V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kebijakan yang ada saat ini policy existing.
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka No. 11 Tahun 2002 Tentang Kawasan Industri Perikanan Terpadu di Teluk Kelabat. Demikian juga SK Direktur Jenderal
Pertambangan Umum Tabel 1 tentang izin penambangan baik di daratan pesisir maupun di lepas pantai off-shore di wilayah Teluk Kelabat.
Dalam rangka merencanakan pengelolaan sumberdaya kawasan pesisir daratan dan pesisir perairan Teluk Kelabat yang sesuai dengan keseimbangan
daya dukung lahan serta mengukur dampak biaya sosial berbagai komponen masyarakat, swasta atau para pengusaha dan pemerintah terhadap kawasan
tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk : i mengidentifikasi kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang industri, pelabuhan, perikanan, pariwisata di
Kawasan Teluk Kelabat, ii merencanakan lokasi pemanfaatan ruang-ruang untuk industri, pelabuhan, perikanan dan pariwisata di Kawasan Teluk Kelabat,
iii mengetahui persepsi pemerintah, swasta dan masyarakat berkaitan dengan penentuan prioritas penggunaan lahan pada Kawasan Teluk Kelabat, dan
iv mendelinasikan zona-zona yang sesuai bagi peruntukan industri, pariwisata, pelabuhan dan perikanan di Kawasan Teluk Kelabat.
5.2. Sintesis tahap I
Untuk membuat keserasian dan keseimbangan kawasan perencanaan yang menjadi tujuan penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian,
maka dipergunakan dua cara analisis. Analisis tersebut adalah proses analisis hierarki untuk mencoba mengukur persepsi berbagai komponen masyarakat
terhadap kegiatan pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dan analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografi untuk kesesuaian lahan. Proses analisis berjenjang
dapat dilihat dari gambar matrik pemanfaatan tiap peruntukan ruang kegiatan perikanan, pelabuhan, industri dan pariwisata. Dalam tahapan proses ini juga
terdapat diagram nilai–nilai aspek ekonomi, teknologi, sosial dan lingkungan. Masing-masing aspek tersebut juga diperoleh nilai–nilai kriteria masing-masing
tiap-tiap aspek sesuai persepsi stakeholder. Di samping itu dalam analisis ini
diperoleh model pengelolaan sesuai keinginan para stakeholder yang akhirnya merupakan rekomendasi kebijakan.
5.3. Analisis hierarki proses
Proses analisis berjenjang AHP pada penelitian ini dilakukan untuk penentuan prioritas lokasi pemaanfaatan kegiatan kawasan Teluk Kelabat dan
penentuan prioritas kegiatan penggunaan lahan bagi pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dengan berdasarkan atas pendapat responden yang berkompeten. Hal ini
merupakan pembahasan dari maksud penelitian, yaitu untuk mencoba merencanakan dan menentukan pemanfaatan jenis kegiatan lokasi Kawasan Teluk
Kelabat dan mengukur persepsi berbagai komponen masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada Kawasan Teluk Kelabat.
Adapun langkah-langkah untuk merencanakan dan menentukan lokasi Kawasan Teluk Kelabat untuk menentukan prioritas penggunaan lahan pada
kawasan Teluk Kelabat adalah : i membuat struktur hierarki dalam menentukan prioritas penggunaan lahan pada kawasan Teluk Kelabat, ii menganalisa masing-
masing manfaat dan biayakerugian dari prioritas penggunaan lahan pada kawasan Teluk Kelabat berdasarkan tingkatan struktur hierarki tersebut, dan iii
menganalisa manfaat dan biaya kegiatan-kegiatan penggunaan lahan.
5.3.1. Struktur hierarki penentuan penggunaan lahan kawasan Teluk
Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus berdasarkan manfaat.
Adapun struktur hierarki penentuan penggunaan lahan Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus berdasarkan manfaat terdiri
dari 4 tingkat. Tingkat pertama merupakan tujuan utama, tingkat kedua aspek, tingkat ketiga kriteria, dan tingkat ke-empat adalah kegiatan yang akan
menggunakan lahan kawasan Teluk Kelabat, kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil Analisis dengan menggunakan
AHP struktur hierarki penentuan penggunaan lahan Kawasan Teluk Kelabat, kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus berdasarkan manfaat dapat dilihat pada
Gambar–gambar sebagai berikut. Proses analisis berjenjang dapat dilihat dari gambar matrik pemanfaatan tiap peruntukan ruang kegiatan perikanan, pelabuhan,
industri dan pariwisata. Dalam tahapan proses ini juga terdapat diagram nilai–nilai aspek ekonomi, teknologi, sosial dan lingkungan. Masing-masing aspek tersebut
juga diperoleh nilai–nilai kriteria masing-masing tiap-tiap aspek sesuai persepsi stakeholder
. Disamping itu dalam analisis ini diperoleh gambar model pengelolaan sesuai keinginan para stake holder yang akhirnya merupakan
rekomendasi kebijakan. Berikut data-data yang akan dijadikan bahan yang telah diolah dengan proses analisis berjenjang sebagai berikut.
Gambar 9 Matrik hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi seluruh stakeholder
.
Gambar 9 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,
lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya.
Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek
ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi.
Gambar 10 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi seluruh stakeholder
.
Gambar 11 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi seluruh Stakeholder.
Penentuan Prioritas Kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
EKONOMI 0.577
LINGKUNGAN 0.133
SOSIAL 0.179
TEKNOLOGI 0.111
PENDA PATAN
0.481 PERLIN
DUNGAN PANTAI
0.114 TENA
GA KERJA
0.154 TRANS
FER TEKNO
LOGI 0.074
INDUSTRI 0.303
PERIKANAN 0.455
PARIWISATA 0.127
PELABUHAN 0.115
SEKTOR INFOR
MAL 0.096
ESTETI KA
0.019 REKRE
ASI 0.026
MUTU SAING
0.037
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk. 3 Kriteria
Tk. 4 Kegiatan
Gambar 10 dan gambar 11 menggambarkan jenjang kekuatan masing- masing aspek masing-masing stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa
yang sama berkaitan dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial.
Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan adalah aspek ekonomi 0.577 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Aspek
ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria pendapatan 0.481 bila dibandingkan dengan kriteria lain, tetapi pada
jenjang tersebut terdapat kriteria yang tidak bisa dikesampingkan yaitu penyerapan tenaga kerja 0.154 dan perlindungan pantai 0.114. Kegiatan yang
paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan perikanan 0.455 kemudian industri 0.303, pariwisata 0.127
dan pelabuhan 0.115.
Gambar 12 Model manfaat pengelolaan persepsi gabungan seluruh stakeholder.
Gambar 12 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 45.5 . Pemanfaatan
ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek ekonomi 57,7 , kemudian terhadap aspek sosial 17.7 , lingkungan 13.3
, dan teknologi 11.1 .
Gambar 13 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat
gabungan persepsi pemerintah
Gambar 14 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi pemerintah
.
Penentuan Prioritas Kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
EKONOMI 0.567
LINGKUNGAN 0.136
SOSIAL 0.155
TEKNOLOGI 0.143
PENDA PATAN
0.453 PERLIN
DUNGAN PANTAI
0.116 TENA
GA KERJA
0.129 TRANS
FER TEKNO
LOGI 0.095
INDUSTRI 0.287
PERIKANAN 0.401
PARIWISATA 0.151
PELABUHAN 0.162
SEKTOR INFOR
MAL 0.113
ESTETI KA
0.019 REKRE
ASI 0.026
MUTU SAING
0.048
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk. 3 Kriteria
Tk. 4 Kegiatan
Gambar 14 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,
lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi pemerintah adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan
dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
aspek lingkungan ; aspek ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek
teknologi.
Diagram 15 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi pemerintah
Gambar 14 dan diagram 15 menggambarkan jenjang kekuatan masing- masing aspek masing-masing stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa
yang sama berkaitan dengan persepsi pemerintah dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial.
Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan pemerintah adalah aspek ekonomi 0.567 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya
yang cenderung memberikan nilai yang sama lingkungan 0.136, sosial 0.155 dan teknologi 0.143. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan
pengaruh yang besar terhadap kriteria pendapatan 0.453 bila dibandingkan dengan kriteria lain. Kemudian berpengaruh cukup relevan terdapat kriteria
penyerapan tenaga kerja 0.129 dan perlindungan pesisir 0.116 . Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan
untuk kegiatan sektor perikanan 0.401 kemudian industri 0.287, pelabuhan 0.162 dan pariwisata 0.151.
Gambar 16 Model manfaat pengelolaan persepsi gabungan pemerintah
.
Gambar 17 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi swasta.
Gambar 16 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 40.1 . Pemanfaatan
ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek ekonomi 56,7 , kemudian aspek lingkungan 13.6 , aspek sosial 15.5 ,
dan teknologi 14.3 . Gambar 17 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari
masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat
gabungan persepsi swasta adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya
adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
aspek sosial ; aspek ekonomi 6 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi.
Gambar 18. Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat swasta.
Penentuan Prioritas Kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
EKONOMI 0.588
LINGKUNGAN 0.136
SOSIAL 0.181
TEKNOLOGI 0.094
PENDA PATAN
0.49 PERLIN
DUNGAN PANTAI
0.116 TENA
GA KERJA
0.159 TRANS
FER TEKNO
LOGI 0.047
INDUSTRI 0.366
PERIKANAN 0.425
PARIWISATA 0.108
PELABUHAN 0.101
SEKTOR INFOR
MAL 0.098
ESTETI KA
0.019 REKRE
ASI 0.023
MUTU SAING
0.047
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk. 3 Kriteria
Tk. 4 Kegiatan
Gambar 19 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan swasta
.
Gambar 18 dan 19 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan
dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang
tertinggi dari pendapat gabungan swasta adalah aspek ekonomi 0.588 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya, selanjutnya lingkungan
0.136, sosial 0.181 dan teknologi 0.094. Aspek ekonomi yang dominan tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria pendapatan 0.49
bila dibandingkan dengan kriteria lain, yaitu penyerapan tenaga kerja 0.159 perlindungan pesisir 0.116 dan transfer teknologi 0.047 . Kegiatan yang paling
sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor perikanan 0.425 kemudian industri 0.366, pariwisata 0.108
dan pelabuhan 0.101. Gambar 20 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke
peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 42.5 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek
ekonomi 58,8 , kemudian terhadap aspek lingkungan 13.6 , sosial 18.1 , dan teknologi 9.4 .
Gambar 20 Model manfaat pengelolaan persepsi gabungan swasta.
Gambar 21 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi masyarakat.
Gambar 21 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,
lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan
persepsi masyarakat adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya
adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 6 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek ekonomi 2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi.
Gambar 22 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat masyarakat.
Gambar 21 dan 22 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan
dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang
tertinggi dari pendapat gabungan masyrakat adalah aspek ekonomi 0.537 lebih dominan diikuti aspek sosial 0.239, aspek lingkungan 0.131 dan teknologi
0.093. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria pendapatan 0.447 kemudian penyerapan tenaga kerja
0.209, perlindungan pesisir 0.112 dan transfer teknologi 0.077. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan
Penentuan Prioritas Kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
EKONOMI 0.537
LINGKUNGAN 0.131
SOSIAL 0.339
TEKNOLOGI 0.093
PENDA PATAN
0.447 PERLIN
DUNGAN PANTAI
0.112 TENA
GA KERJA
0.209 TRANS
FER TEKNO
LOGI 0.077
INDUSTRI 0.218
PERIKANAN 0.588
PARIWISATA 0.122
PELABUHAN 0.072
SEKTOR INFOR
MAL 0.089
ESTETI KA
0.019 REKRE
ASI 0.03
MUTU SAING
0.015
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk. 3 Kriteria
Tk. 4 Kegiatan
untuk kegiatan sektor perikanan 0.588 kemudian industri 0.218, pariwisata 0.112 dan pelabuhan 0.072.
Gambar 23 Hierarki manfaat pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi
masyarakat.
Gambar 24 Manfaat model pengelolaan persepsi gabungan masyarakat.
Gambar 24 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 58.8 . Pemanfaatan
ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek ekonomi53.7 , kemudian terhadap aspek sosial23.9 , aspek lingkungan
13.1 dan aspek teknologi 9.3 Seperti langkah-langkah yang telah disebutkan diatas, maka pembahasan
berikut ini adalah upaya untuk menentukan lokasi pemanfaatan ruang bagi sektor- sektor pembangunan di Kawasan Teluk Kelabat yang tepat sesuai dengan
pendapat responden yang berkompeten.
5.3.1.1. Penentuan prioritas penggunaan lahan pada kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus.
Analisis hierarki proses untuk menentukan prioritas kegiatan dalam penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat dimaksudkan untuk memanfaatkan
ruang kawasan secara optimal sesuai keinginan dari stakeholders. Stakeholders dalam hal ini terdiri dari orang-orang yang terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dari kegiatan yang berhubungan dengan proses pemutusan kebijakan, serta memahami persoalan dan prospek kawasan Teluk Kelabat Kecamatan
Belinyu dan Kecamatan Jebus. Mereka terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka, unsur swasta, dan unsur masyarakat.
Pembahasan penulisan ini mengarah kepada prioritas manfaat dan biayakerugian dari pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, yang bermuara kepada
analisis biaya manfaat serta prioritas kegiatan pengelolaan kawasan Teluk Kelabat.
5.3.1.2. Prioritas manfaat gabungan keseluruhan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat.
Hasil analisis AHP penentuan prioritas manfaat aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dapat dilihat pada Gambar 17. Menurut pendapat
gabungan responden, bahwa manfaat ekonomi mendapat bobot proritas tertinggi 0,577, lalu diikuti secara bersama aspek sosial 0,179, aspek lingkungan 0,133
dan dan kemudian aspek teknologi 0,111, sedangkan consistency ratio 0,02. Gabungan responden berpendapat bahwa dalam pengelolaan kawasan Teluk
0 ,2 0 ,4
0 ,6
S KAL
A P RI
O RI
T
R E S P O N D E N
P R IO R IT AS M AN F AAT AS P E K T E R H AD AP P E N GE L O L AAN K AW AS AN T E L U K K E L AB AT
E K ON O M I L IN G K U N G AN
S O S IAL T E K N O L O G I
E K ON O M I 0 ,5 7 7
0 ,5 6 7 0 ,5 8 8
0 ,5 3 7 L IN G K U N G AN
0 ,1 3 3 0 ,1 3 6
0 ,1 3 6 0 ,1 3 1
S O S IAL 0 ,1 7 9
0 ,1 5 5 0 ,1 8 1
0 ,3 3 9 T E K N O L O G I
0 ,1 1 1 0 ,1 4 3
0 ,0 9 4 0 ,0 9 3
G AB P M R T
S W S T M AS Y
Kelabat yang menjadi prioritas adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dalam upaya meningkatkan baik pendapatan masyarakat maupun pendapatan asli daerah
serta dapat menumbuhkan sektor informal.
