Prioritas manfaat kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Prioritas manfaat kegiatan terhadap penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat

Gambar 34 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi pemerintah. Gambar 33 dan 34 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek masing-masing stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan dengan persepsi pemerintah dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan pemerintah adalah aspek ekonomi 0.542 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yang cenderung memberikan nilai yang sama lingkungan 0.172, sosial 0.183 dan teknologi 0.103. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria modal 0.451. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi pemerintah adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor industri 0.416 kemudian perikanan 0.251, pariwisata 0.175 dan pelabuhan 0.158. Gambar 35. Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi pemerintah. Gambar 35 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri 41.6 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri memberikan dampak terhadap aspek ekonomi yang tinggi 54.2 . Kemudian disusul oleh aspek lingkungan 17.2 , sosial 18.3 , dan teknologi 10.3 . Gambar 36 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi swasta. Gambar 36 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi swasta adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek ekonomi 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi. G Gambar 37 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat persepsi swasta Tk. 3 Kriteria Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT MODAL 0.422 PENCEMA RAN 0.211 PERUB GAYA HIDUP 0.119 PENGA NGGUR AN 0.069 INDUSTRI 0.333 PERIKANAN 0.425 PARIWISATA 0.123 PELABUHAN 0.119 BIAYA OPERASI ONAL PEMELI HARAAN 0.084 DEGRA DASI 0.053 KECEM BURU AN SOSIAL 0.024 TEK THD PROD TRADS 0.017 EKONOMI 0.507 LINGKUNGAN 0.264 SOSIAL 0.143 TEKNOLOGI 0.086 Tingkat 1 Tujuan Utama Tk.2 Aspek Tk.4 Kegiatan Gambar 38 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi swasta. Gambar 37 dan 38 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi,lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan swasta adalah aspek ekonomi 0.507 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya lingkungan 0.264, sosial 0.143 dan teknologi 0.086. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria modal 0.422. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan swasta adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan perikanan 0.425, kemudian sektor industri 0.333, pariwisata 0.123 dan pelabuhan 0.119. Gambar 39 Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi swasta Gambar 39 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 42.5 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak pertumbuhan aspek ekonomi yang tinggi 50.7 . Kemudian aspek lingkungan 26.4 , sosial 14.3 , dan teknologi 8.6 . Gambar 40 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi masyarakat. Gambar 40 menggambarkan kekuatan masing-masing aspek keinginan dari masing-masing stakeholder. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan dari pendapat gabungan persepsi masyarakat adalah aspek ekonomi lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Perbandingan aspek ekonomi dengan aspek lainnya adalah sebagai berikut ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek lingkungan ; aspek ekonomi 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek sosial ; aspek ekonomi 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan aspek teknologi. Gambar 41 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat masyarakat Penentuan prioritas kegiatan PENGELOLAAN KAWASAN TELUK KELABAT MODAL 0.481 PENCEMA RAN 0.111 PERUB GAYA HIDUP 0.157 PENGA NGGUR AN 0.092 INDUSTRI 0.209 PERIKANAN 0.574 PARIWISATA 0.126 PELABUHAN 0.019 BIAYA OPERASI ONAL PEMELI HARAAN 0.096 DEGRA DASI 0.022 KECEM BURU AN SOSIAL 0.022 TEK THD PROD TRADS 0.018 EKONOMI 0.577 LINGKUNGAN 0.133 SOSIAL 0.179 TEKNOLOGI 0.111 Tingkat 1 Tujuan Utama Tk.2 Aspek Tk. 3 Kriteria Tk.4 Kegiatan Gambar 42 Hierarki biaya pengelolaan kawasan Teluk Kelabat pendapat gabungan persepsi masyarakat. Gambar 40 dan 41 menggambarkan jenjang kekuatan masing-masing aspek setiap stakeholder. Keduanya memberikan hasil analisa yang sama berkaitan dengan persepsi seluruh stakeholder dari beberapa aspek. Aspek tersebut terdiri dari aspek ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kecenderungan jenjang tertinggi dari pendapat gabungan masyarakat adalah aspek ekonomi 0.577 lebih dominan jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yang cenderung memberikan nilai yang hampir sama lingkungan 0.130, teknologi 0.111 dan sosial 0.179. Aspek ekonomi yang dominan selanjutnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kriteria modal 0.481. Kegiatan yang paling sesuai menurut persepsi gabungan adalah pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan sektor perikanan 0.574 kemudian industri 0.209, pariwisata 0.126 dan pelabuhan 0.019. Gambar 43 Biaya model pengelolaan gabungan seluruh persepsi masyarakat. Gambar 43 menggambarkan kecenderungan pilihan diarahkan ke peruntukan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan 57.4 . Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek ekonomi 57.7 , kemudian diikuti aspek sosial17.9 , aspek lingkungan 13.0 dan aspek teknologi 11.1 . 5.3.3. Struktur hierarki penentuan penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Jebus berdasarkan biaya kerugian berdasarkan cost dan ratio. 5.3.3.1. Prioritas biayakerugian aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat. Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, pendapat gabungan stakeholder 0,55; CR 0,02 menyatakan aspek ekonomi yang membutuhkan biaya yang paling tinggi, demikian pula pendapat masing-masing unsur, pemerintah 0,542; CR 0,02, swasta 0,507; CR 0,01, dan pendapat masyarakat 0,577; CR 0,02. Dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, kegiatan pengelolaan Teluk Kelabat memang memerlukan modal yang besar baik sebagai modal dasar. 0 ,1 0 ,2 0 ,3 0 ,4 0 ,5 0 ,6 S K A L A P R IO R IT AA S R E S P O N D E N B IAYA K E R U GIAN AS P E K D AL AM P E N G E L OL AAN K AW AS AN T E L U K K E L AB AT E ko no mi L in g ku n gan S osial T e kno lo gi Ekonom i 0,55 0,542 0,577 0,507 Lingkunga n 0,156 0,172 0,133 0,264 S osia l 0,183 0,183 0,179 0,143 Te knologi 0,111 0,103 0,111 0,086 G a bunga n P e m e rinta h M a sya ra ka t S w a sta Gambar 44 Prioritas biayakerugian aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Gambar 43 menunjukkan bahwa Aspek sosial menjadi prioritas kedua menurut pendapat dari gabungan stakeholder 0,183, pemerintah 0,183, dan masyarakat 0,179, sementara itu pada posisi ini pihak swasta 0,0264 menyatakan aspek lingkungan mempunyai prioritas biayakerugian cukup penting selain ekonomi. Bila dihubungkan dengan aspek lingkungan sebagai prioritas ketiga pada pendapat gabungan stakeholder 0,156, pemerintah 0,172, dan masyarakat 0,133, biayakerugian sosial dan lingkungan menandakan kecemasan yang sama dari aktifitas industri akan memberikan tekanan yang keras terhadap sosial dan lingkungan. Secara sosial terlihat kekhawatiran akan kesiapan masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap dampak negatif industri pada kehidupan seperti perubahan gaya hidup dan kecemburuan sosial. Sedangkan secara lingkungan dampak yang diperhitungkan adalah pencemaran dari limbah industri dan degradasi fisik lingkungan, yang semula sistem ekologis di dominasi habitat tumbuhan, maka dengan masuknya komunitas Teluk Kelabat akan terjadi keseimbangan ekologis yang baru di lingkungan tersebut. Apabila eksploitasi lingkungan tersebut masih sesuai dengan asimilasi atau daya dukung carring capacity lingkungan, maka kehidupan biota darat dan laut tidak berpengaruh nyata, namun bila yang terjadi lingkungan tidak mampu lagi menetralisir atau menampung limbah atau beban dari tekanan terhadap sumberdaya yang ada maka akan terjadi seperti langkanya sumberdaya alam sampai bahkan menghilangnya biota tertentu yang sensitif terhadap perubahan tersebut, sehingga akan mengakibatkan keseimbangan ekologis yang baru. Tidak jauh berbeda dengan responden lain, swasta menempatkan aspek sosial pada prioritas ketiga dengan bobot 0,143 dengan pertimbangan aspek lingkungan adalah salah satu bagian syarat kelayakan usaha yang dinilai agar industri bisa berjalan dan ketika industri memulai produksi, aspek sosial adalah keharusan selanjutnya yang wajib diprioritaskan. Sedangkan aspek teknologi menjadi prioritas biayakerugian terakhir, dengan bobot menurut pendapat gabungan 0,148, dan masyarakat 0,110, dimana biayakerugian yang ditimbulkannya adalah sistem padat modal dengan lebih mengandalkan proses produksi menggunakan alat-alat berteknologi tinggi sehingga tidak memberi peluang lapangan pekerjaan kepada masyarakat secara umum yang dapat mengakibatkan terjadinya pengangguran, dan apabila produksi yang dihasilkan oleh kawasan industri ini adalah barang yang sama diproduksi oleh masyarakat secara tradisional home industry, maka dapat menyebabkan tekanan persaingan yang kuat bagi berkembangnya produksi tradisional masyarakat tersebut.

