Derajat keasaman pH Oksigen terlarut O

4.1.9. Kimia nutrisi

Keadaan kimia nutrisi perairan disajikan pada Tabel. 14. Uraian kimia zat hara tersebut meliputi beberapa aspek. Tabel 14. Rata-rata kadar beberapa parameter kimia air laut di perairan teluk kelabat, bangka belitung, bulan Juni - Juli 2003. pH Oksigen mll Fosfat µg Al Nitrit µg Al Nitrat µg Al Ammonia µg Al Silikat µg Al Permukaan Min 7,56 3,54 0,09 0,04 0,06 0,07 0,88 Max 7,89 3,88 0,66 0,18 1,34 1,02 16,66 Rata2 7,77 3,69 0,30 0,10 0,49 0,38 7,41 5 meter Min 7,75 3,22 0,13 0,04 0,10 0,08 0,98 Max 7,90 3,30 0,79 0,19 0,64 1,06 10,97 Rata2 7,84 3,26 0,35 0,09 0,29 0,49 5,01 Dekat Dasar Min 7,11 2,97 0,36 0,04 0,18 0,15 1,66 Max 7,91 3,78 0,88 0,25 0,96 2,16 11,85 Rata2 7,32 3,10 0,56 0,13 0,46 0,54 6,18 Sumber : P2O LIPI 2003. Jakarta

4.1.12.1. Derajat keasaman pH

Derajat keasaman pH didefinisikan dalam bentuk rumus: pH = - log [H + ], dimana H + adalah ion hidrogen. Pada umumnya, nilai pH dalam suatu perairan berkisar antara 4 – 9, sedangkan di daerah bakau, nilai pH dapat menjadi lebih rendah. Menurut Mulyanto 1992, pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 5 – 9 dan antara 6,5 – 8,5 Baku Mutu Air Laut 1988. Secara keseluruhan nilai pH berkisar antara 7,11 - 7,91 dengan rata-rata 7,68. Nilai tertinggi diperoleh kedalaman 20 m dan terendah pada kedalaman 5 m di lapisan permukaan. Kisaran nilai pH yang diperoleh pada lapisan permukaan dari pengamatan ini adalah 7,56 – 7,89 dengan rata-rata 7,77 dan pada kedalaman 5 m yaitu 7,75 - 7,90 dengan rata-rata 7,84 dan dekat dasar 7,11 - 7,91 dengan rata-rata 7,32. Variasi nilai pH di perairan ini dipengaruhi buangan limbah di muara sungai maupun di sepanjang pantai. Hal ini terlihat dari nilai pH yang lebih rendah di perairan ini ditemukan di daerah dekat pantai dan muara sungai, sedangkan yang lebih tinggi diperoleh di lepas pantai. Menurut SALIM 1986 nilai pH di suatu perairan laut berkisar antara 8,2 – 8,5. Nilai pH di perairan ini masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan karena masih dalam kisaran nilai yang diperkenankan oleh Environment Protection Agency 1973 dan Baku Mutu Air Laut 1988 yaitu 6,5 – 8,5.

4.1.12.2. Oksigen terlarut O

2 Oksigen terlarut yang terdapat dalam air laut berasal dari diffusi udara dan fotosintetis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Kecepatan diffusi oksigen dari udara kedalam air sangat lambat, sehingga fotosintetis fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut di perairan. Beberapa faktor yang mempemgaruhi kelarutan oksigen antara lain suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfir, luas permukaan air dan persentase oksigen sekelilingnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan persediaan oksigen terlarut yang cukup dalam kolom air, yaitu masuknya air tawar dan air laut di daerah estuari secara teratur, karena kondisi daerah tersebut dangkal sehingga pengadukan massa air serta percampuran oleh angin akan berlangsung dengan baik. Sedangkan berkurangnya oksigen dalam air antara lain disebabkan pelepasan oksigen ke udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya zat besi, reduksi yang disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam air respirasi biota dan dekomposisi bahan organik Nybakken 1988; Mulyanto 1992. Untuk kelangsungan hidup ikan ditemukan kadar oksigen yang beragam. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam jumlah yang sedang akan menurunkan kegiatan fisiologis mahluk hidup dalam air diantaranya terjadinya penurunan pada nafsu makan, pertumbuhan dan kecepatan berenang ikan pada saat kadar oksigen terlarut kurang dari 8 – 10 ppm Welch 1980. Menurut Mulyanto 1992, pada kadar oksigen terlarut 4 – 5 ppm, pertumbuhan kurang baik dan nafsu makan ikan berkurang sedangkan pada kadar 3 – 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan berhenti makan dan pertumbuhan terhenti. Secara keseluruhan kadar oksigen terlarut berkisar antara 2,97 - 3,88 mll dengan rata-rata 3,44 mll. Nilai tertinggi diperoleh pada Stasiun 8 di lapisan permukaan dan terendah pada kedalaman 14 m dekat dasar .Kadar oksigen terlarut ini rendah bila dibandingkan dengan kadar oksigen terlarut di perairan laut yang normal yang berkisar antara 5,7 ppm – 8,5 ppm Sutamihardja 1978. Kadar oksigen terlarut di lapisan permukaan, 5 m dan dekat dasar masing-masing berkisar antara 3,54 – 3,88 mll dengan rata-rata 3,69 mll ; 3,22 - 3,30 mll dengan rata-rata 3,26 mll dan 2,97 - 3,78 mll dengan rata-rata 3,10 µg Al untuk mengkonversi mll menjadi ppm, angka ini dikalikan dengan konstanta 1,429. Kadar oksigen terlarut yang lebih tinggi diperoleh di lepas pantai sebelah timur dan selatan perairan ini. Pengaruh aktivitas manusia dan buangan limbah organik melalui sungai-sungai sebelah barat perairan ini dapat menurunkan kadar oksigen terlarut karena digunakan bakteri untuk pernafasan dalam menguraikan zat organik menjadi zat anorganik. Hal ini terlihat dari kadar oksigen terlarut yang lebih rendah di sebelah barat dekat pantai perairan ini. Namun kondisi oksigen di perairan ini masih dapat digunakan untuk kepentingan budidaya perikanan karena masih memenuhi nilai ambang batas oksigen 5 ppm dan 4 ppm Baku Mutu Air Laut 1988. Kadar oksigen terlarut untuk budidaya kerang hijau dan tiram berkisar antara 3 ppm – 8 ppm, sedangkan untuk beronang, kerapu dan kakap antara 4 ppm – 8 ppm dan untuk kerang bulu berkisar antara 2 ppm – 3 ppm Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH 1984.

4.1.12.3. Zat hara fosfat, nitrat, nitrit, ammonia dan silikat