Gambar 25 Prioritas manfaat aspek terhadap pengelolaan kawasan industri perikanan terpadu
Pengelolaan kawasan Teluk Kelabat juga harus memperhatikan aspek sosial 0,179 dan lingkungan 0,133 secara bersama-sama, sehingga keasrian dan
terpeliharanya ekologis dapat dijamin dan kawasan tersebut dapat pula menyerap tenaga kerja agar kelangsungan pembangunan kawasan mendapat partisipasi aktif
dari masyarakat setempat. Sedangkan aspek teknologi 0,111 merupakan prioritas berikutnya apabila aspek di atas telah terpenuhi dan aspek ini hendaknya
berjalan sesuai perkembangan dari kebutuhan kepentingan sektor pembangunan di Teluk Kelabat tersebut.
Menurut pendapat gabungan dari masing-masing unsur, ternyata bobot prioritas manfaat aspek ekonomi menjadi prioritas pertama, pemerintah 0,567,
swasta 0,588 dan masyarakat 0,537. Hal ini menunjukkan bahwa aspek ekonomi menjadi pilihan utama dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat untuk
meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan sektor informal. Dalam prioritas berikutnya, terdapat persamaan dalam menilai, pemerintah 0,155, swasta 0,181
dan masyarakat 0,179 melihat pentingnya manfaat aspek sosial. Dengan demikian terlihat keinginan pemerintah memberikan peran aktif dalam
menciptakan situasi sosial yang harmonis antara swasta dan masyarakat. Begitu pula masyarakat menilai manfaat aspek sosial, berupa penyerapan tenaga kerja
menjadi prioritas dalam pengelolaan, karena ada semacam kekhawatiran, nantinya mereka apakah hanya akan menjadi buruh biasa saja atau tidak berperan sama
sekali dan swasta merespon dengan baik situasi ini. Prioritas manfaat aspek berikutnya, pemerintah memberi bobot teknologi
0,143 diikuti bobot aspek pelestarian lingkungan 0,136 dengan consistency ratio
0,01. Sedangkan swasta memberi bobot manfaat aspek lingkungan 0,136 dan teknologi 0,094 dengan consistency ratio 0,04. Sementara masyarakat
memberi bobot manfaat lingkungan 0,131 dan manfaat aspek teknologi 0,093 dengan consistency ratio 0,08.
5.3.1.3. Prioritas manfaat kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Berdasarkan hasil analisis AHP prioritas manfaat kriteria dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, pendapat gabungan responden 0,481, pemerintah
0,453, swasta 0,49, dan masyarakat 0,447 menyatakan bahwa prioritas manfaat kriteria yang tertinggi adalah kriteria pendapatan. Hal ini menunjukkan
keinginan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, sehingga daya beli masyarakat meningkat.
Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat diharapkan akan semakin membaiknya struktur dan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula dengan
membaiknya daya beli masyarakat akan menggairahkan dan memacu pihak swasta dalam proses produksi yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan
asli daerah untuk pembangunan. Prioritas kriteria berikutnya menurut semua pendapat, gabungan 0,154
masyarakat 0,209, pemerintah 0,129 dan pihak swasta 0,159 adalah kriteria tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat menuntut hubungan
yang baik antara pemerintah dan swasta dalam menangani aspek tenaga kerja. Aspek tenaga kerja menjadi prioritas yang berkait erat dengan pendapatan yang
menghendaki adanya kebijakan yang arif untuk mendahulukan kepentingan orang
banyak dengan tidak mengenyampingkan lingkungan serta mengabaikan tenaga kerja untuk mendukung produksi sehingga dapat menghasilkan barang yang
berkualitas.
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5
V A
R IA
B E
L
SK AL A PR IOR ITAS PR IOR ITAS K R IT ER IA PE N GOL AH AN K AW AS AN TE LU K K E LAB AT
B ER D AS AR K AN AN ALISIS
G abungan Pe mda
Swasta M asyarakat
Ga bunga n 0 ,4 8 1
0 ,0 9 6 0 ,1 1 4
0 ,0 1 9 0 ,1 5 4
0 ,0 2 6 0 ,0 7 4
0 ,0 3 7 P e m da
0 ,4 5 3 0 ,1 1 3
0 ,1 1 6 0 ,0 1 9
0 ,1 2 9 0 ,0 2 6
0 ,0 9 5 0 ,0 4 8
S w a s ta 0 ,4 9
0 ,0 9 8 0 ,1 1 6
0 ,0 1 9 0 ,1 5 9
0 ,0 2 3 0 ,0 4 7
0 ,0 4 7 M a s ya ra k a t
0 ,4 4 7 0 ,0 8 9
0 ,1 1 2 0 ,0 1 9
0 ,2 0 9 0 ,0 3
0 ,0 7 7 0 ,0 1 5
P DP S INF
P LP T ES TK
TKER RRS
TRK M TS
Gambar 26 Prioritas manfaat kriteria dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Hal yang menarik pada prioritas ketiga untuk semua pendapat, yaitu:
gabungan 0,114, pemerintah 0,116, swasta 0,116 dan masyarakat 0,112, menginginkan perlindungan pesisir pantai sebagai hal yang harus diperhatikan.
Pemerintah melihat pelestarian ini sebagai suatu kewajiban, masyarakat dan swasta melihat pelestarian dan perlindungan pesisir sebagai pendukung utama
perkembangan kawasan Teluk Kelabat. Wilayah pesisir merupakan wilayah ekonomis yang menciptakan alasan tumbuhnya perekonomian di daerah ini,
sehingga wajar bila kriteria ini diprioritaskan oleh swasta dan masyarakat. Sementara kriteria sektor informal, rekreasi, estetika dan produksi mutu yang
dapat bersaing menjadi prioritas selanjutnya.
5.3.1.4. Prioritas manfaat kegiatan terhadap penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat
Berdasarkan hasil analisis AHP prioritas manfaat terhadap penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat, seperti pada gambar, kegiatan perikanan menjadi
prioritas pertama dari pendapat gabungan 0,455, pemerintah 0,401, swasta 0,425 dan pendapat masyarakat 0,588. Perikanan merupakan kegiatan ekonomi
yang masih mendominasi dalam masyarakat di kawasan Teluk Kelabat. Sebagai Kegiatan utama, perikanan telah memberikan sumbangan yang cukup besar dan
telah bertahan cukup lama karena kondisi lingkungan yang mendukung. Namun bila melihat penilaian semua terhadap kegiatan industri, responden
gabungan 0,303, pemerintah 0,287, swasta 0,366 dan masyarakat 0,218 secara keseluruhan menginginkan industri sebagai sektor alternatif yang
diharapkan bisa lebih meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan menumbuhkan sektor informal. Selain itu dapat mempercepat transfer
teknologi untuk menghasilkan barang berkualitas yang mampu bersaing. Selanjutnya menurut responden kegiatan pariwisata menjadi prioritas ketiga
berdasarkan analisis manfaat pendapat gabungan 0,127, pemerintah 0,151, swasta 0,108, dan pendapat masyarakat 0,122. Kegiatan pariwisata ini, selain
dapat meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan sektor informal, yang utama adalah menciptakan ruang yang berimbang dari keriuhan dan kesibukan industri
dengan suasana yang lebih tenang dan menyejukkan. Selain itu dapat menjaga dan melindungi pantai melalui konsep ekowisata, serta memiliki nilai estetika yang
tinggi yang dapat memberikan suasana rekreatif yang kondusif bagi proses produksi pada kawasan tersebut.
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
P R
IO R
IT A
S
R E S P ON D E N P R IOR IT AS K E GIAT AN P AD A K AW AS AN T E L U K K E L AB AT
B E R D AS AR K AN AN AL IS IS M AN F AAT
Industri P e rikanan
P ariwisata P e labuhan
Industri 0,303
0,287 0,366
0,218 P e rika na n
0,455 0,401
0,425 0,588
P a riw isa ta 0,127
0,151 0,108
0,122 P e la buha n
0,115 0,162
0,101 0,072
G a bunga n P e m e rinta ha n
S w a sta M a sya ra ka t
Gambar 27 Prioritas manfaat kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Dilihat pada gambar 27 kegiatan pelabuhan menjadi prioritas terakhir berdasarkan pendapat gabungan 0,115, pemerintah 0,162, swasta 0,101 dan
pendapat masyarakat 0,072. Kegiatan ini berperan dalam arus keluar masuk barang dan penumpang melalui laut untuk mengangkut hasil produksi ke lokasi
pemasaran dan mendatangkan barang baik sebagai sarana produksi industri maupun barang kebutuhan pokok dan lainnya. Pelabuhan juga menyediakan
sarana pergudangan dan ruang bongkar muat peti kemas yang melayani pelayaran domestik dan internasional. Aktifitas pelabuhan akan memberikan lapangan
pekerjaan yang cukup luas bagi masyarakat yang berarti dapat memberikan penghasilan dan menumbuhkan sektor informal. Selain itu pengelolaan pelabuhan
yang baik akan memberi perlindungan pantai serta memberikan pemandangan yang menyenangkan.
5.3.2. Struktur hierarki penentuan penggunaan lahan Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus berdasarkan
biayakerugian Adapun struktur hierarki penentuan penggunaan lahan Kawasan Teluk
Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus berdasarkan biayakerugian terdiri dari 4 tingkat. Tingkat pertama adalah tujuan utama, tingkat kedua aspek,
tingkat ketiga kriteria, dan tingkat keempat adalah kegiatan yang akan menggunakan lahan kawasan Teluk Kelabat. Untuk lebih jelasnya struktur
hierarki penentuan penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan biayakerugian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 28 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi seluruh stakeholder.
Gambar 28 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek
ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-
aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek
lingkungan ; aspek ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 6 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi.
Gambar 29 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan seluruh stakeholder.
Tk. 3 Kriteria
Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
MODAL
0.458 PENCE
MARAN
0.104 PERUB
GAYA HIDUP
0.122 PENGA
NGGU RAN
0.089
INDUSTRI 0.368
PERIKANAN 0.328
PARIWISATA 0.163
PELABUHAN 0.142
BIAYA OPERASI
ONAL PEMELI
HARAAN 0.092
DEGRA DASI
0.052 KECEM
BURU AN
SOSIAL 0.061
TEK THD
PROD TRADS
0.022 EKONOMI
0.55 LINGKUNGAN
0.156 SOSIAL
0.183 TEKNOLOGI
0.111
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk.4 Kegiatan
Gambar 30 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi seluruh stakeholder.
Gambar 29 dan 30 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan
dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang
tertinggi dari pendapat gabungan adalah aspek ekonomi 0.55 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yang cenderung memberikan nilai yang
hampir sama lingkungan 0.156, sosial 0.183 dan teknologi 0.111. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap
kriteria modal 0.458. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor industri 0.368,
kemudian perikanan 0.328, pariwisata 0.163 dan pelabuhan 0.142.
Gambar 31 Model biaya pengelolaan persepsi gabungan seluruh stakeholder.
Gambar 31 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri 36.8 . Pemanfaatan
ruang untuk kegiatan industri memberikan dampak terhadap aspek ekonomi yang tinggi 55.0 . Selanjutnya aspek sosial 18.3 , lingkungan 15.6 , dan
teknologi 11.1 .
Gambar 32 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi pemerintah.
Gambar 33 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat pemerintah
Gambar 33 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek
ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi pemerintah adalah aspek ekonomi lebih dominan jika
dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan aspek teknologi.
Tk. 3 Kriteria
Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
MODAL
0.451 PENCEM
ARAN
0.086 PERUB
GAYA HIDUP
0.092 PENGA
NGGU RAN
0.086
INDUSTRI 0.416
PERIKANAN 0.251
PARIWISATA 0.175
PELABUHAN 0.158
BIAYA OPERASI
ONAL PEMELI
HARAAN 0.09
DEGRA DASI
0.086 KECEM
BURU AN
SOSIAL 0.092
TEK THD
PROD TRADS
0.017 EKONOMI
0.542 LINGKUNGAN
0.172 SOSIAL
0.183 TEKNOLOGI
0.103
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk.4 Kegiatan
Gambar 34 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi pemerintah.
Gambar 33 dan 34 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek masing-masing stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama
berkaitan dengan persepsi pemerintah dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang
tertinggi dari pendapat gabungan pemerintah adalah aspek ekonomi 0.542 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yang cenderung
memberikan nilai yang sama lingkungan 0.172, sosial 0.183 dan teknologi 0.103. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang
besar terhadap kriteria modal 0.451. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi pemerintah adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor
industri 0.416 kemudian perikanan 0.251, pariwisata 0.175 dan pelabuhan 0.158.
Gambar 35. Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi pemerintah.
Gambar 35 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri 41.6 .
Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri memberikan dampak terhadap aspek ekonomi yang tinggi 54.2 . Kemudian disusul oleh aspek
lingkungan 17.2 , sosial 18.3 , dan teknologi 10.3 .
Gambar 36 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi swasta.
Gambar 36 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,
lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi swasta adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan
aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek
lingkungan ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi.
G Gambar 37 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat persepsi swasta
Tk. 3 Kriteria
Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
MODAL
0.422 PENCEMA
RAN
0.211 PERUB
GAYA HIDUP
0.119 PENGA
NGGUR AN
0.069
INDUSTRI 0.333
PERIKANAN 0.425
PARIWISATA 0.123
PELABUHAN 0.119
BIAYA OPERASI
ONAL PEMELI
HARAAN 0.084
DEGRA DASI
0.053 KECEM
BURU AN
SOSIAL 0.024
TEK THD
PROD TRADS
0.017 EKONOMI
0.507 LINGKUNGAN
0.264 SOSIAL
0.143 TEKNOLOGI
0.086
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk.4 Kegiatan
Gambar 38 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi swasta.