5.3.3.2. Prioritas biaya kerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat.

Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, seperti pada Gambar 29, kriteria modal merupakan prioritas kriteria tertinggi, menurut pendapat gabungan 0,458, demikian pula menurut pendapat dari unsur pemerintah 0,451, swasta 0,422, dan pendapat masyarakat 0,481. Proses produksi dapat berlangsung bila tersedianya sarana produksi seperti lokasi, alat dan mesin, bahan baku dan lainnya yang merupakan modal dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengadakannya. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 S K A L A P R IO R IT AS VARIABEL B IAYA K E R U GIAN K R ITE R IA D ALAM P E N GE LOLAAN K AW AS AN TE LU K K E LAB AT Ga bungan Pe m e rinta h M a syara ka t Sw a s ta Gab u n g an 0,458 0,092 0,104 0,052 0,122 0,061 0,089 0,022 Pe m e r in tah 0,451 0,09 0,086 0,086 0,092 0,092 0,086 0,017 M as yar ak at 0,481 0,096 0,111 0,022 0,157 0,022 0,092 0,018 Sw as ta 0,422 0,084 0,211 0,053 0,119 0,024 0,069 0,017 M DL BOP C M R GRD GA YH C BS GUR T KT R Gambar 45. Prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan industri perikanan terpadu Prioritas biayakerugian kedua tertinggi adalah kriteria gaya hidup, berdasar pada pendapat gabungan 0,122, masyarakat 0,157. Meningkatnya pendapatan masyarakat akan meningkatkan pula daya belinya, hal ini umumnya dapat menyebabkan masyarakat cenderung kepada pola konsumtif, tentunya akan berdampak kepada kehidupan sosial masyarakat seperti hilangnya sifat gotong royong, munculnya sifat individual yang mengabaikan musyawarah dan munculnya kelompok-kelompok. Dampak seperti ini dan masalah kesengajaan juga diprioritaskan oleh pemerintah dengan bobot yang sama 0,092 karena masalah gaya hidup dan kesenjangan sosial merupakan isu yang cukup beresiko menghalangi proses pembangunan. Sedangkan swasta memberi bobot 0,211 untuk prioritas ini pada kriteria pencemaran karena tanggung jawab terhadap penanganan pencemaran lingkungan lebih ditujukan kepada pihak swasta sebagai pelaku industri maka masalah limbah dari proses produksi Teluk Kelabat dan pelestariannya akan menjadi pilihan prioritas biayakerugian yang diperhitungkan. Limbah yang merupakan polutan yang berpotensi terhadap pencemaran lingkungan, hal ini akan merugikan dan terganggunya kehidupan perairan sekitar kawasan. Untuk itu diperlukan biaya yang cukup tinggi dalam mengatasi limbah industri agar limbah dapat dinetralisir kembali dan pada saat memasuki atau dibuang kembali tidak menimbulkan penurunan kualitas perairan. Prioritas ketiga dalam biayakerugian, menurut pendapat gabungan 0,104 dan masyarakat 0,111 adalah kriteria pencemaran. Swasta memilih kriteria gaya hidup 0,119 sebagai biayakerugian yang akan mempengaruhi iklim usaha. Yaitu ketika gaya hidup berubah maka tuntutan, pemikiran, semangat dan produktifitas tenaga kerja akan berkembang sejalan dengan baik tidaknya kebijakan dunia usaha. Untuk prioritas selanjutnya pendapat gabungan memberikan urutan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,092, pengangguran 0,089, kesengajaan 0,061, degradasi lingkungan 0,052, dan tekanan produksi 0,022. Pemerintah mengurutkan prioritas lanjutan biayakerugiannya dengan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,09, pengangguran, degradasi, pencemaran dalam bobot yang sama 0,086 dan tekanan produksi 0,017 sebagai prioritas terakhir. Pendapat masyarakat memiliki skema yang mirip dengan pendapat gabungan dengan urutan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,096, pengangguran 0,092, degradasi dan kesenjangan sosial dengan bobot yang sama 0,022, dan tekanan produksi 0,018. Begitu pula dengan responden swasta, biaya operasional dan pemeliharaan 0,084, pengangguran 0,069, degradasi 0,053, kesenjangan 0,024 dan tekanan produksi 0,017. Untuk lima prioritas terakhir rata-rata setiap responden memiliki skala prioritas yang sama. Penggangguran adalah terbatasnya kesempatan kerja dikarenakan penggunaan teknologi tinggi