Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat

ikan, apabila sumberdaya ikan tersebut semakin menurun, akan berakibat pada menurunnya hasil tangkap nelayan, dengan demikian menurun pula pendapatan sedangkan kebutuhan hidup meningkat, tekanan terhadap kebutuhan hidup menyebabkan nelayan melakukan tindakan destruktif dan eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya lingkungan lainnya. Sementara biayakerugian yang ditimbulkan dengan adanya kawasan Teluk Kelabat lainnya adalah munculnya tekanan terhadap produksi tradisional. Produksi home industri masyarakat pada umumnya sangat sederhana baik kualitas hasil produksi maupun pengemasannya, sehingga produksi masyarakat ini sulit bersaing apabila mendapat saingan dari produksi industri yang menggunakan alat dan mesin yang canggih. Ketidak mampuan menghasilkan kualitas produk yang bersaing ini karena kemampuan dan ketrampilan serta modal yang kurang dimiliki masyarakat.

5.3.3.3. Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat

Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, kegiatan industri menempati prioritas biayakerugian yang tertinggi menurut pendapat gabungan 0,368, demikian pula pendapat unsur dari pemerintah 0,416. Masyarakat menilai perikanan dengan bobot 0,574 menempati biayakerugian tertinggi, sedangkan swasta 0,123. Penilaian ini dipengaruhi oleh hubungan kegiatan lainnya dalam hal modal dan biaya operasional serta pemeliharaan, pencemaran dan degradasi lingkungan, perubahan gaya hidup dan kecemburun sosial serta terjadinya pengangguran dan tekanan terhadap produksi tradisional dari sudut pandang dan posisi masing- masing responden. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 S K A L A P RI O RI T AS R E S P ON D E N B IAYAK E R U GIAN K E GIAT AN D AL AM P E N GE L OL AAN K AW AS AN T E L U K K E L AB AT P e rik a na n Indus tri P a riw is a ta P e la buha n P e rika na n 0,328 0,251 0,574 0,042 In dustri 0,368 0,416 0,209 0,033 P a riw isa ta 0,163 0,175 0,126 0,123 P e la b uha n 0,142 0,158 0,019 0,119 G a bu nga n P e m e rinta h M a sya ra ka t S w a sta Gambar 46 Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Kegiatan perikanan menjadi prioritas kedua, sesuai hasil pendapat gabungan 0,328 dan pemerintah 0,251. Swasta menilai kegiatan pelabuhan sebagai pilihan kedua 0,119 dan masyarakat lebih memilih kegiatan industri dengan bobot 0,209. Berikutnya biayakerugian kegiatan pariwisata merupakan prioritas ketiga menurut pendapat gabungan 0,163 dan masyarakat 0,126. Namun swasta 0,042 melihat kegiatan perikanan sebagai prioritas ketiganya. Selanjutnya prioritas biayakerugian kegiatan yang keempat adalah kegiatan pelabuhan, yaitu pendapat gabungan 0,142, pemerintah 0,158, namun berdasarkan pendapat swasta industri memilih industri sebagai prioritas terakhir yang memiliki biayakerugian terkecil. 5.3.4. Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, aspek lingkungan menjadi prioritas utama menurut pendapat swasta yaitu 1,94 dengan mengacu kepada prinsip ratio benefitcost 1 BC 1 adalah layak, ini berarti pengelolaan kawasan industri akan sangat menguntungkan, demikian pula pendapat dari pemerintah 1,26, gabungan dari para ahli 1,17 dan masyarakat 1,02 yang memberikan prioritas ketiga. Gambar 47 Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya Selanjutnya menurut pendapat gabungan pelaku, bahwa aspek sosial dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat menempati prioritas kedua yaitu dengan bobot 1.02 dan masuk dalam kategori layak, artinya pembangunan dibidang sosial akan menguntungkan dengan memperhatikan dampak atau gejala kesenjangan yang mungkin timbul dari pembangunan kawasan tersebut. Perubahan dalam lingkungan sosial mencakup perubahan yang telah berkembang untuk mewadahi semakin kompleknya kebutuhan masyarakat, pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, melemahnya kontrol sosial dalam masyarakat dan keluarga. Perubahan-perubahan tersebut menurut Dunn 2001 telah membawa dampak sosial