Arus Fisika oseanografi dan kondisi hidrologi perairan

Beberapa jenis fitoplankton diantaranya diatom dan silicoflagellata membutuhkan silikon Si untuk pembentukan kerangka dinding selnya, namun dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa silikon Si juga diperlukan untuk sintetis DNA Raymont 1980. Secara umum, kondisi kadar zat hara ini relatif tinggi dalam suatu perairan. Hal ini sangat dipengaruhi musim timur pada bulan Agustus dengan kuatnya pengadukan turbulence massa air laut yang mengakibatkan naiknya zat-zat hara dari dasar perairan ke permukaan. Ditinjau dari kadar zat hara tersebut, dapat dikatakan bahwa perairan ini relatif subur karena masih berada pada kisaran zat hara fosfat di perairan laut yang normal yaitu 0,10 – 1,68 µg Al Sutamihardja 1978. Menurut Joshimura dalam Liaw 1969 tingkat kesuburan perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat dalam suatu perairan dengan kisaran 0,07 – 1,61 µg Al adalah kategori perairan cukup subur, sedangkan pada beberapa perairan seperti di perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan, merupakan daerah budidaya oyster dengan kadar fosfat dan nitrat masing- masing berkisar antara 0,08 – 1,20 µg Al dan 0,08 – 1,80 µg Al Liu and Fang 1986, sehingga bila ditinjau dari kadar fosfat dan nitrat yang merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Teluk Kelabat, Bangka Belitung masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar fosfat dan nitrat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu masing-masing berkisar antara 0,5 – 1,0 µg Al dan 2,5 – 3,0 µg Al. Untuk budidaya tiram berkisar antara 0,5 – 3,0 µg Al dan 1,5 – 3,0 µg Al sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,2 – 0,5 µg Al dan 0,9 – 3,2 µg Al Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH, 1984. Namun dari data yang diperoleh, ternyata hanya kadar fosfat yang cocok untuk budidaya tiram sedangkan kadar nitrat tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Baku Mutu tersebut. Hal ini mungkin disebabkan kadar fosfat dan nitrat sangat dipengaruhi kondisi perairan dan bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu, namun telah diperoleh kondisi luwes untuk kadar fosfat dan nitrat dalam suatu peruntukan budidaya perikanan dalam suatu perairan KMN-LH 1988.

4.1.10. Mikrobiologi

Kepadatan bakteri heterotrofik dan halotoleran menunjukkan bahwa di Perairan Teluk Kelabat, Bangka-Belitung pengaruh lingkungan laut lebih besar dari pada lingkungan darat. Hal ini dapat teramati dari selalu lebih tingginya kepadatan bakteri heterotrofik daripada bakteri halotoleran. Kepadatan bakteri heterotrofik di perairan Teluk Kelabat, Bangka-Belitung berkisar 1x 10 3 sd 20 x 10 3 koloniml dengan rata-rata 6.5 x 10 3 koloniml. Kepadatan bakteri halotoleran di perairan Teluk Kelabat, Bangka-Belitung berkisar dari 11x 1x 10 3 sd 25.5 x 10 3 koloniml dengan rata-rata 3.1 x 10 3 koloniml. Kepadatan bakteri heterotrofik dan halotoleran keduanya berada di daerah pantai timur Teluk Kelabat, Bangka-Belitung bagian dalam. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Kelabat, Bangka-Belitung bagian dalam cukup subur karena kandungan bahan organiknya cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan kawasan lain, perairan ini memiliki kepadatan bakteri pemecah organik asal laut heterotrof dan asal laut halotoleran yang jauh lebih tinggi dari pada daerah pengamatan lainnya. Kisaran kepadatan bakteri heterotrofnya adalah 3.5 x 10 3 koloniml – 38.5 x 10 3 koloniml, sedangkan bakteri halotolerannya 1 x 10 3 koloniml – 25.5 10 3 koloniml. Adanya masukan bahan organik dari Sungai Layang yang bermuara ke perairan tersebut telah meningkatkan ketersediaan bahan organik di perairan ini. P2O LIPI 2003 Kepadatan bakteri heterotrofik dan halotoleran terendah teramati di perairan pantai timur Teluk Kelabat bagian luar. Hal ini menunjukkan bahwa