Gambar 37 dan 38 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama
berkaitan dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial.
Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan swasta adalah aspek ekonomi 0.507 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya
lingkungan 0.264, sosial 0.143 dan teknologi 0.086. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria modal
0.422. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan swasta adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan perikanan 0.425, kemudian sektor
industri 0.333, pariwisata 0.123 dan pelabuhan 0.119.
Gambar 39 Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi swasta Gambar 39 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke
peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 42.5 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak pertumbuhan aspek
ekonomi yang tinggi 50.7 . Kemudian aspek lingkungan 26.4 , sosial 14.3 , dan teknologi 8.6 .
Gambar 40 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi masyarakat.
Gambar 40 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,
lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi masyarakat adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan
dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
aspek lingkungan ; aspek ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek
teknologi.
Gambar 41 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat masyarakat
Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT
MODAL
0.481 PENCEMA
RAN
0.111 PERUB
GAYA HIDUP
0.157 PENGA
NGGUR AN
0.092
INDUSTRI 0.209
PERIKANAN 0.574
PARIWISATA 0.126
PELABUHAN 0.019
BIAYA OPERASI
ONAL PEMELI
HARAAN 0.096
DEGRA DASI
0.022 KECEM
BURU AN
SOSIAL 0.022
TEK THD
PROD TRADS
0.018 EKONOMI
0.577 LINGKUNGAN
0.133 SOSIAL
0.179 TEKNOLOGI
0.111
Tingkat 1 Tujuan Utama
Tk.2 Aspek
Tk. 3 Kriteria
Tk.4 Kegiatan
Gambar 42 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi masyarakat.
Gambar 40 dan 41 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan
dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang
tertinggi dari pendapat gabungan masyarakat adalah aspek ekonomi 0.577 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yang cenderung
memberikan nilai yang hampir sama lingkungan 0.130, teknologi 0.111 dan sosial 0.179. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh
yang besar terhadap kriteria modal 0.481. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor
perikanan 0.574 kemudian industri 0.209, pariwisata 0.126 dan pelabuhan 0.019.
Gambar 43 Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi masyarakat. Gambar 43 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke
peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 57.4 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek
ekonomi 57.7 , kemudian diikuti aspek sosial17.9 , aspek lingkungan 13.0 dan aspek teknologi 11.1 .
5.3.3. Struktur hierarki penentuan penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus berdasarkan
biaya kerugian berdasarkan cost dan ratio. 5.3.3.1. Prioritas biayakerugian aspek terhadap pengelolaan kawasan
Teluk Kelabat.
Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, pendapat gabungan stakeholder 0,55; CR 0,02
menyatakan aspek ekonomi yang membutuhkan biaya yang paling tinggi, demikian pula pendapat masing-masing unsur, pemerintah 0,542; CR 0,02,
swasta 0,507; CR 0,01, dan pendapat masyarakat 0,577; CR 0,02. Dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, kegiatan pengelolaan Teluk Kelabat
memang memerlukan modal yang besar baik sebagai modal dasar.
0 ,1 0 ,2
0 ,3 0 ,4
0 ,5 0 ,6
S K
A L
A P R
IO R
IT AA
S
R E S P O N D E N
B IAYA K E R U GIAN AS P E K D AL AM P E N G E L OL AAN K AW AS AN T E L U K K E L AB AT
E ko no mi L in g ku n gan
S osial T e kno lo gi
Ekonom i 0,55
0,542 0,577
0,507 Lingkunga n
0,156 0,172
0,133 0,264
S osia l 0,183
0,183 0,179
0,143 Te knologi
0,111 0,103
0,111 0,086
G a bunga n P e m e rinta h
M a sya ra ka t S w a sta
Gambar 44 Prioritas biayakerugian aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Gambar 43 menunjukkan bahwa Aspek sosial menjadi prioritas kedua menurut pendapat dari gabungan stakeholder 0,183, pemerintah 0,183, dan
masyarakat 0,179, sementara itu pada posisi ini pihak swasta 0,0264 menyatakan aspek lingkungan mempunyai prioritas biayakerugian cukup penting
selain ekonomi. Bila dihubungkan dengan aspek lingkungan sebagai prioritas ketiga pada pendapat gabungan stakeholder 0,156, pemerintah 0,172, dan
masyarakat 0,133, biayakerugian sosial dan lingkungan menandakan kecemasan yang sama dari aktifitas industri akan memberikan tekanan yang keras terhadap
sosial dan lingkungan. Secara sosial terlihat kekhawatiran akan kesiapan masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap dampak negatif industri pada
kehidupan seperti perubahan gaya hidup dan kecemburuan sosial. Sedangkan secara lingkungan dampak yang diperhitungkan adalah pencemaran dari limbah
industri dan degradasi fisik lingkungan, yang semula sistem ekologis di dominasi habitat tumbuhan, maka dengan masuknya komunitas Teluk Kelabat akan terjadi
keseimbangan ekologis yang baru di lingkungan tersebut. Apabila eksploitasi lingkungan tersebut masih sesuai dengan asimilasi atau daya dukung carring
capacity lingkungan, maka kehidupan biota darat dan laut tidak berpengaruh
nyata, namun bila yang terjadi lingkungan tidak mampu lagi menetralisir atau menampung limbah atau beban dari tekanan terhadap sumberdaya yang ada maka
akan terjadi seperti langkanya sumberdaya alam sampai bahkan menghilangnya biota tertentu yang sensitif terhadap perubahan tersebut, sehingga akan
mengakibatkan keseimbangan ekologis yang baru. Tidak jauh berbeda dengan responden lain, swasta menempatkan aspek sosial pada prioritas ketiga dengan
bobot 0,143 dengan pertimbangan aspek lingkungan adalah salah satu bagian syarat kelayakan usaha yang dinilai agar industri bisa berjalan dan ketika industri
memulai produksi, aspek sosial adalah keharusan selanjutnya yang wajib diprioritaskan.
Sedangkan aspek teknologi menjadi prioritas biayakerugian terakhir, dengan bobot menurut pendapat gabungan 0,148, dan masyarakat 0,110,
dimana biayakerugian yang ditimbulkannya adalah sistem padat modal dengan lebih mengandalkan proses produksi menggunakan alat-alat berteknologi tinggi
sehingga tidak memberi peluang lapangan pekerjaan kepada masyarakat secara umum yang dapat mengakibatkan terjadinya pengangguran, dan apabila produksi
yang dihasilkan oleh kawasan industri ini adalah barang yang sama diproduksi oleh masyarakat secara tradisional home industry, maka dapat menyebabkan
tekanan persaingan yang kuat bagi berkembangnya produksi tradisional masyarakat tersebut.
5.3.3.2. Prioritas biaya kerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat.
Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, seperti pada Gambar 29, kriteria modal
merupakan prioritas kriteria tertinggi, menurut pendapat gabungan 0,458, demikian pula menurut pendapat dari unsur pemerintah 0,451, swasta 0,422,
dan pendapat masyarakat 0,481. Proses produksi dapat berlangsung bila tersedianya sarana produksi seperti lokasi, alat dan mesin, bahan baku dan lainnya
yang merupakan modal dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengadakannya.
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45 0,5
S K
A L
A P R
IO R
IT AS
VARIABEL
B IAYA K E R U GIAN K R ITE R IA D ALAM P E N GE LOLAAN K AW AS AN TE LU K K E LAB AT
Ga bungan Pe m e rinta h
M a syara ka t Sw a s ta
Ga b u n g an 0,458
0,092 0,104
0,052 0,122
0,061 0,089
0,022 Pe m e r in tah
0,451 0,09
0,086 0,086
0,092 0,092
0,086 0,017
M as yar a k a t 0,481
0,096 0,111
0,022 0,157
0,022 0,092
0,018 Sw as ta
0,422 0,084
0,211 0,053
0,119 0,024
0,069 0,017
M DL BOP
C M R GRD
GA YH C BS
GUR T KT R
Gambar 45. Prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan industri perikanan terpadu
Prioritas biayakerugian kedua tertinggi adalah kriteria gaya hidup, berdasar pada pendapat gabungan 0,122, masyarakat 0,157. Meningkatnya pendapatan
masyarakat akan meningkatkan pula daya belinya, hal ini umumnya dapat menyebabkan masyarakat cenderung kepada pola konsumtif, tentunya akan
berdampak kepada kehidupan sosial masyarakat seperti hilangnya sifat gotong royong, munculnya sifat individual yang mengabaikan musyawarah dan
munculnya kelompok-kelompok. Dampak seperti ini dan masalah kesengajaan juga diprioritaskan oleh pemerintah dengan bobot yang sama 0,092 karena
masalah gaya hidup dan kesenjangan sosial merupakan isu yang cukup beresiko menghalangi proses pembangunan. Sedangkan swasta memberi bobot 0,211 untuk
prioritas ini pada kriteria pencemaran karena tanggung jawab terhadap penanganan pencemaran lingkungan lebih ditujukan kepada pihak swasta sebagai
pelaku industri maka masalah limbah dari proses produksi Teluk Kelabat dan pelestariannya akan menjadi pilihan prioritas biayakerugian yang diperhitungkan.
Limbah yang merupakan polutan yang berpotensi terhadap pencemaran lingkungan, hal ini akan merugikan dan terganggunya kehidupan perairan sekitar
kawasan. Untuk itu diperlukan biaya yang cukup tinggi dalam mengatasi limbah
industri agar limbah dapat dinetralisir kembali dan pada saat memasuki atau dibuang kembali tidak menimbulkan penurunan kualitas perairan.
Prioritas ketiga dalam biayakerugian, menurut pendapat gabungan 0,104 dan masyarakat 0,111 adalah kriteria pencemaran. Swasta memilih kriteria gaya
hidup 0,119 sebagai biayakerugian yang akan mempengaruhi iklim usaha. Yaitu ketika gaya hidup berubah maka tuntutan, pemikiran, semangat dan produktifitas
tenaga kerja akan berkembang sejalan dengan baik tidaknya kebijakan dunia usaha. Untuk prioritas selanjutnya pendapat gabungan memberikan urutan kriteria
biaya operasional dan pemeliharaan 0,092, pengangguran 0,089, kesengajaan 0,061, degradasi lingkungan 0,052, dan tekanan produksi 0,022. Pemerintah
mengurutkan prioritas lanjutan biayakerugiannya dengan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,09, pengangguran, degradasi, pencemaran
dalam bobot yang sama 0,086 dan tekanan produksi 0,017 sebagai prioritas terakhir. Pendapat masyarakat memiliki skema yang mirip dengan pendapat
gabungan dengan urutan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,096, pengangguran 0,092, degradasi dan kesenjangan sosial dengan bobot yang sama
0,022, dan tekanan produksi 0,018. Begitu pula dengan responden swasta, biaya operasional dan pemeliharaan 0,084, pengangguran 0,069, degradasi
0,053, kesenjangan 0,024 dan tekanan produksi 0,017. Untuk lima prioritas terakhir rata-rata setiap responden memiliki skala prioritas yang sama.
Penggangguran adalah terbatasnya kesempatan kerja dikarenakan penggunaan teknologi tinggi dan alat dan mesin yang dapat menggantikan
manusia. Bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan teknis, pengalaman dan pengetahuanpendidikan yang mencukupi syarat yang ditentukan akan kalah
bersaing sehingga tidak akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses produksi industri.
Biaya operasional dan pemeliharaan dipersiapkan untuk mendampingi modal dasar agar dapat melangsungkan keberlanjutan proses produksi dan
berkembangnya Teluk Kelabat. Biayakerugian kriteria degradasi fisik lingkungan disebabkan karena kurang pedulinya para pengguna lahan pada kawasan industri
tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini akan berdampak kepada ketersediaan sumberdaya alam, seperti sumberdaya
ikan, apabila sumberdaya ikan tersebut semakin menurun, akan berakibat pada menurunnya hasil tangkap nelayan, dengan demikian menurun pula pendapatan
sedangkan kebutuhan hidup meningkat, tekanan terhadap kebutuhan hidup menyebabkan nelayan melakukan tindakan destruktif dan eksploitasi berlebihan
terhadap sumberdaya lingkungan lainnya. Sementara biayakerugian yang ditimbulkan dengan adanya kawasan Teluk
Kelabat lainnya adalah munculnya tekanan terhadap produksi tradisional. Produksi home industri masyarakat pada umumnya sangat sederhana baik kualitas
hasil produksi maupun pengemasannya, sehingga produksi masyarakat ini sulit bersaing apabila mendapat saingan dari produksi industri yang menggunakan alat
dan mesin yang canggih. Ketidak mampuan menghasilkan kualitas produk yang bersaing ini karena kemampuan dan ketrampilan serta modal yang kurang dimiliki
masyarakat.
5.3.3.3. Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, kegiatan industri menempati prioritas
biayakerugian yang tertinggi menurut pendapat gabungan 0,368, demikian pula pendapat unsur dari pemerintah 0,416. Masyarakat menilai perikanan dengan
bobot 0,574 menempati biayakerugian tertinggi, sedangkan swasta 0,123. Penilaian ini dipengaruhi oleh hubungan kegiatan lainnya dalam hal modal dan
biaya operasional serta pemeliharaan, pencemaran dan degradasi lingkungan, perubahan gaya hidup dan kecemburun sosial serta terjadinya pengangguran dan
tekanan terhadap produksi tradisional dari sudut pandang dan posisi masing- masing responden.
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45 0,5
0,55 0,6
S K
A L
A P RI
O RI
T AS
R E S P ON D E N B IAYAK E R U GIAN K E GIAT AN D AL AM P E N GE L OL AAN K AW AS AN T E L U K
K E L AB AT
P e rik a na n Indus tri
P a riw is a ta P e la buha n
P e rika na n 0,328
0,251 0,574
0,042 In dustri
0,368 0,416
0,209 0,033
P a riw isa ta 0,163
0,175 0,126
0,123 P e la b uha n
0,142 0,158
0,019 0,119
G a bu nga n P e m e rinta h
M a sya ra ka t S w a sta
Gambar 46 Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Kegiatan perikanan menjadi prioritas kedua, sesuai hasil pendapat gabungan 0,328 dan pemerintah 0,251. Swasta menilai kegiatan pelabuhan sebagai
pilihan kedua 0,119 dan masyarakat lebih memilih kegiatan industri dengan bobot 0,209. Berikutnya biayakerugian kegiatan pariwisata merupakan prioritas
ketiga menurut pendapat gabungan 0,163 dan masyarakat 0,126. Namun swasta 0,042 melihat kegiatan perikanan sebagai prioritas ketiganya.
