dimaksudkan untuk memudahkan proses identifikasi
kawasan serta analisis kawasan. Dasar pertimbangan penentuan zoning dalam
kawasan industri adalah pengembangan kegiatan fungsional pada masing-masing zona, serta hubungan keterkaitan antara masing-masing kegiatan yang merupakan
elemen penting yang akan dikembangkan dalam Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus. Dimana peruntukan zoning tersebut
akan dikembangkan terintegrasi dengan kondisi eksisting serta rencana penggunaan lahan.
Dalam pembagian zoning kawasan ini juga dipertimbangkan hal-hal seperti batas fisik, kesamaan fungsi kegiatan, keterjangkauan pelayanan fasilitas dan
efektifitas jangkauan Amien 1997. Zona-zona kegiatan fungsional yang akan dikembangkan di dalam Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan
kecamatan Jebus ini meliputi: i zona pariwisata, ii zona industri, iii zona pelabuhan, dan iv zona perikanan . Selain zona kegiatan utama, terdapat juga
zona pendukung yang meliputi: i zona komersial, ii zona penyangga, dan iii zona rekreasi dan ruang terbuka.
5.6. Sintesis Tahap 2
Kawasan Pesisir Teluk Kelabat memiliki ketersedian air bersumber dari air permukaan, air kolong bekas penambangan timah dan sungai. Selain itu wilayah
ini memiliki kondisi tidak tergenang dan kondisi rawan bencana sangat rendah sampai ringan.
Zona pariwisata berada pada tapak kawasan wisata Tanjung Penyusuk. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka kawasan ini telah ditetapkan
sebagai daerah pengembangan kawasan andalan pariwisata. Zona pariwisata ini terletak pada bagian utara dari rencana kawasan industri dan pelabuhan. Bila
dikaji karakter arah angin, lokasi zona pariwisata tersebut sudah tepat, dimana arah angin dari kawasan industri tidak mengarah ke kawasan pariwisata. Dengan
demikian kemungkinan besar zona pariwisata terlindungi dari kemungkinan polusi. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari karakter arah angin sebagai berikut:
• Bulan Agustus – April : arah angin dari barat laut ke tenggara • Bulan April – Juni : arah angin tidak menentu
• Bulan Juni – Agustus : arah angin dari tenggara ke barat laut
Zona pelabuhan terletak pada zona yang terjauh dari zona pariwisata ke arah selatan. Adanya bekas dermaga di kawasan perencanaan, tepatnya di Tanjung
Mantung. Menurut Amien 1997 pemilihan suatu lokasi sebagai kawasan pelabuhan
sebaiknya memiliki suatu areal minimal, sehingga pengembangannya pada masa yang akan datang tidak menghadapi banyak kendala. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ukuran luas kawasan pelabuhan didasarkan pada jenis kapal yang akan berlabuh pada pelabuhan tersebut. Berdasarkan jenis dan peruntukan
suatu pelabuhan, maka dapat diperkirakan kebutuhan luas lahan minimal untuk pengembangannya adalah sebagai berikut:
• Pelabuhan Samudera luar negeri adalah berupa tipe pelabuhan peti kemas container port. Pada tipe ini dikenal apron yang menjadi suatu bagian
dengan tempat penimbunan terbuka yang luas open space area, yang diperlukan untuk pergerakan peti kemas. Peti kemas ini berfungsi pula
sebagai gudang yang dapat dipindahkan. Panjang dermaga untuk satu kapal peti kemas adalah 200 – 250 meter, dengan luas lapangan terbuka adalah lebih
besar dari 4 hektar. • Pelabuhan Nusantara dalam negeri membutuhan areal lahan yang
dipergunakan untuk apron depan selebar minimum 3 meter, gudang terminal selebar minimum 60 meter, apron belakang selebar minimum 3 meter, tempat
parkir selebar minimum 12 meter, dan jalan selebar minimum 8 meter. Atau total lebar yang dibutuhkan dari garis pantai adalah minimum 86 meter. Untuk
panjang dermaga tergantung perencanaan jumlah kapal yang dapat berlabuh bersamaan. Jika diambil contoh panjang dermaga yang dibutuhkan adalah
1000 meter, maka luas areal yang dibutuhkan adalah minimal 1000 m x 86 m = 86.000 m2, atau sama dengan 8,6 hektar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka zona pelabuhan minimal untuk melaksanakan aktivitas pelabuhan saja adalah seluas 12,6 hektar. Sementara pada
kawasan Teluk Kelabat ini, selain aktivitas pelabuhan, juga untuk menunjang aktivitas industri pada zona pelabuhan tersebut. Aktivitas lainnya yang terjadi
pada zona pelabuhan seperti terminal penimbunan batubara dan biji besi, penampungan sementara limbah bahan beracun berbahaya B3, pembangkit
listrik tenaga uapgas bumi, instalasi pengolahan limbah dan pembuangan limbah padat. Dengan mempertimbangkan aktivitas-aktivitas tersebut dan pengembangan
pelabuhan di masa mendatang, maka kebutuhan ruang areal pada zona pelabuhan ini direncanakan seluas 50 hektar. Zona pelabuhan ini diletakkan dibagian
kawasan sebelah selatan, sehingga tidak langsung berinteraksi dengan kawasan pariwisata Tanjung Penyusuk yang berada di sebelah utara.
