b. Berangkat Orang
169.42861,65 105.37438,35
274.802 2
Arus Kapal Unit
51.94795,28 2.5754,72
54.522 3
Arus Barang BongkarImpor
Ton 2.829.01399,91
2.4130,09 2.831.426
MuatEkspor Ton
2.480.26099,925 2.0690,08 2.482.329
Sumber: Ali. 2000.
4.3.3. Keadaan industri maritim
4.3.3.1. Industri kapal dan sejenisnya
Industri kapal bajagalangan kapaldoking perkapalan di Kabupaten Bangka telah berkembang dengan baik. Lokasi industri kapal tersebut berada di Selindung
Kecamatan Pangkalan Baru dan Air Kantung Kecamatan Sungailiat dengan jumlah industri sebanyak 7 buah. Industri ini sebagian besar memanfaatkan tenaga lokal, dan
bahan bakunya sebagian berasal dari luar daerah seperti plat baja, cat, kawat las dan lainnya. Perkembangan industri ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 20. Volume dan nilai produksi industri kapal baja
Tahun Volume Produksi
Unit Nilai Produksi
Jutaan Rp 1996
72 6.405
1997 69
9.558 1998
69 6.040
1999 93
6.828 Sumber: Ali. 2000.
Industri kapal kayugalangan kapal rakyat yang membuat kapal-kapal kayu untuk pelayaran lokal antar pulau dan kapal nelayan untuk penangkapan ikan ternyata
lebih cepat berkembang. Industri ini berlokasi di Bangka Kota Kecamatan Payung, Koba dan Lepar Pongok dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal dan bahan lokal
berupa kayu dan papan. Perkembangannya sebagai berikut.
Tabel 21. Jumlah industri, volume dan nilai produksi industri kapal kayu
Tahun Jumlah Industri buah
Volume Produksi buah Nilai Jutaan Rp
1996 43
142 1.646
1997 47
158 2.018
1998 52
178 2.588
1999 58
202 2.922
Sumber: Ali. 2000.
Industri yang berkaitan dengan perkapalan ini adalah industri chatodic protection,
yaitu bahan anti karat pada kapal atau kerangka besibaja lainnya yang dipergunakan di laut. Industri ini sudah lama berdiri di Kabupaten Bangka yaitu di
Selindung Kecamatan Pangkalan Baru sebanyak satu buah dengan volume dan nilai produksi sebagai berikut:
Tabel 22. Volume dan nilai produksi industri chatodic protection
Tahun Volume Produksi
Unit Nilai Produksi
Jutaan Rp 1996
257,032 6.516,4
1997 260,218
6.046,5 1998
140,835 3.472,7
1999 377,163
10.038,1 Sumber: Ali. 2000.
4.3.3.2. Industri pengolahan hasil laut
Industri pengolahan hasil laut yang berkembang adalah industri kerupukkemplang, ikan asincumi kering, terasi, rusip, abon ikan dan pembeku
udangcumi-cumi. Jenis industri ini merupakan industri kecil yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, dikerjakan secara sederhana dengan teknologi sederhana pula
serta padat karya. Industri ini tersebar di seluruh wilayah, terutama sentra produksinya di Kecamatan Belinyu, Sungailiat, Pangkalanbaru dan Toboali.
Sentuhan teknologi modern untuk fase-fase tertentu pada saat pengolahan dapat saja diberikan di masa mendatang untuk meningkatkan kualitas produksi, misalnya
pada fase pengolahan, pengepakan pengemasan siap saji dan lainnya. Perkembangan industri ini dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Jumlah, volume dan nilai produksi industri kerupukkemplang
Tahun Jumlah
Unit Volume Produksi
Ton Nilai Produksi
Jutaan Rp
1996 196
780 5.850
1997 205
820 8.200
1998 215
860 10.750
1999 220
880 13.200
Sumber: Ali. 2000.