Selanjutnya prioritas biayakerugian kegiatan yang keempat adalah kegiatan pelabuhan, yaitu pendapat gabungan 0,142, pemerintah 0,158, namun
berdasarkan pendapat swasta industri memilih industri sebagai prioritas terakhir yang memiliki biayakerugian terkecil.
5.3.4. Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya.
Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, aspek lingkungan menjadi prioritas utama
menurut pendapat swasta yaitu 1,94 dengan mengacu kepada prinsip ratio benefitcost
1 BC 1 adalah layak, ini berarti pengelolaan kawasan industri akan sangat menguntungkan, demikian pula pendapat dari pemerintah 1,26,
gabungan dari para ahli 1,17 dan masyarakat 1,02 yang memberikan prioritas ketiga.
Gambar 47 Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya
Selanjutnya menurut pendapat gabungan pelaku, bahwa aspek sosial dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat menempati prioritas kedua yaitu dengan
bobot 1.02 dan masuk dalam kategori layak, artinya pembangunan dibidang sosial akan menguntungkan dengan memperhatikan dampak atau gejala kesenjangan
yang mungkin timbul dari pembangunan kawasan tersebut. Perubahan dalam lingkungan sosial mencakup perubahan yang telah berkembang untuk mewadahi
semakin kompleknya kebutuhan masyarakat, pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, melemahnya kontrol sosial dalam masyarakat dan keluarga.
Perubahan-perubahan tersebut menurut Dunn 2001 telah membawa dampak sosial budaya seperti perbedaan kelas sosial, persaingan dan konflik kepentingan
antar kelompok, ketimpangan sosial yang dapat mengganggu stabilitas sosial ekonomi.
Pendapat yang mempunyai sikap cukup memprihatinkan pada masalah sosial ini adalah pendapat swasta yang menilai BC 0,79, hal ini mengindikasikan
bahwa masyarakat dianggap belum siap apabila nanti kawasan tersebut berkembang sesuai rencana. Rendahnya tingkat peran serta masyarakat terutama
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
1,2 1,4
1,6 1,8
2,0
S K
A L
A P R
IO R
IT
S T A KE H O L DE R S P RIO RIT AS AS P EK DALAM P ENG EL O LAAN KAW AS AN TEL UK
KEL ABAT DAN JEBUS BERDAS ARKAN ANAL IS IS M ANF AAT DAN BIAYA
E ko n o m i L in g k u n g a n
S o s ia l T e k n o lo g i
Ek o n o m i 0,95
0,96 1,07
0,86 L in g k u n g an
1,17 1,26
1,02 1,94
So s ial 1,02
1,18 0,53
0,79 T e k n o lo g i
1,01 0,72
1,19 0,91
Gab Pe m
M as y Sw as t a
disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap perkembangan pembangunan dan persoalan lingkungan hidup serta keterkaitan
antar keduanya.Lemahnya peran lembaga kemasyarakatan maupun dunia usaha dalam mendukung program pembangunan terutama menyangkut teknologi yang
dikuasai masyarakat dan mutu sumberdaya alam serta pola kehidupan sebagian besar masyarakat yang masih dalam tahap pemenuhan kebutuhan paling primer
mereka secara layak menyebabkan kapasitas keperansertaan mereka tidak optimal, namun pemerintah 1,18 dan masyarakat 0.53 merasa optimis bahwa
pembangunan sosial bisa menjadi prioritas dan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi pembangunan kawasan tersebut, dengan upaya sejauh mungkin
mengajak dan memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi, menjalin komunikasi dan informasi.
Persepsi pelaku Masyarakat 1,19, lebih mengutamakan aspek teknologi yang dianggap dapat menguntungkan, namun bagi pemerintah 0,72 dan swasta
0,91 justru penggunaan teknologi yang tidak meninggalkan kemampuan masyarakat atau keikutsertaan dari masyarakatlah yang perlu dipertimbangkan,
sehingga terdapat keseimbangan pembangunan pada kedua aspek ini,demikian pula pendapat gabungan para pelaku 1,01, penggunaan iptek yang tidak
bijaksana dapat menghancurkan daya dukung dan menurunkan mutu lingkungan hidup, misalnya: pengurukan sungai dan pantai, pencemaran udara dan kebisingan
karena industri. Untuk itu menurut Sugandhy 1999 dengan semakin cepatnya proses industrialisasi diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi industri yang
berwawasan lingkungan untuk pengelolaan limbah, pengendalian erosi dan banjir, kesiapan teknologi pengelolaan lingkungan untuk melestarikan fungsi tatanan,
mengukur daya dukung lingkungan, teknologi konservasi flora, dan fauna dan teknologi pengendalian pencemaran, kerusakan dan rehabilitasi lingkungan serta
pemenuhan kebutuhan energi yang ramah lingkungan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi terus ditingkatkan dan diarahkan untuk
menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa yang harus diselaraskan dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial
budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu dan
teknologi yang diperhitungkan akan memiliki peluang tinggi dalam mempercepat laju pembangunan harus dikenali dan diberi perhatian khusus.
Para pelaku pembangunan baik pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya juga masih memperlakukan lingkungan hidup sebagai barang
bebas free commodity. Menurut Yakin 1997 lingkungan hidup belum dianggap sebagai komoditi dan aset ekonomi yang fungsi dan kemampuannya perlu
dilestarikan untuk keberlanjutan proses produksi. Akibatnya pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan tidak dilakukan secara bijaksana dan kurang
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Orientasi pembangunan dan kegiatan masyarakat khususnya para
pelaku ekonomi masih berspektif jangka pendek. Tujuan jangka pendek meraih keuntungan materiil dengan mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan
secara berlebihan di pandang masih lebih penting dari pada tujuan jangka panjang memperhatikan ketersediaan sumberdaya secara berlanjut bagi pembangunan. Di
sisi lain, pengertian dan kesadaran tentang lingkungan di kalangan penegak hukum dan pejabat pemerintahan masih rendah,sehingga penegakan hukum juga
lemah. Sementara itu, kasus pelanggaran lingkungan cenderung meningkat karena intensitas dan kompleksitas masalah lingkungan. Walaupun demikian
dengan telah adanya landasan hukum dan perundang-undangan merupakan peluang untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan di masa mendatang.
Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat semua kegiatan yang direncanakan pada kawasan Teluk
Kelabat belum dianggap layak, kecuali kegiatan perikanan. Kegiatan perikanan dikatakan layak atau dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya
atau kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Kegiatan industri menjadi prioritas kedua, sesuai dengan pendapat swasta 1,098, masyarakat 1,043,
gabungan pelaku 0,823 dan pemerintah 0,690. Kegiatan pelabuhan menjadi prioritas ketiga, sesuai dengan pendapat pemerintah 1,025, swasta 0,849,
gabungan pelaku 0,810 dan masyarakat 0,791. Sedangkan kegiatan pariwisata menjadi prioritas keempat, sesuai pendapat gabungan pelaku 0,810, pemerintah
1,025, swasta 0,849 dan pendapat masyarakat 0,791.
Kegiatan perikanan dan industri memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, lingkungan, sosial dan teknologi. Dengan meningkatnya aktifitas dari
kegiatan-kegiatan tesebut, diharapkan akan semakin meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah, menumbuhkan sektor informal yang dapat
mendinamiskan masyarakat mengembangkan berbagai usaha dan jasa, memberikan dampak yang baik bagi perlindungan pantai dan keindahan alami
pesisir, dapat menampung tenaga kerja dan memberikan suasana yang nyaman, serta memungkinkan adanya penyerapan atau adopsi ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menghasilkan produksi yang dapat bersaing pada pasar dalam dan luar negeri.
Namun demikian menurut pemerintah dan masyarakat perlu diwaspadai dampak yang kurang menguntungkan, seperti pada kegiatan pelabuhan masih
harus ditekan dan dikendalikan dari biayakerugian yang ditimbulkan oleh modal, biaya operasional dan pemeliharaan, pencemaran dan degradasi fisik lingkungan,
adanya perubahan gaya hidup dan kecemburuan sosial yang disebabkan adanya kesenjangan sosial, serta adanya pengangguran karena tenaga kerja yang tidak
siap pakai dan tekanan terhadap produksi tradisional masyarakat yang kalah bersaing dengan kualitas barang dari industri, bahkan masyarakat juga
memperhitungkan pelabuhan masih sedikit belum menguntungkan, hal ini menunjukkan adanya evaluasi beragam dari pelaku yang nantinya akan
memberikan beberapa solusi atau pola pendekatan yang mestinya akan menghasilkan skenario optimal dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dengan
melihat faktor-faktor manfaat dan biayakerugian yang ditimbulkan. Sedangkan untuk kegiatan perikanan telah disediakan berbagai fasilitas penunjang sehingga
lebih menguntungkan, tetapi pelabuhan ini lebih diutamakan untuk memudahkan akses ke pusat industri dan mendukung proses produksi. Pada kawasan
peruntukan ini dapat juga bernilai ekonomi tinggi apabila dapat mengoptimalkan adanya lokasi komersial, dimana lokasi ini sebagai pasar yang cukup potensial
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di lingkungan kawasan Teluk Kelabat.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
S K
A L
A P R
IO R
IT
S T A KE HO LD E R S
P RIO RIT AS KEG IAT AN DAL AM P ENG EL O L AAN KAW AS AN T EL UK KEL ABAT DAN JEBUS DAL AM AL IS IS M ANF AAT DAN
BIAYA
P e r ik a n a n In d u s tr i
P a r iwis a ta P e la b u h a n
Pe r ik an an 1,387
1,598 1,000
1,024 In d u s t r i
0,823 0,69
1,098 1,043
Par iw is at a 0,779
0,863 0,878
0,968 Pe lab u h an
0,810 1,025
0,849 0,791
Gab u n g an Pe m
Sw as t a M as y
Gambar 48 Prioritas Kegiatan terhadap Pengelolaan Kawasan Teluk Kelabat Berdasarkan Analisis Manfaat dan Biaya
Pada Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus ini terdapat tapak kawasan wisata Tanjung Penyusuk. Adanya kawasan pariwisata
diharapkan dapat menumbuhkan aktifitas ekonomi di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya akan mendorong pertumbuhan investasi menuju industrialisasi.
Seperti dijelaskan oleh Sigit 1994 secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan
kesempatan kerja. Selain itu pariwisata juga mampu mendorong pembangunan daerah, terutama daerah-daerah yang masih tertinggal, sehingga ketimpangan
pembangunan secara spasial dapat dipersempit. Daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata dapat dikembangkan sehingga pembangunan ekonomi daerah
tersebut dapat ditingkatkan. Tabel 30. Daftar nilai persepsi para stakeholder dari pembiayaan
Keterangan Gabungan
Pemerintah Masyarakat
Swasta Perikanan
0,328 0,251
0,574 0,042
Industri 0,368
0,416 0,209
0,333 Pariwisata
0,163 0,175
0,126 0,123
Pelabuhan 0,142
0,158 0,019
0,119 Modal
0,458 0,451
0,481 0,422
Biiaya oprasional Pemeliharaan 0,092
0,09 0,096
0,084 PRIORITAS KEGIATAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN TELUK
KELABAT BERDASAR ANALIS MANFAAT DAN BIAYA
Pencemaran 0,104
0,086 0,111
0,211 Degradasi
0,052 0,086
0,022 0,053
Gaya hidup 0,122
0,092 0,157
0,119 Kesenjangan
0,061 0,092
0,022 0,024
Pengangguran 0,089
0,086 0,092
0,069 Tekanan produksi
0,022 0,017
0,018 0,017
Ekonomi 0,55
0,542 0,577
0,507 Lingkungan
0,156 0,172
0,133 0,264
Sosial 0,183
0,183 0,179
0,143 Teknologi
0,111 0,103
0,111 0,086
Tabel 31. Daftar nilai persepsi para stakeholder dari aspek manfaat
Keterangan Gabungan Pemerintah Masyarakat
Swasta Perikanan
0,455 0,401
0,588 0,425
Industri 0,303
0,287 0,218
0,366 Pariwisata
0,127 0,151
0,122 0,108
Pelabuhan 0,115
0,162 0,072
0,101 Pendapat
0,481 0,453
0,447 0,49
Sektor informal 0,096
0,113 0,089
0,098 Perlindungan pesisir
0,114 0,116
0,112 0,116
Estetika 0,019
0,019 0,019
0,019 Tenaga kerja
0,154 0,129
0,209 0,159
Rekreasi 0,026
0,026 0,03
0,023 Tranfer tehnologi
0,074 0,095
0,077 0,047
Mutu saing 0,037
0,048 0,015
0,047 Ekonomi
0,577 0,567
0,537 0,588
Lingkungan 0,133
0,136 0,131
0,136 Sosial
0,179 0,155
0,339 0,181
Teknologi 0,111
0,143 0,093
0,094
Nilai-nilai kriteria diatas menggambarkan interaksi keterkaitan antar kriteria aspek Ekonomi, Lingkungan, Sosial dan Teknologi. Kriteria-kriteria tersebut
ditinjau dari sudut pandang pemanfaatan kegiatan-kegiatan mana yang paling memungkinkan dalam pemanfaatan ruang masing-masing peruntukan.
Tabel 32. BC Ratio pendapat gabungan masyarakat
No Uraian
Manfaat Biaya
BC Ratio 1
Perikanan 0,588
0,574 1.024
2 Industri
0,218 0,209
1.043 3
Pariwisata 0,122
0,126 0.968
4 Pelabuhan
0,072 0,019
0.791
Pada Tabel 32 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,024 dan industri 1,043.Artinya menurut persepsi gabungan
masyarakat yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan industri.
Tabel 33. BC Ratio pendapat gabungan pemerintah
No Uraian
Manfaat Biaya
BC Ratio 1
Perikanan 0,328
0,251 1.598
2 Industri
0,368 0,416
0.690 3
Pariwisata 0,163
0,175 0.863
4 Pelabuhan
0,142 0,158
1.025
Pada Tabel 33 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,598 dan pelabuhan 1,025. Artinya menurut persepsi
gabungan pemerintah yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.