dan alat dan mesin yang dapat menggantikan manusia. Bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan teknis, pengalaman dan pengetahuanpendidikan yang mencukupi syarat yang ditentukan akan kalah bersaing sehingga tidak akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses produksi industri. Biaya operasional dan pemeliharaan dipersiapkan untuk mendampingi modal dasar agar dapat melangsungkan keberlanjutan proses produksi dan berkembangnya Teluk Kelabat. Biayakerugian kriteria degradasi fisik lingkungan disebabkan karena kurang pedulinya para pengguna lahan pada kawasan industri tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini akan berdampak kepada ketersediaan sumberdaya alam, seperti sumberdaya ikan, apabila sumberdaya ikan tersebut semakin menurun, akan berakibat pada menurunnya hasil tangkap nelayan, dengan demikian menurun pula pendapatan sedangkan kebutuhan hidup meningkat, tekanan terhadap kebutuhan hidup menyebabkan nelayan melakukan tindakan destruktif dan eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya lingkungan lainnya. Sementara biayakerugian yang ditimbulkan dengan adanya kawasan Teluk Kelabat lainnya adalah munculnya tekanan terhadap produksi tradisional. Produksi home industri masyarakat pada umumnya sangat sederhana baik kualitas hasil produksi maupun pengemasannya, sehingga produksi masyarakat ini sulit bersaing apabila mendapat saingan dari produksi industri yang menggunakan alat dan mesin yang canggih. Ketidak mampuan menghasilkan kualitas produk yang bersaing ini karena kemampuan dan ketrampilan serta modal yang kurang dimiliki masyarakat.

5.3.3.3. Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat

Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, kegiatan industri menempati prioritas biayakerugian yang tertinggi menurut pendapat gabungan 0,368, demikian pula pendapat unsur dari pemerintah 0,416. Masyarakat menilai perikanan dengan bobot 0,574 menempati biayakerugian tertinggi, sedangkan swasta 0,123. Penilaian ini dipengaruhi oleh hubungan kegiatan lainnya dalam hal modal dan biaya operasional serta pemeliharaan, pencemaran dan degradasi lingkungan, perubahan gaya hidup dan kecemburun sosial serta terjadinya pengangguran dan tekanan terhadap produksi tradisional dari sudut pandang dan posisi masing- masing responden. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 S K A L A P RI O RI T AS R E S P ON D E N B IAYAK E R U GIAN K E GIAT AN D AL AM P E N GE L OL AAN K AW AS AN T E L U K K E L AB AT P e rik a na n Indus tri P a riw is a ta P e la buha n P e rika na n 0,328 0,251 0,574 0,042 In dustri 0,368 0,416 0,209 0,033 P a riw isa ta 0,163 0,175 0,126 0,123 P e la b uha n 0,142 0,158 0,019 0,119 G a bu nga n P e m e rinta h M a sya ra ka t S w a sta Gambar 46 Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Kegiatan perikanan menjadi prioritas kedua, sesuai hasil pendapat gabungan 0,328 dan pemerintah 0,251. Swasta menilai kegiatan pelabuhan sebagai pilihan kedua 0,119 dan masyarakat lebih memilih kegiatan industri dengan bobot 0,209. Berikutnya biayakerugian kegiatan pariwisata merupakan prioritas ketiga menurut pendapat gabungan 0,163 dan masyarakat 0,126. Namun swasta 0,042 melihat kegiatan perikanan sebagai prioritas ketiganya. Selanjutnya prioritas biayakerugian kegiatan yang keempat adalah kegiatan pelabuhan, yaitu pendapat gabungan 0,142, pemerintah 0,158, namun berdasarkan pendapat swasta industri memilih industri sebagai prioritas terakhir yang memiliki biayakerugian terkecil. 5.3.4. Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, aspek lingkungan menjadi prioritas utama menurut pendapat swasta yaitu 1,94 dengan mengacu kepada prinsip ratio benefitcost 1 BC 1 adalah layak, ini berarti pengelolaan kawasan industri akan sangat menguntungkan, demikian pula pendapat dari pemerintah 1,26, gabungan dari para ahli 1,17 dan masyarakat 1,02 yang memberikan prioritas ketiga. Gambar 47 Prioritas aspek terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat berdasarkan analisis manfaat dan biaya Selanjutnya menurut pendapat gabungan pelaku, bahwa aspek sosial dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat menempati prioritas kedua yaitu dengan bobot 1.02 dan masuk dalam kategori layak, artinya pembangunan dibidang sosial akan menguntungkan dengan memperhatikan dampak atau gejala kesenjangan yang mungkin timbul dari pembangunan kawasan tersebut. Perubahan dalam lingkungan sosial mencakup perubahan yang telah berkembang untuk mewadahi semakin kompleknya kebutuhan masyarakat, pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, melemahnya kontrol sosial dalam masyarakat dan keluarga. Perubahan-perubahan tersebut menurut Dunn 2001 telah membawa dampak sosial budaya seperti perbedaan kelas sosial, persaingan dan konflik kepentingan antar kelompok, ketimpangan sosial yang dapat mengganggu stabilitas sosial ekonomi. Pendapat yang mempunyai sikap cukup memprihatinkan pada masalah sosial ini adalah pendapat swasta yang menilai BC 0,79, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat dianggap belum siap apabila nanti kawasan tersebut berkembang sesuai rencana. Rendahnya tingkat peran serta masyarakat terutama 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 S K A L A P R IO R IT S T A KE H O L DE R S P RIO RIT AS AS P EK DALAM P ENG EL O LAAN KAW AS AN TEL UK KEL ABAT DAN JEBUS BERDAS ARKAN ANAL IS IS M ANF AAT DAN BIAYA E ko n o m i L in g k u n g a n S o s ia l T e k n o lo g i Ek o n o m i 0,95 0,96 1,07 0,86 L in g k u n g an 1,17 1,26 1,02 1,94 So s ial 1,02 1,18 0,53 0,79 T e k n o lo g i 1,01 0,72 1,19 0,91 Gab Pe m M as y Sw as t a disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap perkembangan pembangunan dan persoalan lingkungan hidup serta keterkaitan antar keduanya.Lemahnya peran lembaga kemasyarakatan maupun dunia usaha dalam mendukung program pembangunan terutama menyangkut teknologi yang dikuasai masyarakat dan mutu sumberdaya alam serta pola kehidupan sebagian besar masyarakat yang masih dalam tahap pemenuhan kebutuhan paling primer mereka secara layak menyebabkan kapasitas keperansertaan mereka tidak optimal, namun pemerintah 1,18 dan masyarakat 0.53 merasa optimis bahwa pembangunan sosial bisa menjadi prioritas dan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi pembangunan kawasan tersebut, dengan upaya sejauh mungkin mengajak dan memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi, menjalin komunikasi dan informasi. Persepsi pelaku Masyarakat 1,19, lebih mengutamakan aspek teknologi yang dianggap dapat menguntungkan, namun bagi pemerintah 0,72 dan swasta 0,91 justru penggunaan teknologi yang tidak meninggalkan kemampuan masyarakat atau keikutsertaan dari masyarakatlah yang perlu dipertimbangkan, sehingga terdapat keseimbangan pembangunan pada kedua aspek ini,demikian pula pendapat gabungan para pelaku 1,01, penggunaan iptek yang tidak bijaksana dapat menghancurkan daya dukung dan menurunkan mutu lingkungan hidup, misalnya: pengurukan sungai dan pantai, pencemaran udara dan kebisingan karena industri. Untuk itu menurut Sugandhy 1999 dengan semakin cepatnya proses industrialisasi diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi industri yang berwawasan lingkungan untuk pengelolaan limbah, pengendalian erosi dan banjir, kesiapan teknologi pengelolaan lingkungan untuk melestarikan fungsi tatanan, mengukur daya dukung lingkungan, teknologi konservasi flora, dan fauna dan teknologi pengendalian pencemaran, kerusakan dan rehabilitasi lingkungan serta pemenuhan kebutuhan energi yang ramah lingkungan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa yang harus diselaraskan dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang diperhitungkan akan memiliki peluang tinggi dalam mempercepat laju pembangunan harus dikenali dan diberi perhatian khusus. Para pelaku pembangunan baik pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya juga masih memperlakukan lingkungan hidup sebagai barang bebas free commodity. Menurut Yakin 