Mengingat fungsi kawasan sebagai kawasan industri maka zona industri merupakan zona utama dalam kawasan Teluk Kelabat. Berdasarkan luasan
kavling dan jenis industri yang akan dikembangkan pada Kawasan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini, maka zona industri dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu kavling industri tipe besar, kavling industri tipe sedang, dan kavling industri tipe kecil, adapun uraian masing-masing tipe kavling adalah
sebagai berikut: 1 Blok kavling besar, yaitu untuk menampung kegiatan industri berat dan
menengah dengan tingkat potensi pencemaran yang tinggi, maka kavling ini diletakkan pada bagian timur kawasan, serta memiliki akses yang tinggi
terhadap pelabuhan. Pada blok kavling besar ini ukuran kavling industri yang direncanakan adalah sekitar 3 hektar.
2 Blok kavling sedang, yaitu untuk menampung kegiatan industri menengah dengan tingkat potensi pencemaran sedang. Kavling ini akan diletakkan di
bagian tengah kawasan dekat dengan pusat kawasan, serta memiliki akses yang cukup terhadap pelabuhan. Pada blok kavling ukuran sedang ini ukuran
kavling industri yang direncanakan adalah sekitar 2 hektar. 3 Blok kavling kecil, yaitu untuk menampung kegiatan industri menengah dan
kecil, dengan tingkat potensi pencemaran rendah. Kavling ini akan diletakkan di bagian tengah kawasan. Pada blok kavling kecil ini ukuran kavling industri
yang direncanakan adalah sekitar 0,5 hektar. Proporsi luas kavling industri ukuran besar: kavling industri ukuran sedang:
kavling industri ukuran kecil, adalah: 3 : 2 : 1. Pada areal zona industri direncanakan luas areal kavling ukuran besar 150 hektar, luas areal kavling
ukuran sedang 100 hektar serta luas areal kavling ukuran kecil 50 hektar. Secara
keseluruhan luas areal zona industri pada Kawasan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini adalah sekitar 300 hektar.
Zona pendukung berikutnya adalah zona penyangga. Zona penyangga buffer zone merupakan zona yang direncanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan pengaruh udara dan suara di kawasan industri terhadap lingkungan sekitarnya. Fungsi zona penyangga yang berbentuk jalur hijau tersebut adalah
sarana mencegah dampak lingkungan dalam merencanakan tata ruang kawasan Teluk Kelabat yang berwawasan lingkungan sustainable approach. Adanya jalur
atau sabuk hijau yang melingkari kawasan Teluk Kelabat tersebut akan meredam dampak polusi bagi lingkungan kehidupan masyarakat sekitarnya dan juga bagi
kegiatan pariwisata. Zona penyangga berupa sabuk hijau ini direncanakan ditempatkan melingkari kawasan Teluk Kelabat sampai kepada zona rekreasi dan
ruang terbuka. Untuk kebutuhan ruang areal zona penyangga ini direncanakan areal seluas sekitar 100 hektar.
