5.5.1. Pengelolaan Sumberdaya
Selanjutnya pendekatan Empat-Bina menurut Dahuri 2000 adalah pendekatan holistik dalam membangun perekonomian wilayah pesisir.
Pendekatan tersebut adalah membina masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dari aspek: manusia, lingkungan, sumberdaya, dan usaha.
• Bina manusia adalah strategi pengembangan sumberdaya manusia, melalui
1 investasi pada modal manusia human capital yaitu dalam pendidikan dan kesehatan, 2 peningkatan kapasitas organisasikelembagaan sebagai suatu
cara untuk mensinergiskan dan memadu kekuatan individu, 3 memperluas dan mengintegrasikan mandat organisasi dan kelompok sehingga efisiensi bisa
dicapai, 4 memperbaiki budaya kerja, dan 5 menghilangkan sifat dan mental negatif yang memasung produktivitas dan menghambat pembangunan.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 57 Kehadiran kapal keruk eksploitasi timah di laut yang menyebabkan terganggunya mata pencaharian nelayan.
• Bina lingkungan merupakan strategi pemberdayaan dan pembinaan
masyarakat pesisir melalui perbaikan lingkungan tinggal, lingkungan dan prasarana produksi serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam menata
dan mengelola lingkungan hidupnya. Strategi ini mencakup hal-hal berikut:
1 meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata ligkungan hidup, baik tempat tinggal mereka maupun habitat atau kawasan tempat
kegiatan ekonomi produktif dijalankan, 2 membangun infrasturktur terutama yan menyangkut kebutuhan masyarakat dalam kegiatan ekonomi, 3
meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial di wilayah pesisir dengan mempertimbangkan kompatabilitas wilayah pesisir dan daya
dukungnya, 4 mengenal sumberdaya serta faktor yang mempengaruhi eksistensinya, dan 5 memperkaya sumberdaya melalui kegiatan pengkayaan
stok ikan dan habitatnya, rehabilitasi, mitigasi bencana, dan mengendalikan pencemaran.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 58 Kehadiran tambang inkonvensional oleh rakyat eksploitasi timah di darat yang menyebabkan pencemaran.
• Bina sumberdaya adalah strategi pemberdayaan dan pembinaan masyarakat
pesisir melalui pelibatan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam pesisir. Kegiatan tersebut meliputi penentuan hak,
kewajiban dan aturan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam pesisir, bina sumberdaya ini adalah upaya untuk menerapkan apa yang dikenal
dengan community-based resource management, yaitu 1 memberikan
konsesi pengelolaan dan pemanfaatan laut dan pesisir, 2 menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal, 3 menerapkan sitem
pemantauan, pengendalian dan pengawasan monitoring, controlling, surveillance
dengan prinsip partisipasi masyarakat, 4 menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli indigenous
technology, 5 membangun kesadaran akan pentingnya nilai strategi sumberdaya bagi generasi kini dan yang akan datang, 5 merehabilitasi
habitan dan memperkaya sumberdaya.
Sumber : Bangka Pos, 2004
Gambar 59 Kehadiran tambang inkonvensional oleh rakyat eksploitasi timah di darat yang menyebabkan pencemaran tambak budidaya ikan.
• Bina usaha meliputi: 1 membangun kemitraan mutualistis diantara sesama
pelaku ekonomi dan melalui kerjasama perusahaan berskala besar, peningkatan akses masyarakat terhadap permodalan yang dapat ditempuh
melalui hubungan langsung antara masyarakat dengan sumber modal, hubungan secara kelompok antara masyarakat dengan sumber modal dengan
atau tanpa jaminan dari pihak ketiga, hubungan antara pengusaha skala kecil secara individu atau secara kelompok dengan pengusaha skala besar atau
BUMN, serta penyatuan kekuatan modal dimiliki rakyat kecil secara individu,
2 meningkatkan dan mempermudah akses terhadap teknologi, pasar dan informasi pembangunan agar berbagai pihak pelaku ekonomi dapat saling
berinteraksi sesuai dengan keterkaitan kebutuhan mereka, 3 meningkatkan ketrampilan usaha, 4 menyediakan peraturan yang menjamin berjalannya
proses pembangunan ekonomi kerakyatan, dukungan pemerintah dalam bentuk pengawasan yang adil ini untuk menjaga terbinanya hubungan baik
dan dapat beroleh manfaat. Lebih lanjut menurut Kartodihardjo dan Hidayat 2000 strategi
pengembangan pariwisata adalah: • Memanfaatkan adanya universal values, seperti hak asasi manusia, demokrasi
dan penyelamatan lingkungan untuk melakukan perombakan masalah struktural dan pembaharuan berbagai kontrak pengelolaan sumberdaya alam
antara pemerintah dan swasta, • Dalam pengelolaan sumberdaya alam, secara tegas tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama dan masyarakat adat, termasuk hukum adat dan adat istiadat perlu dihormati dan dilindungi serta diberi kewenangan yang jelas terhadap
keberadaan sumberdaya alam, • Memperjelas, menyepakati, dan melaksanakan mekanisme partisipasi publik
untuk pengambilan keputusan dan dalam pengelolaan sumberdaya alam, masyarakat mempunyai hak untuk mengakses informasi mengenai
sumberdaya alam. Perlu dibentuk mekanisme pemberian informasi dan partisipasi publik di dalam pengambilan keputusan. Disamping itu juga
diperlukan mekanisme penyelesaian berbagai konflik sosial akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang kini terjadi,
• Mendorong terwujudnya corporate social responsibility tanggungjawab sosial perusahaan di dalam sistem ekonomi dan iklim usaha yang mampu
memberi insentif digunakannya teknologi ramah lingkungan, sistem evaluasi dengan memperhatikan kepentingan lingkungan dan stakeholders,
• Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mendorong tercapainya sistem hukum yang responsif adalah dengan pembuatan peraturan yang melandasi
kegiatan operasional setiap usaha pariwisata yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kepentingan bersama, penataan
kelembagaan yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan pengelolaan sumberdaya alam, termasuk lembaga hukum,
• Mengembangkan obyek wisata dan daya tarik wisata alam yang sesuai dengan pasar meliputi: pengembangan wisata minat khusus, wisata eko, wisata pantai
dan selam, wisata petualangan, wisata pedesaan dan mengembangkan pondok wisata homestay, penginapan kecil dan desa wisata,
• Meningkatkan akses pengusaha kecil, menengah dan koperasi ke pasar, permodalan, managemen dan informasi serta pengembangan pola kemitraan
dalam pengembangan produk wisata dan pelayanan yang mampu bersaing, • Pengembangan sistem standarisasi dan sertifikasi kompetensi sumberdaya
manusia di bidang usaha pariwisata, meningkatkan Sadar Wisata SAPTA PESONA di antaranya melalui media massa dan memperluas jaringan
informasi usaha pariwisata yang terstruktur serta mensinergiskan kesepakatan kerjasama dengan internasional,
• Menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan citra Indonesia sebagai destinasi kelas dunia yang menarik, nyaman dan aman melalui berbagai upaya
promosi yang terarah dan berkelanjutan. Selanjutnya guna meminimalkan dampak negatif, disarankan oleh Bachri
1993: • Pengembangan pariwisata hendaknya menggunakan teknik konservasi
budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata, secara langsung dapat membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan
tradisional misalnya, juga drama, kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur daerah yang hampir punah; selanjutnya buatlah
panduan untuk mengukur keasliannya, terutama jika akan dipertontonkan kepada wisatawan,
• Libatkan masyarakat melalui para pemimpinnya dalam setiap proses pengambilan keputusan perencanaan pengembangan pariwisata di daerah
tertentu agar mereka dapat memberikan sumbangan pikiran tentang jenis pariwisata yang cocok dikembangkan,
• Buatlah suatu ketentuan umum, bahwa atraksi wisata harus didasari aspek budaya dan lingkungan lokal, dan bukan merupakan tiruan atraksi asing,
• Laksanakan program pendidikan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah yang akan dikembangkan, mengenai konsep, manfaat, masalah pariwisata,
serta bagaimana menciptakan hubungan yang baik dengan wisatawan asing yang berbeda latar belakang budayanya, sehingga kontak antara masyarakat
tuan rumah dan pendatang dapat bermanfaat timbal-balik. Pendidikan masyarakat dapat ditempeh melalui berbagai cara dan saluran, misalnya
melalui media massa, komunikasi langsung atau melalui pemuka adat, pemuka agama, pemuka masyarakat dan organisasi sosial lainnya,
• Informasikan kepada wisatawan tentang latar belakang sejarah dan budaya masyarakat yang dikunjunginya, kebiasaannya, cara berpakaian, kode etik
perilakunya, serta hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan lokal, • Berikanlah pelatihan kepada para pekerja setempat agar mereka dapat bekerja
secara efektif di bidang usaha pariwisata, sehingga antara wisatawan dan pekerja akan terjalin hubungan yang menyenangkan tanpa harus menimbulkan
salah pengertian dan konflik; pelatihan harus berisi hal yang berkaitan dengan latar belakang budaya para wisatawan.
Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bangka, kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus ini
akan dikembangkan jenis-jenis industri berupa: industri pengolahan ikan, industri es batu, industri agar-agar, industri komponen kapal, industri kontainer, industri
instrumen kapal dan industri penunjang lainnya. Penempatan jenis industri didasarkan atas tingkat polusinya, dimana industri dengan tingkat polusi tinggi
akan diarahkan di bagian utara kawasan, sedangkan industri ringan dengan tingkat polusi rendah akan ditempatkan di bagian selatan kawasan bagian dalam yang
berdekatan dengan kawasan pemukiman. Untuk mengantisipasi kemungkinan pengaruh udara dan suara di kawasan industri terhadap lingkungan sekitarnya
maka perlu dibuat suatu kawasan penyangga buffer zone, fungsi zona penyangga yang berbentuk jalur hijau tersebut adalah sarana mencegah dampak lingkungan.
Menurut Kusumastanto 2000 untuk jenis industri pengolahan perikanan adalah : i industri pengolahan dan pengawetan lainnya untuk ikan dan biota air
lainnya seperti tepung ikan, kecap ikan, tepung udang dan sejenisnya; ii industri
pengalengan ikan dan biota perairan lainnya seperti sardencis, udang dan sejenisnya, iii industri penggaramanpengeringan ikan dan biota perairan
lainnya seperti ikan tembang, teri, udang cumi-cumi dan sejenisnya; dan iv industri pemindangan ikan dan biota air lainnya seperti bandeng, tongkol dan
sejenisnya. Pengembangan industri perikanan mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang besar dan diharapkan dapat mengatasi problem pengangguran. Untuk
mendukung pembangunan perikanan berdasarkan pokok pikiran pengelolaan perikanan berwawasan lingkungan, dengan cara menyusun konsepsi sistem tata
ruang, pengembangan perikanan pantai yang mampu berusaha secara berkelanjutan dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan seperti MSY
maximum sustainable yield, pengembangan perikanan berwawasan industrial, dan suatu usaha perikanan yang selalu mengandalkan peningkatan mutu
berkelanjutan Purwanto 2000. Selain itu pemanfaatan keragaman hayati untuk menghasilkan produkproses yang berguna bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya dapat dilaksanakan melalui pengembangan industri bioteknologi, yang memanfaatkan makromikro organisme sebagai biokatalis.
Keragaman hayati perairan meliputi mikroba dan phytoplankton, blue green algae cyanobacteria, green algae, brown algae, red algae, sponges,
coelenterates, bryozoans, molluscs, tunicates, echinodermis untuk menghasilkan
produk maupun proses yang bernilai tinggi melalui pengembangan industri bioteknologi. Secara garis besar menurut Dahuri 2000 industri bioteknologi
yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan keragaman hayati perairan adalah:
• Pengembangan Industri Bahan Alami Laut.
Organime laut tersebut di atas merupakan sumber bahan aktif dan bahan kimia yang sangat potensial. Dari biota laut tersebut dapat dihasilkan
berbagai bahan lain untuk industri farmasi seperti anti tumor, anti kanker, anti biotik, anti inflammatory, bidang pertanian fungisida, pestisida, growth,
stimulator, industri kosmetik dan makanan seperti zat pewarna alami, biopolisakarida. Dalam mengembangkan industri ini diperlukan strategi
untuk mengumpulkan, membudidayakan serta menyeleksi biota laut yang mampu menghasilkan bahan alami yang diinginkan Dahuri et al. 1996