Industri yang paling banyak menyerap bahan baku hasil laut pada saat ini adalah ikan asincumi kering. Dengan membaiknya harga ikan di pasaran luar
daerah, maka industri ikan asincumi kering ini berkembang cukup pesat sebagaimana data di bawah ini Tabel 24.
Tabel 24. Jumlah, volume dan nilai produksi industri ikan asincumi
Tahun Jumlah
Unit Volume Produksi
Ton Nilai Produksi
Jutaan Rp 1996
203 2.030
15.225 1997
220 2.200
22.000 1998
245 2.450
29.400 1999
275 2.750
35.750 Sumber: Ali. 2000.
Data tersebut menunjukkan perkembangan jumlah industri sejak tahun 1996 sampai 1999 rata-rata 11, 82 per tahun, volume produksi meningkat rata-rata 16,46
per tahun dan nilai produksi meningkat 33,70 per tahun. Industri ikan asincumi kering ini berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Bangka dengan pusat produksi
di Mentok, Toboali, Sungai Selan, Koba, Belinyu, Sungailiat dan Pangkalanbaru. Salah satu industri olahan ikan dan udang yang cukup terkenal adalah terasi
dengan sentra produksi di Kecamatan Mentok, Toboali, Tempilang dan Payung. Perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.
Tabel 25. Jumlah, volume dan nilai produksi industri terasi
Tahun Jumlah
Unit Volume Produksi
Ton Nilai Produksi
Jutaan Rp
1996 198
297 1.504
1997 216
314 2.698
1998 224
337 3.372
1999 230
348 4.486
Sumber: Ali. 2000.
Data di atas menunjukkan pertumbuhan industri ini rata-rata per tahun adalah 5,38 , sedangkan volume produksi dan nilai produksi meningkat rata-rata per tahun
5,72 dan 66,09 . Sementara itu industri rusip juga menunjukkan perkembangannya, seperti tabel 26 berikut ini.
Tabel 26. Jumlah, volume dan nilai produksi industri rusip
Tahun Jumlah
Unit Volume Produksi
Botol Nilai Produksi
Jutaan Rp 1996
31 54.400
135 1997
35 63.300
220 1998
37 66.600
299 1999
39 72.100
396 Sumber: Ali. 2000.
Industri pengolahan lainnya adalah industri abon ikan yang juga merupakan industri rumah tangga berskala kecil. Industri ini berada pada sentra produksi
perikanan tertentu saja, yaitu kecamatan Belinyu, Sungailiat, dan Pangkalanbaru. Perkembangan industri abon ikan ini baik jumlah, volume maupun nilai produksinya
relatif cepat sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini.
Tabel 27. Jumlah, volume dan nilai produksi industri abon ikan
Tahun Jumlah
Unit Volume Produksi
Ton Nilai Produksi
Jutaan Rp 1996
15 18
269 1997
21 24
421 1998
26 31
594 1999
29 36
810 Sumber: Ali. 2000.
Jenis industri lainnya yang mengolah hasil laut adalah pembekuan udangcumi- cumi yang baru dimulai pada tahun 1998. Industri ini banyak berlokasi di Pangkal
Pinang dan baru satu buah yang berlokasi di Kabupaten Bangka yaitu di Desa Kenanga Kecamatan Sungailiat.
Melihat perkembangannya yang cukup menggembirakan dengan semakin meningkatnya volume dan nilai produksinya, seperti yang terdapat pada tabel 28 di
bawah ini.
Tabel 28. Jumlah, volume dan nilai produksi industri ikan asincumi
Volume Produksi Ton
Nilai Produksi Jutaan Rp
Tahun Udang Beku
Cumi Beku Udang Beku
Cumi Beku 1998
180 60
5.400 240
1999 108
45 4.320
202 Sumber: Ali. 2000.
Industri yang pengolahan hasil laut lainnya yang belum berkembang di Kabupaten Bangka adalah industri pengalengan ikan dan rumput laut. Potensi
budidaya rumput laut cukup potensial, terutama di perairan Kecamatan Lepar Pongok, Toboali, Kelapa dan Belinyu.
4.3.3.3. Industri pariwisata