budaya seperti perbedaan kelas sosial, persaingan dan konflik kepentingan antar kelompok, ketimpangan sosial yang dapat mengganggu stabilitas sosial ekonomi. Pendapat yang mempunyai sikap cukup memprihatinkan pada masalah sosial ini adalah pendapat swasta yang menilai BC 0,79, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat dianggap belum siap apabila nanti kawasan tersebut berkembang sesuai rencana. Rendahnya tingkat peran serta masyarakat terutama 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 S K A L A P R IO R IT S T A KE H O L DE R S P RIO RIT AS AS P EK DALAM P ENG EL O LAAN KAW AS AN TEL UK KEL ABAT DAN JEBUS BERDAS ARKAN ANAL IS IS M ANF AAT DAN BIAYA E ko n o m i L in g k u n g a n S o s ia l T e k n o lo g i Ek o n o m i 0,95 0,96 1,07 0,86 L in g k u n g an 1,17 1,26 1,02 1,94 So s ial 1,02 1,18 0,53 0,79 T e k n o lo g i 1,01 0,72 1,19 0,91 Gab Pe m M as y Sw as t a disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap perkembangan pembangunan dan persoalan lingkungan hidup serta keterkaitan antar keduanya.Lemahnya peran lembaga kemasyarakatan maupun dunia usaha dalam mendukung program pembangunan terutama menyangkut teknologi yang dikuasai masyarakat dan mutu sumberdaya alam serta pola kehidupan sebagian besar masyarakat yang masih dalam tahap pemenuhan kebutuhan paling primer mereka secara layak menyebabkan kapasitas keperansertaan mereka tidak optimal, namun pemerintah 1,18 dan masyarakat 0.53 merasa optimis bahwa pembangunan sosial bisa menjadi prioritas dan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi pembangunan kawasan tersebut, dengan upaya sejauh mungkin mengajak dan memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi, menjalin komunikasi dan informasi. Persepsi pelaku Masyarakat 1,19, lebih mengutamakan aspek teknologi yang dianggap dapat menguntungkan, namun bagi pemerintah 0,72 dan swasta 0,91 justru penggunaan teknologi yang tidak meninggalkan kemampuan masyarakat atau keikutsertaan dari masyarakatlah yang perlu dipertimbangkan, sehingga terdapat keseimbangan pembangunan pada kedua aspek ini,demikian pula pendapat gabungan para pelaku 1,01, penggunaan iptek yang tidak bijaksana dapat menghancurkan daya dukung dan menurunkan mutu lingkungan hidup, misalnya: pengurukan sungai dan pantai, pencemaran udara dan kebisingan karena industri. Untuk itu menurut Sugandhy 1999 dengan semakin cepatnya proses industrialisasi diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi industri yang berwawasan lingkungan untuk pengelolaan limbah, pengendalian erosi dan banjir, kesiapan teknologi pengelolaan lingkungan untuk melestarikan fungsi tatanan, mengukur daya dukung lingkungan, teknologi konservasi flora, dan fauna dan teknologi pengendalian pencemaran, kerusakan dan rehabilitasi lingkungan serta pemenuhan kebutuhan energi yang ramah lingkungan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa yang harus diselaraskan dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang diperhitungkan akan memiliki peluang tinggi dalam mempercepat laju pembangunan harus dikenali dan diberi perhatian khusus. Para pelaku pembangunan baik pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya juga masih memperlakukan lingkungan hidup sebagai barang bebas free commodity. Menurut Yakin 1997 lingkungan hidup belum dianggap sebagai komoditi dan aset ekonomi yang fungsi dan kemampuannya perlu dilestarikan untuk keberlanjutan proses produksi. Akibatnya pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan tidak dilakukan secara bijaksana dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Orientasi pembangunan dan kegiatan masyarakat khususnya para pelaku ekonomi masih berspektif jangka pendek. Tujuan jangka pendek meraih keuntungan materiil dengan mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan secara berlebihan di pandang masih lebih penting dari pada tujuan jangka panjang memperhatikan ketersediaan sumberdaya secara berlanjut bagi pembangunan. Di sisi lain, pengertian dan kesadaran tentang lingkungan di kalangan penegak hukum dan pejabat pemerintahan masih rendah,sehingga penegakan hukum juga lemah. Sementara itu, kasus pelanggaran lingkungan cenderung meningkat karena intensitas dan kompleksitas masalah lingkungan. Walaupun demikian dengan telah adanya landasan hukum dan perundang-undangan merupakan peluang untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan di masa mendatang. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat semua kegiatan yang direncanakan pada kawasan Teluk Kelabat belum dianggap layak, kecuali kegiatan perikanan. Kegiatan perikanan dikatakan layak atau dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya atau kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Kegiatan industri menjadi prioritas kedua, sesuai dengan pendapat swasta 1,098, masyarakat 1,043, gabungan pelaku 0,823 dan pemerintah 0,690. Kegiatan pelabuhan menjadi prioritas ketiga, sesuai dengan pendapat pemerintah 1,025, swasta 0,849, gabungan pelaku 0,810 dan masyarakat 0,791. Sedangkan kegiatan pariwisata menjadi prioritas keempat, sesuai pendapat gabungan pelaku 0,810, pemerintah 1,025, swasta 0,849 dan pendapat masyarakat 0,791. Kegiatan perikanan dan industri memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, lingkungan, sosial dan teknologi. Dengan meningkatnya aktifitas dari kegiatan-kegiatan tesebut, diharapkan akan semakin meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah, menumbuhkan sektor informal yang dapat mendinamiskan masyarakat mengembangkan berbagai usaha dan jasa, memberikan dampak yang baik bagi perlindungan pantai dan keindahan alami pesisir, dapat menampung tenaga kerja dan memberikan suasana yang nyaman, serta memungkinkan adanya penyerapan atau adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghasilkan produksi yang dapat bersaing pada pasar dalam dan luar negeri. Namun demikian menurut pemerintah dan masyarakat perlu diwaspadai dampak yang kurang menguntungkan, seperti pada kegiatan pelabuhan masih harus ditekan dan dikendalikan dari biayakerugian yang ditimbulkan oleh modal, biaya operasional dan pemeliharaan, pencemaran dan degradasi fisik lingkungan, adanya perubahan gaya hidup dan kecemburuan sosial yang disebabkan adanya kesenjangan sosial, serta adanya pengangguran karena tenaga kerja yang tidak siap pakai dan tekanan terhadap produksi tradisional masyarakat yang kalah bersaing dengan kualitas barang dari industri, bahkan masyarakat juga memperhitungkan pelabuhan masih sedikit belum menguntungkan, hal ini menunjukkan adanya evaluasi beragam dari pelaku yang nantinya akan memberikan beberapa solusi atau pola pendekatan yang mestinya akan menghasilkan skenario optimal dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dengan melihat faktor-faktor manfaat dan biayakerugian yang ditimbulkan. Sedangkan untuk kegiatan perikanan telah disediakan berbagai fasilitas penunjang sehingga lebih menguntungkan, tetapi pelabuhan ini lebih diutamakan untuk memudahkan akses ke pusat industri dan mendukung proses produksi. Pada kawasan peruntukan ini dapat juga bernilai ekonomi tinggi apabila dapat mengoptimalkan adanya lokasi komersial, dimana lokasi ini sebagai pasar yang cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di lingkungan kawasan Teluk Kelabat. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 S K A L A P R IO R IT S T A KE HO LD E R S P RIO RIT AS KEG IAT AN DAL AM P ENG EL O L AAN KAW AS AN T EL UK KEL ABAT DAN JEBUS DAL AM AL IS IS M ANF AAT DAN BIAYA P e r ik a n a n In d u s tr i P a r iwis a ta P e la b u h a n Pe r ik an an 1,387 1,598 1,000 1,024 In d u s t r i 0,823 0,69 1,098 1,043 Par iw is at a 0,779 0,863 0,878 0,968 Pe lab u h an 0,810 1,025 0,849 0,791 Gab u n g an Pe m Sw as t a M as y Gambar 48 Prioritas Kegiatan terhadap Pengelolaan Kawasan Teluk Kelabat Berdasarkan Analisis Manfaat dan Biaya Pada Kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus ini terdapat tapak kawasan wisata Tanjung Penyusuk. Adanya kawasan pariwisata