Tabel 34. BC Ratio pendapat gabungan swasta
No Uraian
Manfaat Biaya
BC Ratio 1
Perikanan 0,425
0,042 1.000
2 Industri
0,366 0,333
1.098 3
Pariwisata 0,108
0,123 0.878
4 Pelabuhan
0,101 0,119
0.849
Pada Tabel 34 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,000 dan industri 1,098.Artinya menurut persepsi gabungan
masyarakat yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan industri.
Tabel 35. BC Ratio pendapat gabungan keseluruhan
No Uraian
Manfaat Biaya
BC Ratio 1
Perikanan 0,455
0,328 1.387
2 Industri
0,303 0,368
0.823 3
Pariwisata 0,127
0,163 0.779
4 Pelabuhan
0,115 0,142
0.810
Pada Tabel 35 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,387. Artinya menurut persepsi gabungan stakeholder yang
paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.
5.4. Analisis Spasial
Setelah didapatkan kawasan dengan letak, dukungan, strategi, dan keterlibatan positif dari stakeholder yang harmonis, teratur dan seimbang maka
diperlukan suatu kebijakan yang mendukung pengelolaan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Dan semua itu bisa dianalisa dalam analisis spasial
agar bisa memperkuat kebulatan pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berguna dan dinamis.
Analisis spasial pada penelitian ini berupa analisis kesesuaian lahan untuk industri, perikanan, pariwisata dan pelabuhan. Analisis dilakukan dengan teknik
tumpang susun overlay sesuai dengan matrik kesesuaian masing-masing peruntukan.
5.4.1. Analisis Kesesuaian Industri
Berdasarkan hasil metode tumpang susun overlay untuk matrik kesesuaian lahan industri, maka lokasi yang sangat sesuai seluas 17 701.08 ha 13,32 dari
luas Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Jebus, lokasi yang sesuai S-2 seluas 72 737.79 ha 54,74 , dan lokasi yang tidak sesuai N Seluas uas 42 431,02 ha
31,93 . Untuk lebih jelasnya luas dan lokasi kesesuaian lahan industri dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Luas dan Lokasi kesesuaian Lahan untuk Industri
No. Klasifikasi
Luas ha Lokasi Desa
1 Sangat sesuai 17 701.08
Belinnyumantung, GunungmudaRiding panjang, RiauSilipLumut, TelakKapit, PuputbawahRanggiAsam
2 Sesuai
72 737.79 BelinyuMantung, GunungmudaRidingpanjang, Airlayang,
TelakKapit 3
Tidak sesuai 42 431.02
GunungmudaRidingpanjang, RiauSilipLumut, Airlayang, pangkalniur, Rukam
Secara spasial lokasi-lokasi kesesuaian industri baik tumpang tindih dengan kuasa penambangan timah maupun yang tidak tumpang tindih dapat
dilihat pada gambar 49 dan gambar 50 di bawah ini.
Wilayah dengan klasifikasi sangat sesuai untuk industri sebagian besar berada di Desa BelinnyuMantung, GunungmudaRiding panjang,
RiauSilipLumut, TelakKapit, PuputbawahRanggiAsam serta sebagian kecil di Desa Airlayang Wilayah tersebut umumnya memiliki karakteristik lahan sebagai
berikut: kemiringan lahan 0-8 , berupa pedataran sampai perbukitan sedang, serta merupakan padang alang-alang, semak, hutan, kebun campuran dan semak
reklamasi. Wilayah ini memiliki ketersedian air bersumber dari air permukaan, air kolong bekas penambangan timah dan sungai. Selain itu wilayah ini memiliki
kondisi tidak tergenang dan kondisi rawan bencana sangat rendah sampai ringan. Wilayah dengan klasifikasi sesuai untuk industri sebagian besar berada di
Desa BelinyuMantung, GunungmudaRiding panjang, Airlayang, TelakKapit. Wilayah tersebut umumnya memiliki karakteristik lahan sebagai berikut:
kemiringan lahan 9-15 . Wilayah dengan klasifikasi tidak sesuai untuk industri sebagian besar berada
di Desa GunungmudaRidingpanjang, RiauSilipLumut, Airlayang, pangkalniur, Rukam serta sebagian kecil di Desa Bakit dan Semulut. Wilayah tersebut
umumnya memiliki karakteristik lahan sebagai berikut: kemiringan lahan 16-30 , berupa perbukitan berelief kasar, serta merupakan jalur hijau, hutan lindung,
hutan bakau, penyangga, rawa, sawah dan tambak. Wilayah ini memiliki ketersedian air agak langka bersumber dari air tanah dalam. Selain itu wilayah ini
memiliki kondisi tergenang serta kondisi rawan bencana agak berat sampai berat.
5.4.2. Analisis Kesesuaian Pariwisata
Tabel 37. Luas dan Lokasi Kesesuaian Lahan untuk Pariwisata
No. Klasifikasi
Luas ha Lokasi Desa
1 Sangat sesuai
600.67 Sebagian kecil BelinyuMantung,
GunungmudaRidingpanjang, Bakit, Telak, Kapit
2 Sesuai
533.66 Sebagian kecil BelinyuMantung,
Airlayang, Pusuk 3
Tidak sesuai 131735.54
Sebagian besar GunungmudaRidingpanjang,
RiauSilipLumut, Airlayang, TelakKapit
Berdasarkan hasil overlay untuk kesesuaian lahan bagi pemanfaatan pariwisata, lokasi yang sangat sesuai seluas 600.67 ha 0.45 dari luas daratan
pesisir kawasan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus, lokasi yang sesuai terbatas seluas 533.66 ha 0.40 , dan lokasi yang tidak sesuai
seluas 131 735.54 ha 99.14 . Untuk lebih jelasnya peta lokasi kesesuaian lahan untuk pariwisata dapat dilihat pada Gambar 51.
Wilayah dengan klasifikasi sangat sesuai untuk pariwisata sebagian besar berada BelinyuMantung, GunungmudaRidingpanjang, Bakit, Telak, Kapit serta
sebagian kecil di Desa Pugul. Umumnya karakteristik lahan wilayah ini sebagai berikut: merupakan padang alang-alang, semak, hutan, kebun campuran dan
semak reklamasi, berada disekitar sempadan pantai dan sungai dengan tipe tanah berpasir atau pasir berlempung. Wilayah ini memiliki ketersedian air bersumber
dari air permukaan, air kolong bekas penambangan timah dan sungai. Selain itu wilayah ini memiliki kondisi tidak tergenang dan kondisi rawan bencana sangat
rendah sampai ringan. Wilayah dengan klasifikasi sesuai untuk pariwisata sebagian besar berada di
Sebagian kecil BelinyuMantung, Airlayang, Pusuk dan Romodong. Umumnya karakteristik lahan wilayah saat ini sebagai kawasan perikanan, campuran
perikanan. Berada di sekitar kawasan hutan bakau dengan tipe tanah lempung. Wilayah ini memiliki ketersedian air bersumber dari air tanah dangkal dan rawa.
Selain itu wilayah ini memiliki kondisi tidak tergenang dan terkadang tergenang sementara kondisi rawan bencana sedang.
Wilayah dengan klasifikasi tidak sesuai untuk pariwisata berada di Sebagian besar GunungmudaRidingpanjang, RiauSilipLumut, Airlayang,
TelakKapit Laut umumnya memiliki karakteristik lahan sebagai berikut: merupakan jalur hijau, hutan lindung, hutan bakau, penyangga, rawa, sawah dan
tambak, berada disekitar hutan lindung dengan tipe tanah liat dan liat berpasir. Wilayah ini memiliki ketersedian air agak langka bersumber dari air tanah dalam.
Selain itu wilayah ini memiliki kondisi tergenang serta kondisi rawan bencana agak berat sampai berat.
5.4.3. Analisis Kesesuaian Pelabuhan
Berdasarkan hasil overlay untuk kesesuaian lahan bagi pemanfaatan pelabuhan, lokasi yang sangat sesuai seluas 7 456,735 ha 22.63 dari luas
Perairan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus seluas 32 939,26 ha terletak sebagian besar di kelurahan Mantung kecamatan Belinyu,
lokasi yang sesuai terbatas seluas 20,688 ha 0.0628 terletak di pesisir pantai desa Telak Kapit, sebagian pesisir Semulut bagian utara serta sebelah utara desa
Bakit kecamatan Jebus, dan lokasi yang tidak sesuai seluas 25 461,617 ha 77.29 . Untuk lebih jelasnya lokasi kesesuaian lahan pelabuhan dapat
Gambar 52 dan Gambar 53.
5.4.4.Analisis Kesesuaian Perikanan
Berdasarkan hasil overlay untuk kesesuaian perairan bagi pemanfaatan budidaya perikanan, lokasi yang sangat sesuai seluas 21.977.42 ha 50.06 dari
luas perairan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus, hal ini dapat dilihat pada Gambar 54 yaitu peta kesesuaian kawasan perikanan dan pada
Gambar 55 yaitu peta kesesuaian perairan untuk kawasan perikanan yang telah di overlay dengan kuasa penambangan Timah di lepas pantai.
5.5. Pemecahan Kebijakan Answer Policy.
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan dan analisis AHP, maka diperoleh pola pemanfaatan ruang seperti disajikan pada Gambar 56. hasil analisis tersebut
luas kuasa penambangan timah dalam kawasan daerah aliran sungai DAS yaitu DAS Layang dan DAS Antan seluas 56 097,38 ha; kawasan konservasi 1 558,56
ha; kawasan industri 80 189,27 ha; kawasan perikanan 32 939,26 ha; kawasan pelabuhan di perairan Teluk Kelabat bagian luar, kawasan pariwisata 128,64 ha,
dan kesesuaian untuk budidaya lainnya seluas 26 935,74 ha. Hasil analisis pola pemanfaatan ruang ini tidak lagi ada perbedaan kesesuaian S1, S2 maupun NS
untuk masing-masing peruntukan. Hal ini sudah merupakan penggabungan dari luas kesesuaian S1dan S2 untuk masing-masing peruntukan.
5.5.1. Pengelolaan Sumberdaya
Selanjutnya pendekatan Empat-Bina menurut Dahuri 2000 adalah pendekatan holistik dalam membangun perekonomian wilayah pesisir.
Pendekatan tersebut adalah membina masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dari aspek: manusia, lingkungan, sumberdaya, dan usaha.
• Bina manusia adalah strategi pengembangan sumberdaya manusia, melalui
1 investasi pada modal manusia human capital yaitu dalam pendidikan dan kesehatan, 2 peningkatan kapasitas organisasikelembagaan sebagai suatu
cara untuk mensinergiskan dan memadu kekuatan individu, 3 memperluas dan mengintegrasikan mandat organisasi dan kelompok sehingga efisiensi bisa
dicapai, 4 memperbaiki budaya kerja, dan 5 menghilangkan sifat dan mental negatif yang memasung produktivitas dan menghambat pembangunan.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 57 Kehadiran kapal keruk eksploitasi timah di laut yang menyebabkan terganggunya mata pencaharian nelayan.
• Bina lingkungan merupakan strategi pemberdayaan dan pembinaan
masyarakat pesisir melalui perbaikan lingkungan tinggal, lingkungan dan prasarana produksi serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam menata
dan mengelola lingkungan hidupnya. Strategi ini mencakup hal-hal berikut:
1 meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata ligkungan hidup, baik tempat tinggal mereka maupun habitat atau kawasan tempat
kegiatan ekonomi produktif dijalankan, 2 membangun infrasturktur terutama yan menyangkut kebutuhan masyarakat dalam kegiatan ekonomi, 3
meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial di wilayah pesisir dengan mempertimbangkan kompatabilitas wilayah pesisir dan daya
dukungnya, 4 mengenal sumberdaya serta faktor yang mempengaruhi eksistensinya, dan 5 memperkaya sumberdaya melalui kegiatan pengkayaan
stok ikan dan habitatnya, rehabilitasi, mitigasi bencana, dan mengendalikan pencemaran.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 58 Kehadiran tambang inkonvensional oleh rakyat eksploitasi timah di darat yang menyebabkan pencemaran.
• Bina sumberdaya adalah strategi pemberdayaan dan pembinaan masyarakat
pesisir melalui pelibatan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam pesisir. Kegiatan tersebut meliputi penentuan hak,
kewajiban dan aturan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam pesisir, bina sumberdaya ini adalah upaya untuk menerapkan apa yang dikenal
dengan community-based resource management, yaitu 1 memberikan
konsesi pengelolaan dan pemanfaatan laut dan pesisir, 2 menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal, 3 menerapkan sitem
pemantauan, pengendalian dan pengawasan monitoring, controlling, surveillance
dengan prinsip partisipasi masyarakat, 4 menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli indigenous
technology, 5 membangun kesadaran akan pentingnya nilai strategi sumberdaya bagi generasi kini dan yang akan datang, 5 merehabilitasi
habitan dan memperkaya sumberdaya.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 59 Kehadiran tambang inkonvensional oleh rakyat eksploitasi timah di darat yang menyebabkan pencemaran tambak budidaya ikan.