1997 lingkungan hidup belum dianggap sebagai komoditi dan aset ekonomi yang fungsi dan kemampuannya perlu dilestarikan untuk keberlanjutan proses produksi. Akibatnya pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan tidak dilakukan secara bijaksana dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Orientasi pembangunan dan kegiatan masyarakat khususnya para pelaku ekonomi masih berspektif jangka pendek. Tujuan jangka pendek meraih keuntungan materiil dengan mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan secara berlebihan di pandang masih lebih penting dari pada tujuan jangka panjang memperhatikan ketersediaan sumberdaya secara berlanjut bagi pembangunan. Di sisi lain, pengertian dan kesadaran tentang lingkungan di kalangan penegak hukum dan pejabat pemerintahan masih rendah,sehingga penegakan hukum juga lemah. Sementara itu, kasus pelanggaran lingkungan cenderung meningkat karena intensitas dan kompleksitas masalah lingkungan. Walaupun demikian dengan telah adanya landasan hukum dan perundang-undangan merupakan peluang untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan di masa mendatang. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat semua kegiatan yang direncanakan pada kawasan Teluk Kelabat belum dianggap layak, kecuali kegiatan perikanan. Kegiatan perikanan dikatakan layak atau dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya atau kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Kegiatan industri menjadi prioritas kedua, sesuai dengan pendapat swasta 1,098, masyarakat 1,043, gabungan pelaku 0,823 dan pemerintah 0,690. Kegiatan pelabuhan menjadi prioritas ketiga, sesuai dengan pendapat pemerintah 1,025, swasta 0,849, gabungan pelaku 0,810 dan masyarakat 0,791. Sedangkan kegiatan pariwisata menjadi prioritas keempat, sesuai pendapat gabungan pelaku 0,810, pemerintah 1,025, swasta 0,849 dan pendapat masyarakat 0,791. Kegiatan perikanan dan industri memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, lingkungan, sosial dan teknologi. Dengan meningkatnya aktifitas dari kegiatan-kegiatan tesebut, diharapkan akan semakin meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah, menumbuhkan sektor informal yang dapat mendinamiskan masyarakat mengembangkan berbagai usaha dan jasa, memberikan dampak yang baik bagi perlindungan pantai dan keindahan alami pesisir, dapat menampung tenaga kerja dan memberikan suasana yang nyaman, serta memungkinkan adanya penyerapan atau adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghasilkan produksi yang dapat bersaing pada pasar dalam dan luar negeri. Namun demikian menurut pemerintah dan masyarakat perlu diwaspadai dampak yang kurang menguntungkan, seperti pada kegiatan pelabuhan masih harus ditekan dan dikendalikan dari biayakerugian yang ditimbulkan oleh modal, biaya operasional dan pemeliharaan, pencemaran dan degradasi fisik lingkungan, adanya perubahan gaya hidup dan kecemburuan sosial yang disebabkan adanya kesenjangan sosial, serta adanya pengangguran karena tenaga kerja yang tidak siap pakai dan tekanan terhadap produksi tradisional masyarakat yang kalah bersaing dengan kualitas barang dari industri, bahkan masyarakat juga memperhitungkan pelabuhan masih sedikit belum menguntungkan, hal ini menunjukkan adanya evaluasi beragam dari pelaku yang nantinya akan memberikan beberapa solusi atau pola pendekatan yang mestinya akan menghasilkan skenario optimal dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat dengan melihat faktor-faktor manfaat dan biayakerugian yang ditimbulkan. Sedangkan untuk kegiatan perikanan telah disediakan berbagai fasilitas penunjang sehingga lebih menguntungkan, tetapi pelabuhan ini lebih diutamakan untuk memudahkan akses ke pusat industri dan mendukung proses produksi. Pada kawasan peruntukan ini dapat juga bernilai ekonomi tinggi apabila dapat mengoptimalkan adanya lokasi komersial, dimana lokasi ini sebagai pasar yang cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di lingkungan kawasan Teluk Kelabat.