diharapkan dapat menumbuhkan aktifitas ekonomi di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya akan mendorong pertumbuhan investasi menuju industrialisasi. Seperti dijelaskan oleh Sigit 1994 secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja. Selain itu pariwisata juga mampu mendorong pembangunan daerah, terutama daerah-daerah yang masih tertinggal, sehingga ketimpangan pembangunan secara spasial dapat dipersempit. Daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata dapat dikembangkan sehingga pembangunan ekonomi daerah tersebut dapat ditingkatkan. Tabel 30. Daftar nilai persepsi para stakeholder dari pembiayaan Keterangan Gabungan Pemerintah Masyarakat Swasta Perikanan 0,328 0,251 0,574 0,042 Industri 0,368 0,416 0,209 0,333 Pariwisata 0,163 0,175 0,126 0,123 Pelabuhan 0,142 0,158 0,019 0,119 Modal 0,458 0,451 0,481 0,422 Biiaya oprasional Pemeliharaan 0,092 0,09 0,096 0,084 PRIORITAS KEGIATAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT BERDASAR ANALIS MANFAAT DAN BIAYA Pencemaran 0,104 0,086 0,111 0,211 Degradasi 0,052 0,086 0,022 0,053 Gaya hidup 0,122 0,092 0,157 0,119 Kesenjangan 0,061 0,092 0,022 0,024 Pengangguran 0,089 0,086 0,092 0,069 Tekanan produksi 0,022 0,017 0,018 0,017 Ekonomi 0,55 0,542 0,577 0,507 Lingkungan 0,156 0,172 0,133 0,264 Sosial 0,183 0,183 0,179 0,143 Teknologi 0,111 0,103 0,111 0,086 Tabel 31. Daftar nilai persepsi para stakeholder dari aspek manfaat Keterangan Gabungan Pemerintah Masyarakat Swasta Perikanan 0,455 0,401 0,588 0,425 Industri 0,303 0,287 0,218 0,366 Pariwisata 0,127 0,151 0,122 0,108 Pelabuhan 0,115 0,162 0,072 0,101 Pendapat 0,481 0,453 0,447 0,49 Sektor informal 0,096 0,113 0,089 0,098 Perlindungan pesisir 0,114 0,116 0,112 0,116 Estetika 0,019 0,019 0,019 0,019 Tenaga kerja 0,154 0,129 0,209 0,159 Rekreasi 0,026 0,026 0,03 0,023 Tranfer tehnologi 0,074 0,095 0,077 0,047 Mutu saing 0,037 0,048 0,015 0,047 Ekonomi 0,577 0,567 0,537 0,588 Lingkungan 0,133 0,136 0,131 0,136 Sosial 0,179 0,155 0,339 0,181 Teknologi 0,111 0,143 0,093 0,094 Nilai-nilai kriteria diatas menggambarkan interaksi keterkaitan antar kriteria aspek Ekonomi, Lingkungan, Sosial dan Teknologi. Kriteria-kriteria tersebut ditinjau dari sudut pandang pemanfaatan kegiatan-kegiatan mana yang paling memungkinkan dalam pemanfaatan ruang masing-masing peruntukan. Tabel 32. BC Ratio pendapat gabungan masyarakat No Uraian Manfaat Biaya BC Ratio 1 Perikanan 0,588 0,574 1.024 2 Industri 0,218 0,209 1.043 3 Pariwisata 0,122 0,126 0.968 4 Pelabuhan 0,072 0,019 0.791 Pada Tabel 32 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,024 dan industri 1,043.Artinya menurut persepsi gabungan masyarakat yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan industri. Tabel 33. BC Ratio pendapat gabungan pemerintah No Uraian Manfaat Biaya BC Ratio 1 Perikanan 0,328 0,251 1.598 2 Industri 0,368 0,416 0.690 3 Pariwisata 0,163 0,175 0.863 4 Pelabuhan 0,142 0,158 1.025 Pada Tabel 33 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,598 dan pelabuhan 1,025. Artinya menurut persepsi gabungan pemerintah yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Tabel 34. BC Ratio pendapat gabungan swasta No Uraian Manfaat Biaya BC Ratio 1 Perikanan 0,425 0,042 1.000 2 Industri 0,366 0,333 1.098 3 Pariwisata 0,108 0,123 0.878 4 Pelabuhan 0,101 0,119 0.849 Pada Tabel 34 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,000 dan industri 1,098.Artinya menurut persepsi gabungan masyarakat yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan industri. Tabel 35. BC Ratio pendapat gabungan keseluruhan No Uraian Manfaat Biaya BC Ratio 1 Perikanan 0,455 0,328 1.387 2 Industri 0,303 0,368 0.823 3 Pariwisata 0,127 0,163 0.779 4 Pelabuhan 0,115 0,142 0.810 Pada Tabel 35 digambarkan bahwa kelayakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 1,387. Artinya menurut persepsi gabungan stakeholder yang paling baik adalah kawasan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.

5.4. Analisis Spasial