• Bina usaha meliputi: 1 membangun kemitraan mutualistis diantara sesama
pelaku ekonomi dan melalui kerjasama perusahaan berskala besar, peningkatan akses masyarakat terhadap permodalan yang dapat ditempuh
melalui hubungan langsung antara masyarakat dengan sumber modal, hubungan secara kelompok antara masyarakat dengan sumber modal dengan
atau tanpa jaminan dari pihak ketiga, hubungan antara pengusaha skala kecil secara individu atau secara kelompok dengan pengusaha skala besar atau
BUMN, serta penyatuan kekuatan modal dimiliki rakyat kecil secara individu,
2 meningkatkan dan mempermudah akses terhadap teknologi, pasar dan informasi pembangunan agar berbagai pihak pelaku ekonomi dapat saling
berinteraksi sesuai dengan keterkaitan kebutuhan mereka, 3 meningkatkan ketrampilan usaha, 4 menyediakan peraturan yang menjamin berjalannya
proses pembangunan ekonomi kerakyatan, dukungan pemerintah dalam bentuk pengawasan yang adil ini untuk menjaga terbinanya hubungan baik
dan dapat beroleh manfaat. Lebih lanjut menurut Kartodihardjo dan Hidayat 2000 strategi
pengembangan pariwisata adalah: • Memanfaatkan adanya universal values, seperti hak asasi manusia, demokrasi
dan penyelamatan lingkungan untuk melakukan perombakan masalah struktural dan pembaharuan berbagai kontrak pengelolaan sumberdaya alam
antara pemerintah dan swasta, • Dalam pengelolaan sumberdaya alam, secara tegas tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama dan masyarakat adat, termasuk hukum adat dan adat istiadat perlu dihormati dan dilindungi serta diberi kewenangan yang jelas terhadap
keberadaan sumberdaya alam, • Memperjelas, menyepakati, dan melaksanakan mekanisme partisipasi publik
untuk pengambilan keputusan dan dalam pengelolaan sumberdaya alam, masyarakat mempunyai hak untuk mengakses informasi mengenai
sumberdaya alam. Perlu dibentuk mekanisme pemberian informasi dan partisipasi publik di dalam pengambilan keputusan. Disamping itu juga
diperlukan mekanisme penyelesaian berbagai konflik sosial akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang kini terjadi,
• Mendorong terwujudnya corporate social responsibility tanggungjawab sosial perusahaan di dalam sistem ekonomi dan iklim usaha yang mampu
memberi insentif digunakannya teknologi ramah lingkungan, sistem evaluasi dengan memperhatikan kepentingan lingkungan dan stakeholders,
• Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mendorong tercapainya sistem hukum yang responsif adalah dengan pembuatan peraturan yang melandasi
kegiatan operasional setiap usaha pariwisata yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kepentingan bersama, penataan
kelembagaan yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan pengelolaan sumberdaya alam, termasuk lembaga hukum,
• Mengembangkan obyek wisata dan daya tarik wisata alam yang sesuai dengan pasar meliputi: pengembangan wisata minat khusus, wisata eko, wisata pantai
dan selam, wisata petualangan, wisata pedesaan dan mengembangkan pondok wisata homestay, penginapan kecil dan desa wisata,
• Meningkatkan akses pengusaha kecil, menengah dan koperasi ke pasar, permodalan, managemen dan informasi serta pengembangan pola kemitraan
dalam pengembangan produk wisata dan pelayanan yang mampu bersaing, • Pengembangan sistem standarisasi dan sertifikasi kompetensi sumberdaya
manusia di bidang usaha pariwisata, meningkatkan Sadar Wisata SAPTA PESONA di antaranya melalui media massa dan memperluas jaringan
informasi usaha pariwisata yang terstruktur serta mensinergiskan kesepakatan kerjasama dengan internasional,
• Menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan citra Indonesia sebagai destinasi kelas dunia yang menarik, nyaman dan aman melalui berbagai upaya
promosi yang terarah dan berkelanjutan. Selanjutnya guna meminimalkan dampak negatif, disarankan oleh Bachri
1993: • Pengembangan pariwisata hendaknya menggunakan teknik konservasi
budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata, secara langsung dapat membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan
tradisional misalnya, juga drama, kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur daerah yang hampir punah; selanjutnya buatlah
panduan untuk mengukur keasliannya, terutama jika akan dipertontonkan kepada wisatawan,
• Libatkan masyarakat melalui para pemimpinnya dalam setiap proses pengambilan keputusan perencanaan pengembangan pariwisata di daerah
tertentu agar mereka dapat memberikan sumbangan pikiran tentang jenis pariwisata yang cocok dikembangkan,
• Buatlah suatu ketentuan umum, bahwa atraksi wisata harus didasari aspek budaya dan lingkungan lokal, dan bukan merupakan tiruan atraksi asing,
• Laksanakan program pendidikan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah yang akan dikembangkan, mengenai konsep, manfaat, masalah pariwisata,
serta bagaimana menciptakan hubungan yang baik dengan wisatawan asing yang berbeda latar belakang budayanya, sehingga kontak antara masyarakat
tuan rumah dan pendatang dapat bermanfaat timbal-balik. Pendidikan masyarakat dapat ditempeh melalui berbagai cara dan saluran, misalnya
melalui media massa, komunikasi langsung atau melalui pemuka adat, pemuka agama, pemuka masyarakat dan organisasi sosial lainnya,
• Informasikan kepada wisatawan tentang latar belakang sejarah dan budaya masyarakat yang dikunjunginya, kebiasaannya, cara berpakaian, kode etik
perilakunya, serta hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan lokal, • Berikanlah pelatihan kepada para pekerja setempat agar mereka dapat bekerja
secara efektif di bidang usaha pariwisata, sehingga antara wisatawan dan pekerja akan terjalin hubungan yang menyenangkan tanpa harus menimbulkan
salah pengertian dan konflik; pelatihan harus berisi hal yang berkaitan dengan latar belakang budaya para wisatawan.
Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bangka, kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini
akan dikembangkan jenis-jenis industri berupa: industri pengolahan ikan, industri es batu, industri agar-agar, industri komponen kapal, industri kontainer, industri
instrumen kapal dan industri penunjang lainnya. Penempatan jenis industri didasarkan atas tingkat polusinya, dimana industri dengan tingkat polusi tinggi
akan diarahkan di bagian utara kawasan, sedangkan industri ringan dengan tingkat polusi rendah akan ditempatkan di bagian selatan kawasan bagian dalam yang
berdekatan dengan kawasan pemukiman. Untuk mengantisipasi kemungkinan pengaruh udara dan suara di kawasan industri terhadap lingkungan sekitarnya
maka perlu dibuat suatu kawasan penyangga buffer zone, fungsi zona penyangga yang berbentuk jalur hijau tersebut adalah sarana mencegah dampak lingkungan.
Menurut Kusumastanto 2000 untuk jenis industri pengolahan perikanan adalah : i industri pengolahan dan pengawetan lainnya untuk ikan dan biota air
lainnya seperti tepung ikan, kecap ikan, tepung udang dan sejenisnya; ii industri
pengalengan ikan dan biota perairan lainnya seperti sardencis, udang dan sejenisnya, iii industri penggaramanpengeringan ikan dan biota perairan
lainnya seperti ikan tembang, teri, udang cumi-cumi dan sejenisnya; dan iv industri pemindangan ikan dan biota air lainnya seperti bandeng, tongkol dan
sejenisnya. Pengembangan industri perikanan mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang besar dan diharapkan dapat mengatasi problem pengangguran. Untuk
mendukung pembangunan perikanan berdasarkan pokok pikiran pengelolaan perikanan berwawasan lingkungan, dengan cara menyusun konsepsi sistem tata
ruang, pengembangan perikanan pantai yang mampu berusaha secara berkelanjutan dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan seperti MSY
maximum sustainable yield, pengembangan perikanan berwawasan industrial, dan suatu usaha perikanan yang selalu mengandalkan peningkatan mutu
berkelanjutan Purwanto 2000. Selain itu pemanfaatan keragaman hayati untuk menghasilkan produkproses yang berguna bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya dapat dilaksanakan melalui pengembangan industri bioteknologi, yang memanfaatkan makromikro organisme sebagai biokatalis.
Keragaman hayati perairan meliputi mikroba dan phytoplankton, blue green algae cyanobacteria, green algae, brown algae, red algae, sponges,
coelenterates, bryozoans, molluscs, tunicates, echinodermis untuk menghasilkan
produk maupun proses yang bernilai tinggi melalui pengembangan industri bioteknologi. Secara garis besar menurut Dahuri 2000 industri bioteknologi
yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan keragaman hayati perairan adalah:
• Pengembangan Industri Bahan Alami Laut.
Organime laut tersebut di atas merupakan sumber bahan aktif dan bahan kimia yang sangat potensial. Dari biota laut tersebut dapat dihasilkan
berbagai bahan lain untuk industri farmasi seperti anti tumor, anti kanker, anti biotik, anti inflammatory, bidang pertanian fungisida, pestisida, growth,
stimulator, industri kosmetik dan makanan seperti zat pewarna alami, biopolisakarida. Dalam mengembangkan industri ini diperlukan strategi
untuk mengumpulkan, membudidayakan serta menyeleksi biota laut yang mampu menghasilkan bahan alami yang diinginkan Dahuri et al. 1996
• Pengembangan Bioproses Untuk Pengendalian Pencemaran dan Produksi Energi.
Pengembangan teknik bioremediasi, dengan memanfaatkan organisme laut merupakan solusi yang aman untuk mengatasi pencemaran. Salah satu
contoh produk industri bioteknologi formula medium nutrien untuk mikroorganisme yang mampu mendergadasi komponen minyak bumi.
Nutrien tersebut merupakan formula yang dapat digunakan untuk pendispersi minyak dalam proses degradasi minyak dan berguna untuk bioremediasi
tumpahan minyak di pantai. Pemanfaatan cyanobacteria blue green algae selain untuk
meningkatkan kesuburan tanah pertanian melalui fiksasi nitrogen juga membuka peluang penelitian untuk memanfaatkan sebagai organisme
pengkonversi energi surya pada skala industri. Fotosistesis cyanobacteria menghasilkan oxygen dari air, sementara nitrogen fiksasi menghasilkan
hidrogen dan amonia secara simultan sebagai hasil dari reaksi nitrogenase. Dalam kondisi tanpa nitrogen udara, produksi hidrogen akan meningkat, oleh
karena itu, cyanobacteria dapat mempengaruhi pemecahan molekul air menjadi oksigen dan hidrogen dengan adanya energi cahaya.
• Pengembangan Produk untuk Pengendalian “Biofouling”.
Biofouling yang menyebabkan kerusakan pada peralatan yang
beroperasi di daerah pesisir dan lautan merupakan masalah yang serius dan menyebabkan kerugian sangat besar. Biofolling disebabkan karena bioflm
yang dihasilkan oleh organisme laut. Saat ini teknik yang banyak diaplikasikan untuk pencegahan biofouling adalah melapisi peralatan dengan
anti-fouling yang biasanya menggunakan bahan beracun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan pesisir dan lautan. Mengatasi
permasalahan tersebut, industri bioteknologi dapat dikembangkan untuk menghasilkan bahan alami anti fouling yang dapat diaplikasikan untuk
pencegahan fouling melalui pemanfaatan Ulva fasciata green algae atau Zotra marina eelgrass
. Bahan aktif yang dihasilkan kedua organisme tersebut bersifat aktif terhadap bakteri, spora alga dan cacing laut.
• Pengembangan Industri Bioteknologi untuk Mendukung Sistem Budidaya.
Pengembangan industri bioteknologi untuk mendukung sistem budidaya meliputi industri pembenihan untuk menghasilkan benih unggul melalui
manipulasi genetik dan hormonal. Bioteknologi dapat juga diterapkan untuk menilai dan memperbaiki kesegaran, warna, rasa, tekstur dan kandungan
nutrisi produks perikanan. Contoh sederhana penerapan teknologi untuk memperbaiki produk perikanan yaitu pemanfaatan zeaxanthin yang dihasilkan
oleh bakteri laut Achromonas sp. Untuk memperbaiki warna ikan hias. Selain itu teknologi praktis juga telah dapat dikembangkan untuk menditeksi dan
mencegah racun, kontaminasi dan residu zat berbahaya pada produk perikanan.
Selain industri berbasis kelautan seperti tersebut diatas, Teluk Kelabat yang sangat penting adalah industri pembangunan kapal. Menurut Aunuddin
et al. 2001 industri pembangunan kapal meliputi industri galangan kapal,
industri pemeliharaan dan perbaikan kapal, dan industri penunjang. Industri galangan kapal diantaranya pembangunan jenis kapal niaga, kapal ikan dan
kapal untuk tujuan lainnya. Industri pemeliharaan dan perbaikan kapal, disamping untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan kapal, seperti
elektronik, perbengkelan, listrik dan layanan lainnya, juga dirasakan perlunya peningkatan produktivitas kapal dengan memasukkan teknologi dan peralatan
modern, seperti peralatan pendeteksi kondisi perairan dan perikanan. Sedangkan industri penunjang dibangun sebagai pendukung dari industri
galangan kapal dan industri pemeliharaan dan perbaikan kapal berupa bahan- bahan pembangunan kapal, permesinan, peralatan, cat dan komponen-
komponen seperti pelat baja, rantai jangkar, tali kabel, jangkar, mesin utama, genset, main switch board, radio, mesin kulkas, hatch cover, dan lain
sebagainya. Untuk merangsang pertumbuhan industri penunjang supaya dapat bersaing di pasar dunia, maka yang perlu mendapat perhatian termasuk
keterlibatan pemerintah adalah penetapan standarisasi, keterkaitan dengan pihak prinsipal atau pemilik merek terhadap komponen yang dirakit
berdasarkan lisensi dan peningkatan kemampuan teknis sesuai dengan kualifikasi khusus peralatan tersebut.
Perkapalan dan sistem pelabuhan sangat penting untuk pengembangan sumberdaya alam laut dan pesisir, mendorong pembangunan ekonomi,
mengurangi biaya perdagangan dan meningkatkan ekspor. Perhubungan laut sangat penting bagi daerah kepulauan yang merupakan penghubung utama
dalam sistem perhubungan, menyediakan kontak antara transportasi darat dan laut. Mereka merupakan pusat bagi pengembangan industri. Pembangunan
suatu pelabuhan baru merupakan perangsang utama bagi pemanfaatan sumberdaya di daerah sekelilingnya Mochtar et al. 1998. Kegiatan
pelabuhan sebagai pintu keluar masuknya bahan baku maupun produk Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus pada masa mendatang akan
ditempatkan dibagian kawasan sebelah timur, sehingga tidak langsung berinteraksi dengan kawasan pariwisata Tanjung Penyusuk yang berada
disebelah Barat. Penggunaan lahan pada zona pelabuhan ini akan terdiri dari blok pelabuhan bongkar muat, blok pembangkit listrik tenaga uapgas bumi,
blok terminal penimbunan batubara dan biji besi serta blok penampungan sementara limbah B3 Bahan Beracun Berbahaya, dengan arahan sebagai
berikut: • Fungsi pelabuhan pada blok pelabuhan sebagai kawasan yang akan
menunjang kegiatan bongkar muat bahan baku maupun produk industri yang dihasilkan oleh kawasan Teluk Kelabat tersebut. Pelabuhan ini selain
dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya, juga dilengkapi dengan fasilitas pergudangan dan terminal penumpukan barang peti kemas.
• Blok pembangkit listrik tenaga uapgas akan berisi kegiatan yang berhubungan dengan prasarana pembangkit energi untuk kawasan industri.
