Industri pariwisata Industri pengolahan bahan galian tambang

Pinang dan baru satu buah yang berlokasi di Kabupaten Bangka yaitu di Desa Kenanga Kecamatan Sungailiat. Melihat perkembangannya yang cukup menggembirakan dengan semakin meningkatnya volume dan nilai produksinya, seperti yang terdapat pada tabel 28 di bawah ini. Tabel 28. Jumlah, volume dan nilai produksi industri ikan asincumi Volume Produksi Ton Nilai Produksi Jutaan Rp Tahun Udang Beku Cumi Beku Udang Beku Cumi Beku 1998 180 60 5.400 240 1999 108 45 4.320 202 Sumber: Ali. 2000. Industri yang pengolahan hasil laut lainnya yang belum berkembang di Kabupaten Bangka adalah industri pengalengan ikan dan rumput laut. Potensi budidaya rumput laut cukup potensial, terutama di perairan Kecamatan Lepar Pongok, Toboali, Kelapa dan Belinyu.

4.3.3.3. Industri pariwisata

Pariwisata Kabupaten Bangka lebih mengandalkan kepada wisata bahari, karena objek wisata yang menonjol adalah pantai dan laut, sehingga sektor pariwisata ini dapat mendukung industri maritim. Pada saat ini tersedia 36 objek wisata pantai, 32 wisata budaya 5 objek wisata sejarah dan 15 objek wisata agro yang tersebar di 9 kecamatan dan telah tersedia pula 1 hotel berbintang IV, I hotel bintang III, dan 1 hotel bintang I serta 7 hotel kelas melati. Selain itu terdapat 3 travel biro, restoran, rumah makan, pramu wisata, tempat rekreasi dan olah raga serta hiburan umum. Jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 1995 sampai 1999 dapat dilihat pada Tabel 29 di bawah ini. Tabel 29. Jumlah kunjungan wisatawan dari Tahun 1995 sd 1999 Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Manca Negara Jumlah 1995 44.704 1.405 46.109 1996 51.637 1.083 52.720 1997 58.029 559 58.588 1998 55.292 548 55.840 1999 41.720 460 42.180 Sumber: Ali 2000.

4.3.3.4. Industri pengolahan bahan galian tambang

Industri bahan galian timah berupa industri peleburan timah Pusat Metalurgi Timah PUSMET di Mentok milik PT. Timah Tbk. Industri kerajinan timah telah pula berkembang sebagai peningkatan nilai tambah produksi timah dalam membina karyawannya dan masyarakat. Industri galian tambang lainnya adalah tegel granit yang berlokasi di Desa Riau Silip Belinyu dengan produksi 2.500 m 3 per tahun.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kebijakan yang ada saat ini policy existing.

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka No. 11 Tahun 2002 Tentang Kawasan Industri Perikanan Terpadu di Teluk Kelabat. Demikian juga SK Direktur Jenderal Pertambangan Umum Tabel 1 tentang izin penambangan baik di daratan pesisir maupun di lepas pantai off-shore di wilayah Teluk Kelabat. Dalam rangka merencanakan pengelolaan sumberdaya kawasan pesisir daratan dan pesisir perairan Teluk Kelabat yang sesuai dengan keseimbangan daya dukung lahan serta mengukur dampak biaya sosial berbagai komponen masyarakat, swasta atau para pengusaha dan pemerintah terhadap kawasan tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk : i mengidentifikasi kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang industri, pelabuhan, perikanan, pariwisata di Kawasan Teluk Kelabat, ii merencanakan lokasi pemanfaatan ruang-ruang untuk industri, pelabuhan, perikanan dan pariwisata di Kawasan Teluk Kelabat, iii mengetahui persepsi pemerintah, swasta dan masyarakat berkaitan dengan penentuan prioritas penggunaan lahan pada Kawasan Teluk Kelabat, dan iv mendelinasikan zona-zona yang sesuai bagi peruntukan industri, pariwisata, pelabuhan dan perikanan di Kawasan Teluk Kelabat.

5.2. Sintesis tahap I

Untuk membuat keserasian dan keseimbangan kawasan perencanaan yang menjadi tujuan penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian, maka dipergunakan dua cara analisis. Analisis tersebut adalah proses analisis hierarki untuk mencoba mengukur persepsi berbagai komponen masyarakat terhadap kegiatan pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dan analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografi untuk kesesuaian lahan. Proses analisis berjenjang dapat dilihat dari gambar matrik pemanfaatan tiap peruntukan ruang kegiatan perikanan, pelabuhan, industri dan pariwisata. Dalam tahapan proses ini juga terdapat diagram nilai–nilai aspek ekonomi, teknologi, sosial dan lingkungan. Masing-masing aspek tersebut juga diperoleh nilai–nilai kriteria masing-masing tiap-tiap aspek sesuai persepsi stakeholder. Di samping itu dalam analisis ini