ii. Manfaat dan kerugian lingkungan bila Kawasan Pesisir Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus dikelola menjadi kawasan industri, kawasan
pelabuhan, kawasan pariwisata dan kawasan perikanan. iii. Manfaat dan kerugian sosial bila Kawasan Pesisir Teluk Kelabat Kecamatan
Belinyu dan kecamatan Jebus dikelola menjadi kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan pariwisata dan kawasan perikanan.
iv. Manfaat dan kerugian teknologi bila Kawasan Pesisir Teluk Kelabat Kecamatan Belinyu dan kecamatan Jebus dikelola menjadi kawasan industri, kawasan
pelabuhan, kawasan pariwisata dan kawasan perikanan.
3.2 Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial keruangan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG dan analisis
hierarki proses AHP untuk penetuan prioritas pemanfaatan.
3.2.1. Analisis spasial
Secara singkat Langkah-langkah analisis sistem informasi geografis adalah: i pengkompilasian peta-peta tematik bagi kawasan, ii penyusunan matrik
kesesuaian, iii pembobotan dan pengharkatan, serta iv analisis spasial.
3.2.1.1. Pengkompilasian peta tematik
Pengkompilasian peta-peta tematik berdasarkan pengumpulan data sekunder yang sudah dalam bentuk peta digital. Data digital tersebut terdiri dari
penggunaan lahan saat ini, peta kemiringan lereng, peta ketinggian, peta drainase, peta rawan bencana, peta ketersediaan air, peta sempadan pantai, peta batimetri
dan arus, peta sungai, peta jalan, dan peta jenis tanah.
3.2.1.2. Penyusunan matrik kesesuaian
Langkah selanjutnya adalah penyusunan matriks kesesuaian untuk pengembangan pariwisata, industri, pelabuhan dan perikanan berdasarkan
kriteria teknis. Matrik ini merupakan parameter kesesuaian bagi peruntukan penggunaan lahan. Adapun kriteria peruntukan penggunaan lahan menurut
Sugiarti et al. 2000, Sjafi
’
i et al. 2001, Amien 1997, dan Arsy 1997 adalah sebagai berikut:
a Kriteria kawasan pariwisata pesisir: • Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan
• Tingkat rawan bencana: sangat rendah sampai ringan • Drainase: tidak tergenang
• Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran, reklamasi • Tipe tanah: pasir, pasir berlempung
• Sempadan pantai dan sungai b kriteria kawasan perikanan:
• Kekeruhan 2-30 NTU • Salinitas 27-33
• Oksigen terlarut minimal 3 ppm • Suhu 27 –32 °C
• Arus perairan 5-15 cmdetik • Kecerahan 3 meter
• Kadar padatan tersuspensi 5-25 ppm • Derajat keasaman 6,5 –9,0
c kriteria kawasan industri: • Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang
• Kemiringan lereng: 0 – 8 • Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan
• Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan • Drainase: tidak tergenang
• Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran, reklamasi d kriteria kawasan pelabuhan:
• Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan • Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan
• Drainase: tidak tergenang • Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran, reklamasi
• Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang • Kedalaman: 13 meter
• Pasang surut: 2 meter • Gelombang laut: 0,2 meter
• Arus laut: 0,5 knot • Angin: 8,5 knot
Dalam penelitian ini, kelas kesesuaian dibagi kedalam 3 kelas, yaitu kelas S1 sangat sesuai, highly Suitable, kelas S2 sesuai, suitable, dan kelas N tidak
sesuai, not suitable, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut Safi
,
i 2001:
Kelas S-1 : Sangat sesuai highly suitable, yaitu: Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu
penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan input dari biasa yang dilakukan dalam mengusahakan lahan
tersebut. Kelas S-2 : Sesuai suitable, yaitu:
Lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Pembatas tersebut akan
mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh, serta meningkatkan masukan input untuk mengusahakan lahan
tersebut. Kelas N : Tidak sesuai not suitable, yaitu:
Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu
penggunaan tertentu secara lestari.
Sumber : Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Perdesaan Direktorat Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum, 1997.
3.2.1.3. Pembobotan Weighting dan pengharkatan scoring