• Terminal batubara digunakan sebagai tempat penampungan batubara yang berasal dari PT. Bukit Asam Tanjung Enim sebelum digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga uapgas bumi sebagai bahan bakar, mengingat rawan bahaya kebakaran dari bahan batubara ini, maka terminal ini hendaknya
cukup terjaga dengan baik. Sedangkan terminal biji besi digunakan untuk menampung biji besi yang akan digunakan sebagai bahan baku industri
galangan kapal yang akan dikembangkan di kawasan Teluk Kelabat. • Limbah B3 Bahan Beracun Berbahaya yang dihasilkan oleh kegiatan
industri akan ditampung pada blok penampungan sementara limbah B3 dalam
kawasan, sebelum dikirim melalui jalur laut ke pusat pengolahan limbah B3 yang berada di Citeureup Bogor. Lokasi penampungan limbah B3 sementara
ini harus jauh dari perumahan mengingat tingkat resiko bahaya yang dikandungnya.
Selanjutnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan di atas dan guna menertibkan serta sekaligus menyediakan perikanan, selayaknya pada pusat
kawasan dibangun perumahan. Pembangunan perumahan pada kawasan adalah sebagai tempat hunian dimaksudkan akan memberikan kemudahan dalam
menjangkau fasilitas dalam pusat kawasan. Selain sebagai tempat hunian pada daerah ini juga disediakan zona komersial dan zona terbuka. Zona komersial atau
pusat perbelanjaan ini berskala lokal kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan fasilitas yang menunjang kegiatan industri dalam kawasan.
Fasilitas penunjang komersial ini baik berhubungan langsung dengan dengan kegiatan industri seperti fasilitas perkantoran maupun fasilitas yang tidak
berhubungan langsung seperti sekolah, bioskop dan pasar. Pada zona ini terdiri dari pertokoan, perkantoran, sarana olah raga fitnes center, terminal dan pasar,
bioskop, klinik kesehatan, dan kantor pelayanan umum lainnya. Zona ini diarahkan pengembangannya sebagai salah satu daya tarik kawasan, sehingga
investor menjadi tertarik atau berminat mengembangkan usaha industrinya pada kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini. Sentral
kawasan industri yang terdiri dari fasilitas gedung perkantoran, bank, pemadam kebakaran, olahraga dan lainnya ditempatkan ditengah-tengah kawasan dengan
maksud agar efisien dan efektif dalam pencapaiannya. Pola pengembangan perikanan pantai menurut Kusumastanto 2000
merupakan bagian dari Pola Pembangunan Berkelanjutan maka menurut kerangka pembangunan berkelanjutan tersebut, bahwa suatu kegiatan pembangunan
dinyatakan berkelanjutan, jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu
kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital capital maintenance, dan penggunaan sumberdaya serta
investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara
daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati biodiversity. Sementara itu, keberlanjutan secara sosial
mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan. Pola pengembanganperikanan sebagai bagian dari Pola Pembangunan
Berkelanjutan di atas, dalam perspektif ekonomi kerangka pikir ekonomi, maka tujuan ekonomis dapat disederhanakan menjadi pertumbuhan dan efisiensi ekonomi,
tujuan ekologis menjadi pengelolaan sumberdaya alam guna pengembangan industri, dan tujuan sosial menjadi pengentasan kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan tanpa menghilangkan fungsi lingkungan alam. Pembangunan kawasan Teluk Kelabat diupayakan dapat menciptakan
lingkungan yang sehat teratur, aman serta efisien dengan memberikan fasilitas dan pelayanan yang memadai, tepat dan memenuhi persyaratan. Demikian pula
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan fungsi yang diemban oleh kawasan, dengan memperhatikan kaidah-kaidah serta norma-norma yang berlaku.
Perencanaan Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus merupakan kebijakan pemanfaatan ruang yang disusun dan ditetapkan
berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah jangka panjang sebagaimana tertuang dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangka. Perencanan tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan perwujudan ruang kawasan dalam rangka pelaksanaan program
pengendalian pembangunan fisik kawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya kesesuaian lokasi Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan
Belinyu dan kecamatan Jebus dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka berarti tidak ada hambatan dalam aspek legalitas, dan juga menjamin
kelayakan lokasi bagi investor.
5.5.2. Rencana Zoning Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus
Pembagian zoning dimaksudkan untuk memudahkan proses identifikasi
kawasan serta analisis kawasan. Dasar pertimbangan penentuan zoning dalam
kawasan industri adalah pengembangan kegiatan fungsional pada masing-masing zona, serta hubungan keterkaitan antara masing-masing kegiatan yang merupakan
elemen penting yang akan dikembangkan dalam Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus. Dimana peruntukan zoning tersebut
akan dikembangkan terintegrasi dengan kondisi eksisting serta rencana penggunaan lahan.
Dalam pembagian zoning kawasan ini juga dipertimbangkan hal-hal seperti batas fisik, kesamaan fungsi kegiatan, keterjangkauan pelayanan fasilitas dan
efektifitas jangkauan Amien 1997. Zona-zona kegiatan fungsional yang akan dikembangkan di dalam Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan
kecamatan Jebus ini meliputi: i zona pariwisata, ii zona industri, iii zona pelabuhan, dan iv zona perikanan . Selain zona kegiatan utama, terdapat juga
zona pendukung yang meliputi: i zona komersial, ii zona penyangga, dan iii zona rekreasi dan ruang terbuka.
5.6. Sintesis Tahap 2
Kawasan Pesisir Teluk Kelabat memiliki ketersedian air bersumber dari air permukaan, air kolong bekas penambangan timah dan sungai. Selain itu wilayah
ini memiliki kondisi tidak tergenang dan kondisi rawan bencana sangat rendah sampai ringan.
Zona pariwisata berada pada tapak kawasan wisata Tanjung Penyusuk. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka kawasan ini telah ditetapkan
sebagai daerah pengembangan kawasan andalan pariwisata. Zona pariwisata ini terletak pada bagian utara dari rencana kawasan industri dan pelabuhan. Bila
dikaji karakter arah angin, lokasi zona pariwisata tersebut sudah tepat, dimana arah angin dari kawasan industri tidak mengarah ke kawasan pariwisata. Dengan
demikian kemungkinan besar zona pariwisata terlindungi dari kemungkinan polusi. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari karakter arah angin sebagai berikut:
• Bulan Agustus – April : arah angin dari barat laut ke tenggara • Bulan April – Juni : arah angin tidak menentu
• Bulan Juni – Agustus : arah angin dari tenggara ke barat laut
Zona pelabuhan terletak pada zona yang terjauh dari zona pariwisata ke arah selatan. Adanya bekas dermaga di kawasan perencanaan, tepatnya di Tanjung
Mantung. Menurut Amien 1997 pemilihan suatu lokasi sebagai kawasan pelabuhan
sebaiknya memiliki suatu areal minimal, sehingga pengembangannya pada masa yang akan datang tidak menghadapi banyak kendala. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ukuran luas kawasan pelabuhan didasarkan pada jenis kapal yang akan berlabuh pada pelabuhan tersebut. Berdasarkan jenis dan peruntukan
suatu pelabuhan, maka dapat diperkirakan kebutuhan luas lahan minimal untuk pengembangannya adalah sebagai berikut:
• Pelabuhan Samudera luar negeri adalah berupa tipe pelabuhan peti kemas container port. Pada tipe ini dikenal apron yang menjadi suatu bagian
dengan tempat penimbunan terbuka yang luas open space area, yang diperlukan untuk pergerakan peti kemas. Peti kemas ini berfungsi pula
sebagai gudang yang dapat dipindahkan. Panjang dermaga untuk satu kapal peti kemas adalah 200 – 250 meter, dengan luas lapangan terbuka adalah lebih
besar dari 4 hektar. • Pelabuhan Nusantara dalam negeri membutuhan areal lahan yang
dipergunakan untuk apron depan selebar minimum 3 meter, gudang terminal selebar minimum 60 meter, apron belakang selebar minimum 3 meter, tempat
parkir selebar minimum 12 meter, dan jalan selebar minimum 8 meter. Atau total lebar yang dibutuhkan dari garis pantai adalah minimum 86 meter. Untuk
panjang dermaga tergantung perencanaan jumlah kapal yang dapat berlabuh bersamaan. Jika diambil contoh panjang dermaga yang dibutuhkan adalah
1000 meter, maka luas areal yang dibutuhkan adalah minimal 1000 m x 86 m = 86.000 m2, atau sama dengan 8,6 hektar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka zona pelabuhan minimal untuk melaksanakan aktivitas pelabuhan saja adalah seluas 12,6 hektar. Sementara pada
kawasan Teluk Kelabat ini, selain aktivitas pelabuhan, juga untuk menunjang aktivitas industri pada zona pelabuhan tersebut. Aktivitas lainnya yang terjadi
pada zona pelabuhan seperti terminal penimbunan batubara dan biji besi, penampungan sementara limbah bahan beracun berbahaya B3, pembangkit
listrik tenaga uapgas bumi, instalasi pengolahan limbah dan pembuangan limbah padat. Dengan mempertimbangkan aktivitas-aktivitas tersebut dan pengembangan
pelabuhan di masa mendatang, maka kebutuhan ruang areal pada zona pelabuhan ini direncanakan seluas 50 hektar. Zona pelabuhan ini diletakkan dibagian
kawasan sebelah selatan, sehingga tidak langsung berinteraksi dengan kawasan pariwisata Tanjung Penyusuk yang berada di sebelah utara.
Mengingat fungsi kawasan sebagai kawasan industri maka zona industri merupakan zona utama dalam kawasan Teluk Kelabat. Berdasarkan luasan
kavling dan jenis industri yang akan dikembangkan pada Kawasan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini, maka zona industri dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu kavling industri tipe besar, kavling industri tipe sedang, dan kavling industri tipe kecil, adapun uraian masing-masing tipe kavling adalah
sebagai berikut: 1 Blok kavling besar, yaitu untuk menampung kegiatan industri berat dan
menengah dengan tingkat potensi pencemaran yang tinggi, maka kavling ini diletakkan pada bagian timur kawasan, serta memiliki akses yang tinggi
terhadap pelabuhan. Pada blok kavling besar ini ukuran kavling industri yang direncanakan adalah sekitar 3 hektar.
2 Blok kavling sedang, yaitu untuk menampung kegiatan industri menengah dengan tingkat potensi pencemaran sedang. Kavling ini akan diletakkan di
bagian tengah kawasan dekat dengan pusat kawasan, serta memiliki akses yang cukup terhadap pelabuhan. Pada blok kavling ukuran sedang ini ukuran
kavling industri yang direncanakan adalah sekitar 2 hektar. 3 Blok kavling kecil, yaitu untuk menampung kegiatan industri menengah dan
kecil, dengan tingkat potensi pencemaran rendah. Kavling ini akan diletakkan di bagian tengah kawasan. Pada blok kavling kecil ini ukuran kavling industri
yang direncanakan adalah sekitar 0,5 hektar. Proporsi luas kavling industri ukuran besar: kavling industri ukuran sedang:
kavling industri ukuran kecil, adalah: 3 : 2 : 1. Pada areal zona industri direncanakan luas areal kavling ukuran besar 150 hektar, luas areal kavling
ukuran sedang 100 hektar serta luas areal kavling ukuran kecil 50 hektar. Secara
keseluruhan luas areal zona industri pada Kawasan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini adalah sekitar 300 hektar.
Zona pendukung berikutnya adalah zona penyangga. Zona penyangga buffer zone merupakan zona yang direncanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan pengaruh udara dan suara di kawasan industri terhadap lingkungan sekitarnya. Fungsi zona penyangga yang berbentuk jalur hijau tersebut adalah
sarana mencegah dampak lingkungan dalam merencanakan tata ruang kawasan Teluk Kelabat yang berwawasan lingkungan sustainable approach. Adanya jalur
atau sabuk hijau yang melingkari kawasan Teluk Kelabat tersebut akan meredam dampak polusi bagi lingkungan kehidupan masyarakat sekitarnya dan juga bagi
kegiatan pariwisata. Zona penyangga berupa sabuk hijau ini direncanakan ditempatkan melingkari kawasan Teluk Kelabat sampai kepada zona rekreasi dan
ruang terbuka. Untuk kebutuhan ruang areal zona penyangga ini direncanakan areal seluas sekitar 100 hektar.
Selain zone penyangga ini, untuk menjaga lingkungan pantai dan ekosistem di dalamnya agar tetap terjaga dan berfungsi sebagaimana mestinya, maka perlu
dibuat sempadan pantai. Sempadan pantai ini merupakan daerah bebas dari aktivitas kegiatan Teluk Kelabat kecuali aktifitas pelabuhan. Sempadan pantai
ditempatkan melingkari kawasan Teluk Kelabat di sepanjang pesisir pantai dengan jarak 130 meter kali perbedaan pasang tertinggi dan surut terrendah laut
yang ditarik kearah daratan dari titik pasang tertinggi air laut Bengen 2001. Sebaiknya diantara kawasan Teluk Kelabat dengan sempadan pantai ditanami
dengan tumbuhan seperti cemara. Hal ini dimaksudkan selain untuk meredam suara dan kemungkinan polusi udara yang berasal dari kegiatan industri, juga
menambah keindahan pantai.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Aksessibilitas kawasan, khususnya keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan kriteria yang menjadi prioritas utama dalam penetapan lokasi.
Pemilihan lokasi yang menjadi pusat-pusat kegiatan dengan mempertimbangkan nilai ekonomi yang tinggi. Pendekatan dengan teori perdagangan dan teori lokasi
dapat diwujudkan dalam metode analisis perencanaan tata ruang regional kepulauan, misalnya dalam usaha meminimalkan biaya transportasi.
2. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan dengan Geografic Information System dan analisis AHP, maka diperoleh pola pemanfaatan peruntukan ruang masing-
masing kegiatan. Luas kuasa penambangan timah dalam kawasan daerah aliran sungai DAS yaitu DAS Layang dan DAS Antan seluas 56097,38 ha; kawasan
konservasi 1558,56 ha; kawasan industri 80 189,27 ha; kawasan perikanan 32939,26 ha; kawasan pelabuhan di perairan Teluk Kelabat bagian luar, kawasan
pariwisata 128,64 ha, dan kesesuaian untuk budidaya lainnya seluas 26935,74 ha. Hasil analisis pola pemanfaatan ruang ini tidak lagi ada perbedaan kesesuaian
S1, S2 maupun NS untuk masing-masing peruntukan. Hal ini sudah merupakan penggabungan dari luas kesesuaian S1dan S2 untuk masing-masing peruntukan.