Selain zone penyangga ini, untuk menjaga lingkungan pantai dan ekosistem di dalamnya agar tetap terjaga dan berfungsi sebagaimana mestinya, maka perlu
dibuat sempadan pantai. Sempadan pantai ini merupakan daerah bebas dari aktivitas kegiatan Teluk Kelabat kecuali aktifitas pelabuhan. Sempadan pantai
ditempatkan melingkari kawasan Teluk Kelabat di sepanjang pesisir pantai dengan jarak 130 meter kali perbedaan pasang tertinggi dan surut terrendah laut
yang ditarik kearah daratan dari titik pasang tertinggi air laut Bengen 2001. Sebaiknya diantara kawasan Teluk Kelabat dengan sempadan pantai ditanami
dengan tumbuhan seperti cemara. Hal ini dimaksudkan selain untuk meredam suara dan kemungkinan polusi udara yang berasal dari kegiatan industri, juga
menambah keindahan pantai.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Aksessibilitas kawasan, khususnya keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan kriteria yang menjadi prioritas utama dalam penetapan lokasi.
Pemilihan lokasi yang menjadi pusat-pusat kegiatan dengan mempertimbangkan nilai ekonomi yang tinggi. Pendekatan dengan teori perdagangan dan teori lokasi
dapat diwujudkan dalam metode analisis perencanaan tata ruang regional kepulauan, misalnya dalam usaha meminimalkan biaya transportasi.
2. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan dengan Geografic Information System dan analisis AHP, maka diperoleh pola pemanfaatan peruntukan ruang masing-
masing kegiatan. Luas kuasa penambangan timah dalam kawasan daerah aliran sungai DAS yaitu DAS Layang dan DAS Antan seluas 56097,38 ha; kawasan
konservasi 1558,56 ha; kawasan industri 80 189,27 ha; kawasan perikanan 32939,26 ha; kawasan pelabuhan di perairan Teluk Kelabat bagian luar, kawasan
pariwisata 128,64 ha, dan kesesuaian untuk budidaya lainnya seluas 26935,74 ha. Hasil analisis pola pemanfaatan ruang ini tidak lagi ada perbedaan kesesuaian
S1, S2 maupun NS untuk masing-masing peruntukan. Hal ini sudah merupakan penggabungan dari luas kesesuaian S1dan S2 untuk masing-masing peruntukan.
3. Berdasarkan analisis manfaat terhadap pemanfaatan ruang Teluk Kelabat: • Gabungan para pelaku Pemerintah, Swasta dan Masyarakat memprioritaskan
pembangunan bidang ekonomi 0,577 dengan memperhatikan aspek sosial 0,179 dan lingkungan 0,133.
• Pemerintah memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,567 dengan memperhatikan aspek Sosial 0,155.
• Swasta memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,588 dengan memperhatikan aspek Sosial, dan
• Masyarakat memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,537 dengan memperhatikan aspek sosial 0,339.
4. Berdasarkan analisis manfaat, baik gabungan para pelaku 0,455, maupun pemerintah 0,401, swasta 0,425 dan masyarakat 0,588 memprioritaskan
kegiatan sektor perikanan, lalu diikuti kegiatan Industri, pariwisata dan pelabuhan dalam pengelolaan Kawasan Pesisir Teluk Kelabat. Pembangunan
perikanan mengarah kepada pengembangan keunggulan kompetitif perikanan terpadu, yaitu “Integrated Resource-based maritim” yang dibangun melalui
penerapan IPTEK dan manajemen profesional. 5. Berdasarkan analisis manfaat dan biaya terhadap Pengelolaan Kawasan Pesisir
Teluk Kelabat: • Gabungan para pelaku memprioritaskan pembangunan sektor perikanan
0,455. • Pendapat Gabungan Pemerintah memprioritaskan pembangunan sektor
perikanan 1,598 dan pelabuhan 1,025. • Swasta memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 1,00 dan industri
1,098. • Masyarakat memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 1.024 dan
industri 1,024. 6. Penggunaan lahan pada Kawasan Pesisir Teluk Kelabat dimanfaatkan untuk
kegiatan utama, yaitu Perikanan, industri,pariwisata, dan pelabuhan.Selain itu dimanfaatkan untuk kawasan penyangga yang berbentuk jalur hijau guna
mengantisipasi dampak lingkungan. 7. Wilayah pesisir Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu masih memiliki kesesuaian
lahan untuk industri, perikanan, pariwisata, dan pelabuhan dengan perincian: • Kesesuaian lahan industri, sangat sesuai S1 seluas 17701,08 ha 13,32
berada di sebagian dari Kelurahan Air Jukung, Kelurahan Kuto Panji, sebelah barat Kelurahan Mantung Kelurahan Bukit Ketok Kecamatan Belinyu
termasuk wilayah DAS Layang serta sebagian kecil di di utara Desa Telak
Kapit, bagian utara Desa Semulut di pesisir timur Kecamatan Jebus. Lokasi yang sesuai terbatas S2 seluas 72737,79 ha 54,74 berada sebelah
selatan di desa Gunung Muda, sebelah selatan desa Ridingpanjang, dan sebagian besar di Kelurahan Air Jukung serta sebagian kecil sebelah barat
Kelurahan Kuto Panji Desa-desa tersebut berada di Kecamatan Belinyu DAS Layang.
