Keterpaduan disiplin ilmu Keterpaduan stakeholder Keterpaduan sistem

jika tidak diimbangi dengan perencanaan DAS yang baik pula. Keterkaitan antar ekosisitem yang ada di wilayah pesisir harus selalu diperhatikan.

2.3.2. Keterpaduan sektor

Sebagai konsekwensi dari besar dan beragamnya sumber daya alam di kawasan pesisir dan laut adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Akibatnya, seringkali terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut antar satu sektor dangan sektor lainnya. Agar pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan,maka dalam perencanaan pengelolaan harus mengintegrasikan semua kepentingan sektoral. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan mengganggu, apalagi sampai mematikan kegiatan sektor lain. Keterpaduan sektoral ini, meliputi keterpaduan secara horisontal antar sektor dan keterpaduan secara vertikal dalam satu sektor. Oleh karena itu, penyusunan tata ruang dan panduan pembanguann di kawasan pesisir sangat perlu dilakukan untuk menghindari dari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan pembangunan lainnya.

2.3.3. Keterpaduan disiplin ilmu

Wilayah pesisir dan laut memiliki karasteristik yang unik, baik sifat dan karakteristik ekosisitem pesisir maupun sifat dan karasteristik sosial budaya masyarakat pesisir. Sehingga dalam mengkaji wilayah pesisir dan laut tidak hanya diperlukan satu disiplin ilmu saja tetapi dibutuhkan berbagai disiplin ilmu yang menunjang sesuai dengan karakteristik pesisir dan lautan tersebut. Dengan sistem dinamika perairan pesisir yang khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula, seperti hidrooseanografi, dinamika oseanografi dan sebagainya. Selain itu, kebutuhan akan disiplin ilmu lainnya juga sangat penting. Secara umum, keterpaduan disiplin ilmu dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan luat adalah ilmu-ilmu ekologi, oseanografi, keteknikan, ekonomi, hukum dan sosiologi.

2.3.4. Keterpaduan stakeholder

Segenap keterpaduan di atas, akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir di laut stakeholder. Seperti diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola sumber daya alam wilayah pesisir antara lain terdiri dari pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat pesisir, swastainvestor dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang masing-masing mempunyai kepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya alam di kawasan pesisir. Penyusunan perencanan pengelolaan terpadu harus mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan sumber daya pesisir dan laut. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan top down” dan pendekatan bottom up”. Keterpaduan merupakan aspek yang sangat esensial dalam sistem pengeloalan sumberdaya pesisir dan laut, yang tidak hanya menjamin kecocokan secara internal antara kebijakan dan program aksi, antar proyek dan program, tetapi juga menjamin antara perencanaan dan pelaksanaan. Menutut Kay dan Alder 1999 berdasarkan jenis keterpaduan dapat dibedakan atas tiga jenis keterpaduan, yaitu keterpaduan sistem, keterpaduan fungsi dan keterpaduan kebijakan.

2.3.5. Keterpaduan sistem

Keterpaduan sistem memasukan pertimbangan dimensi spasial dan temporal sistem sumberdaya pesisir dalam persyaratan fisik perubahan lingkungan, pola pemanfaatan sumber daya dan penataan sosial ekonomi. Keterpaduan ini menjamin bahwa isu-isu relevan yang muncul dari hubungan secara fisik-biologi, sosial dan ekonomi ditangani secara cukup. Keterpaduan ini membutuhkan berbagai ketersediaan informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, seperti pada Tabel 2.

2.3.6. Keterpaduan fungsional