3. Berdasarkan analisis manfaat terhadap pemanfaatan ruang Teluk Kelabat: • Gabungan para pelaku Pemerintah, Swasta dan Masyarakat memprioritaskan
pembangunan bidang ekonomi 0,577 dengan memperhatikan aspek sosial 0,179 dan lingkungan 0,133.
• Pemerintah memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,567 dengan memperhatikan aspek Sosial 0,155.
• Swasta memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,588 dengan memperhatikan aspek Sosial, dan
• Masyarakat memprioritaskan pembangunan aspek ekonomi 0,537 dengan memperhatikan aspek sosial 0,339.
4. Berdasarkan analisis manfaat, baik gabungan para pelaku 0,455, maupun pemerintah 0,401, swasta 0,425 dan masyarakat 0,588 memprioritaskan
kegiatan sektor perikanan, lalu diikuti kegiatan Industri, pariwisata dan pelabuhan dalam pengelolaan Kawasan Pesisir Teluk Kelabat. Pembangunan
perikanan mengarah kepada pengembangan keunggulan kompetitif perikanan terpadu, yaitu “Integrated Resource-based maritim” yang dibangun melalui
penerapan IPTEK dan manajemen profesional. 5. Berdasarkan analisis manfaat dan biaya terhadap Pengelolaan Kawasan Pesisir
Teluk Kelabat: • Gabungan para pelaku memprioritaskan pembangunan sektor perikanan
0,455. • Pendapat Gabungan Pemerintah memprioritaskan pembangunan sektor
perikanan 1,598 dan pelabuhan 1,025. • Swasta memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 1,00 dan industri
1,098. • Masyarakat memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 1.024 dan
industri 1,024. 6. Penggunaan lahan pada Kawasan Pesisir Teluk Kelabat dimanfaatkan untuk
kegiatan utama, yaitu Perikanan, industri,pariwisata, dan pelabuhan.Selain itu dimanfaatkan untuk kawasan penyangga yang berbentuk jalur hijau guna
mengantisipasi dampak lingkungan. 7. Wilayah pesisir Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu masih memiliki kesesuaian
lahan untuk industri, perikanan, pariwisata, dan pelabuhan dengan perincian: • Kesesuaian lahan industri, sangat sesuai S1 seluas 17701,08 ha 13,32
berada di sebagian dari Kelurahan Air Jukung, Kelurahan Kuto Panji, sebelah barat Kelurahan Mantung Kelurahan Bukit Ketok Kecamatan Belinyu
termasuk wilayah DAS Layang serta sebagian kecil di di utara Desa Telak
Kapit, bagian utara Desa Semulut di pesisir timur Kecamatan Jebus. Lokasi yang sesuai terbatas S2 seluas 72737,79 ha 54,74 berada sebelah
selatan di desa Gunung Muda, sebelah selatan desa Ridingpanjang, dan sebagian besar di Kelurahan Air Jukung serta sebagian kecil sebelah barat
Kelurahan Kuto Panji Desa-desa tersebut berada di Kecamatan Belinyu DAS Layang.
• Kesesuaian lahan pariwisata, sangat sesuai S1seluas 600.67 ha 0.45 , berada di sebagian Desa Romodon Tanjung Penyusuk pesisir barat air Jukung
sebelah barat Kelurahan Mantung, Kecamatan Belinyu DAS Layang. Sedangkan Kondisi lahan sangat sesuai di Kecamatan Jebus DAS Antan
berada di sebagian kecil pesisir timur desa Bakit dan sebelah pesisir utara desa Semulut serta pesisir timur desa Telak Kapit yang memanjang dari utara
sampai sebelah tenggara pesisir. Lokasi yang sesuai terbatas S2 seluas 533,66 ha 0.40 berada di Pesisir barat kelurahan Mantung, sebagian kecil
pessir barat kelurahan Air Jukung sebagian besar sebelah selatan Desa Riau SilipLumut .
• Kesesuaian lahan bagi pemanfaatan pelabuhan, lokasi yang sangat sesuai seluas
7456,735
ha 22.63 dari luas Perairan Teluk Kelabat kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus seluas 32939,26 ha terletak sebagian besar di
kelurahan Mantung kecamatan Belinyu, lokasi yang sesuai terbatas seluas 20,688 ha 0.0628 terletak di pesisir pantai desa Telak Kapit, sebagian
pesisir Semulut bagian utara serta sebelah utara desa Bakit kecamatan Jebus, dan lokasi yang tidak sesuai seluas 25461,617 ha 77.29
• kesesuaian perairan bagi pemanfaatan budidaya perikanan , lokasi yang sangat sesuai seluas 21977.42 ha 50.06 dari luas perairan Teluk Kelabat
kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus daerah perairan yang sangat sesuai sebagian besar berada disebelah utara teluk Kelabat bagian luar, dari sebelah
selatan Tanjung Ru sampai sebelah utara Tanjung Meliala Kecamatan Jebus bagian timur. Lokasi perairan yang sangat sesuai di Pesisir Kecamatan
Belinyu dari sebelah selatan Tanjung Mantung sampai sebelah utara Tanjung Penyusuk.
6.2. Saran
1. Eksploitasi timah di kuasa penambangan yang umur masa pakainya 30 tahun sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral cq
Direktur Jenderal Pertambangan Umum harus sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan ramah lingkungan dan kelestarian alam.
2. Pemanfaatan Kawasan pesisir Teluk Kelabat diprioritaskan pada pembangunan ekonomi dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan teknologi.
Pengembangan kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi berorientasi kepada pasar Internasional memberikan nilai tambah melalui proses pengolahan bahan mentah
yang memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Berdasarkan sisi manfaatnya, sebaiknya kegiatan pembangunan industri perlu
dipacu dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir seefisien mungkin serta mengantisipasi dampak lingkungan dan sosial budaya, melalui program-program
seperti; AMDAL, sadar lingkungan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknologi guna mempersiapkan tenaga kerja yang dapat bersaing
secara global, kemudian penjalinan kerjasama dan kemitraan diantara pelaku ekonomi pengusaha dan masyarakat baik dari segi modal, proses produksi
maupun pemasaran, serta memperkuat home industry dengan tetap mempertahankan kekuatan unsur kekhasan tradisional yang sudah diminati dan
dikenali masyarakat di dalam maupun di luar daerah. Adanya otonomi daerah maka perlu didorong kegiatan yang bersifat kerjasama yang saling
menguntungkan antar daerah dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan.
4. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat perlu dikembangkan dalam kerangka pembangunan dan pemanfaatan ruang kawasan dengan memperhatikan
pelestarian budaya, dan memelihara citra yang baik. 5. Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan menjaga keharmonisan spasial
keruangan Kawasan pesisir Teluk Kelabat, maka peletakan peruntukan kegiatan harus mengacu kepada tata letak yang direncanakan sesuai dengan spesifikasi
atau pola kegiatan dan daya dukung lahan. Laju pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan pulih, dan resultante dampak
negative yang ditimbulkan tidak melebihi kemampuan kawasan pesisirlaut untuk menetralisirnya. Sementara itu penyusunan tata ruang harus menggunakan
pendekatan partisipatif berbasis masyarakat: • Melibatkan segenap stakeholders, yaitu instansi pemerintah, swasta,
masyarakat, LSM, kalangan Perguruan Tinggi, dan lainnya. • Menggunakan musyawarah, “Public Hearing” dan media partisipatif lainnya.
• Hak adattradisional harus diadopsi dalam tata ruang.
6.3. Rekomendasi
Berdasarkan analisis manfaat dan biaya terhadap Pengelolaan Kawasan Pesisir Teluk Kelabat:
1. Gabungan para pelaku stakeholder memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 0,455 artinya lebih besar score dari masing-masing persepsi
Gabungan dari Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat. 2. Swasta memprioritaskan pembangunan sektor perikanan 1,00 dan industri
1,098, maka peneliti merekomendasikan kawasan Teluk Kelabat layak untuk
dikelola sebagai kawasan industri perikanan terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja K, Hikmat H. 2001. Participatory Research Appraisal Dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat. Bandung: Humaniora
Utama Press. Aguero M and Flores S. 1996. Valuation Cencepts and Techniques with Applications
to Coastal Resources in Valuation of Tropical Coastal Resources: Theory and Application of Linnier Programming
Edition, Annabelle Cruz Trinidad, United Nation Economic Commission for Latin America and
The Caribbean ECLAC, Manila, Phillipines. pp9-16. Ali EM. 2000. Prospek Pengembangan Industri Maritim di Kabupaten Bangka.
Sungailiat: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka. Amien AP. 1997. Penyusunan Konsep Tata Ruang Kawasan Pantai. Jakarta:
Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Anonimous. 2002. Laporan Akhir Penelitian Sumber Daya Kelautan di Kawasan Pengembangan dan Pengelolaan Laut Cina Selatan, Khususnya Perairan
Bangka, Belitung dan Kalimantan Barat Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, Jakarta : 102 hal.
Anonimous. 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan Lingkungan Hidup 1988. Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kep-02MENKLH1988. Sekretariat Negara, Jakarta. 57 hal.
Anonimous. 2002. Peraturan Daerah No 11. Pemerintah Kabupaten Daerah Bangka Tahun 2002 Tentang Kawasan Industri Terpadu di Teluk Kelabat.
Ariens EJ, Mutschler E, dan Simonis AM. 1986. Pengantar Toksikologi Umum. Gajah Mada University Press hal.
Aronoff S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. Otawa Canada: WDL Publication.
Arsy OMF. 1997. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Departement Physical Geography Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.
ASTM. 1992. Standard Methods for Conducting Static Acute Toxicity Tests with Larvae of Four Species of Bivalve Mollucs. In
: Annual book of ASTM Standards, Water and Environmental Technology
, vol. 11.04. American Society for Testing Materials, Philadelphia, Pennsylvania, p. 259-275.
Atlas RM and Bartha. 1973. Abundance, Distribution and Oil Biodegradation Potential of Microorganism in Raritan Bay. Environmental Pollution
. 4 : 180 – 209
Atlas RM. 1995. Petroleum Degradation and Oil Spill Bioremediation. International Conference on Marine Pollution and Ecotoxicology,
22 - 25 January 1995. Hongkong.
Aunuddin 2001. Penyusunan Kegiatan Investasi, Pembentukan Pokmas, Pelatihan dan Penguatan Kelembagaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan dan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Azis IJ. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Aziz A dan Darsono P. 1997. Beberapa Catatan Mengenai Fauna Ekhinodermata di Daerah Rataan Terumbu Bagian Selatan Gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau
Seribu, dalam : PRASENO, D.P. Eds., Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II. Puslitbang Oseanologi -LIPI, Jakarta : 72 - 77.
Aziz A, Aswandy I dan Giyanto.1998. Pengamatan komunitas krustasea dan ekhinodermata bentik di Teluk Jakarta. Lingkungan Pembangunan 18
1 : 61 - 73. [BAKOSURTANAL] Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 1994.
Integrasi Citra Inderaja dan SIG. Study di Teluk Saleh, Pulau Sumbawa. Laporan Penelitian.
Bachri TB.1993. Dampak Sosial – Budaya Kegiatan Pariwisata. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota No. 7 Triwulan IMaret 1993 ISSN 0853-9847.
Lembaga Penelitian Perencanaan Wilayah dan Kota LPP – ITB, Ikatan Ahli Perencanaan IAP, Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknil
Institut Teknologi Bandung. Halaman 28 – 31. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 1996. Profil Kelautan Nasional. Jakarta:
Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Bandung dan BPPT.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka. 2001. Data Pokok Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2000. Sungailiat:
BAPPEDA Kabupaten Bangka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka. 2000. Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 1999-2009. Sungailiat: BAPPEDA Kabupaten Bangka.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka. 2001. Bangka Dalam Angka. Sungailiat: BPS dan BAPPEDA Kabupaten Bangka.
Barnes RSK. 1974. Estuarine Biology. In : Studies in Biology No. 49. Edward Arnold Ltd. pbl. London, 76 pp.
Beatley T, Brower DJ and Schwab AK. 1994. An Introduction to Coastal Zone Management.
Island Press, Washington, DC. Bengen DG 2001. Identifikasi Permasalahan Pola Pergeseran Sistem Pengelolaan
dari Rejim Sentralistik kepada Otonomi Daerah. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisi dan Lautan IPB dan Departemen Kelautan dan
Perikanan. Bengen DG. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik
Sumberdaya pesisir. Bogor: PKSPL-IPB.
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Lautan. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Bennekom AJ, Berger G, Helder W and De Vries. 1978. Nutrient distribution in the Zaire estuary and River Plume.
J. Sea Res, 12 : 296 – 323. Brown BE. 1997. Integrated Coastal Management ; South Asia. Departement of
Marine Science and Coastal Management, University of New Castle, New Castle upon Tyne, United Kingdom. 200 hal.
Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Cerri RD. 1983. The Effect of Light Intensity on Predator and Prey Behavior in Cyrinid Fish: Factor that Influence Prey Rish.
Journal Animal Behavior. London: Bailliare Tindall. Vol. 31 3: 736-742.
Chambers R. 1996. Participatory Rural Appraisal Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.
Chanlett ET, Parker DE, Mc Clain EP, Grava S and Natusch DFS. 1980. Encyclopedia of Environmental Science
. 2
nd
Edition, Sybil P. Parker Ed. New York McGraw-Hill Book Co. 858 p.
Chapman PM. 1981. Measurements of The Short-Term Stability of Interstitial Salinities in Subtidal Estuarine Sediments
. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 12 : 67 - 81.
Choe KY, Gill GA and Lehman R. 2003. Distribution of Particulate, Colloidal, and Dissolved Mercury in San Fransisco Bay Estuary
: 1. Total Mercury. Limnology and Oceanography. Vol. 48 4: 1535-1546.
Clark J. 1974. Coastal Ecosystem, The Conservation Foundation, Washington DC. 178 p.
Clark JR. 1996. Coastal Zone Management Hand Book. Florida: Lewis Publishers. Collier BD, Coxs GW, Johnson AW, and Miller PC. 1973. Dynamic Ecology.
London: Printice Hall, Inc. Engelwood Cliff. 563 p.