• Kesesuaian lahan pariwisata, sangat sesuai S1seluas 600.67 ha 0.45 , berada di sebagian Desa Romodon Tanjung Penyusuk pesisir barat air Jukung
sebelah barat Kelurahan Mantung, Kecamatan Belinyu DAS Layang. Sedangkan Kondisi lahan sangat sesuai di Kecamatan Jebus DAS Antan
berada di sebagian kecil pesisir timur desa Bakit dan sebelah pesisir utara desa Semulut serta pesisir timur desa Telak Kapit yang memanjang dari utara
sampai sebelah tenggara pesisir. Lokasi yang sesuai terbatas S2 seluas 533,66 ha 0.40 berada di Pesisir barat kelurahan Mantung, sebagian kecil
pessir barat kelurahan Air Jukung sebagian besar sebelah selatan Desa Riau SilipLumut .
• Kesesuaian lahan bagi pemanfaatan pelabuhan, lokasi yang sangat sesuai seluas
7456,735
ha 22.63 dari luas Perairan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus seluas 32939,26 ha terletak sebagian besar di
kelurahan Mantung kecamatan Belinyu, lokasi yang sesuai terbatas seluas 20,688 ha 0.0628 terletak di pesisir pantai desa Telak Kapit, sebagian
pesisir Semulut bagian utara serta sebelah utara desa Bakit kecamatan Jebus, dan lokasi yang tidak sesuai seluas 25461,617 ha 77.29
• kesesuaian perairan bagi pemanfaatan budidaya perikanan , lokasi yang sangat sesuai seluas 21977.42 ha 50.06 dari luas perairan Teluk Kelabat
kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus daerah perairan yang sangat sesuai sebagian besar berada disebelah utara teluk Kelabat bagian luar, dari sebelah
selatan Tanjung Ru sampai sebelah utara Tanjung Meliala Kecamatan Jebus bagian timur. Lokasi perairan yang sangat sesuai di Pesisir Kecamatan
Belinyu dari sebelah selatan Tanjung Mantung sampai sebelah utara Tanjung Penyusuk.
6.2. Saran
1. Eksploitasi timah di kuasa penambangan yang umur masa pakainya 30 tahun sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral cq
Direktur Jenderal Pertambangan Umum harus sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan ramah lingkungan dan kelestarian alam.
2. Pemanfaatan Kawasan pesisir Teluk Kelabat diprioritaskan pada pembangunan ekonomi dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan teknologi.
Pengembangan kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi berorientasi kepada pasar Internasional memberikan nilai tambah melalui proses pengolahan bahan mentah
yang memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Berdasarkan sisi manfaatnya, sebaiknya kegiatan pembangunan industri perlu
dipacu dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir seefisien mungkin serta mengantisipasi dampak lingkungan dan sosial budaya, melalui program-program
seperti; AMDAL, sadar lingkungan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknologi guna mempersiapkan tenaga kerja yang dapat bersaing
secara global, kemudian penjalinan kerjasama dan kemitraan diantara pelaku ekonomi pengusaha dan masyarakat baik dari segi modal, proses produksi
maupun pemasaran, serta memperkuat home industry dengan tetap mempertahankan kekuatan unsur kekhasan tradisional yang sudah diminati dan
dikenali masyarakat di dalam maupun di luar daerah. Adanya otonomi daerah maka perlu didorong kegiatan yang bersifat kerjasama yang saling
menguntungkan antar daerah dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan.