Keterpaduan wilayahekologis Pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan laut tertentu ini merupakan kewenangan pusat. Peraturan pelaksanaan mengenai tata ruang laut ini belum ada sehingga kewenangan tersebut belum jelas DKP 2000. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut UU no. 171985, kewenangan daerah atas penataan ruang laut tersebut identik dengan kewenangan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di laut teritorial. Jadi UU No. 171985 jo UU No. 241992 daerah dapat memiliki kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkan potensi dan prospek sumberdaya alam pesisir laut dalam batas-batas yang diatur oleh perundang-undang yang berlaku. Perlu ditegaskan di sini bahwa daerah tidak memiliki kewenangan atas badan airnya water coloumn, sehinggga kewenangan tersebut bukan kewenangan otonomi yang dapat diartikan sebagai kedaulatan daerah, tetapi kewenangan atas badan air tetap menjadi kewenangan pusat, karena untuk menjelaskan adanya kepentingan nasional dalam pengintegrasian pengelolaan baik secara regional maupun nasional Purwaka 2000 . Dengan tetap berpegang teguh pada Perpu No. 41960 jo. No. 51974, daerah telah lama melaksanakan kewenangan pengelolaan atas laut. Hal ini dapat dipertimbangkan sebagai situasi yang telah menjadi hukum kebiasaan dalam melaksanakan administrasi pemerintahan di daerah administrative customary law , yang dapat dipakai sebagai dasar hukum bagi kewenangan daerah atas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam laut. Pemerintahan daerah berhak dan berwenang mengkoordinasikan semua perencanaan pembangunan sektoral dan daerah sesuai PP No. 61988, perencanaan ini tidak dibatasi hanya di darat saja, sehingga secara implisit berarti mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sektor kelautan. Melalui PP No. 451992 tentang Otonomi Daerah dan PP No. 81995 tentang 26 kabupaten percontohan otonomi Tk. II, maka secara bertahap dan berkelanjutan pembangunan otonomi daerah lebih dititikberatkan ke Daerah Tk. II, termasuk penyerahan urusan pengelolaan sumberdaya kelautan Depdagri 1998. Seiring dengan nafas reformasi, pemerintah membuat UU No.22 Tahun 1999, UU No.25 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000, memberikan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, diwujudkan dengan pembagian dan pemanfaatan sumber daya alam serta adanya perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah secara proporsional sesuai dengan prinsip demokasi, keadilan dan pemerataan. Implikasi langsung dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999 adalah beralihnya kewenangan semula wilayah laut menjadi kewenangan pusat dalam penentuan kebijakan pengelolaan dan pengembangannya di daearah agar menjadi keuntungan daerah berupa adanya peluang yang prospektif dalam mengelola sumber daya pesisir dan lautan dalam batas-batas yang telah ditetapkan Darwin 2001. Dengan demikian, luas wilayah kewenangan Pemerintah Daerah menjadi bertambah sehingga memberikan harapan yang prospektif dan merupakan peluang bagi daerah, khususnya dalam hal jurisdiksi dalam memperoleh nilai tambah atas sumber alam hayati dan non hayati, sumber pertambangan dan energi kelautan disamping sumberdaya pesisir yang sangat memungkinkan untuk digali