Salinitas estuarin Pengaruh pencemar logam terhadap polimorpisme lkan estuarin

dapat mengalami dimetilisasi oleh bakteri Clostridium cochkarium anaerobik dalam bentuk monometil Hg CH 3 Hg dan dimetil Hg CH 3 - Hg - CH 3 dan sangat reaktif Choe dan Ill 2003; Gagnon et al. 1996; Golding et al. 2002; Mason et al. 1993; Watras 1992. Dimetil Hg lebih stabil pada pH tinggi, tetapi tidak dapat dipisahkan dengan CH 3 Hg + pada pH rendah dan keluar dari lumpur sedimen bersamaan air interstisial.

2.2.8.8. Salinitas estuarin

Distribusi salinitas dalam estuarin dan laut uhi oleh densitas air. Densitas kepadatan itu sendiri dipengaruhi oleh suhu, sdipengaruhi oleh sirkulasi air laut penguapan, aliran air sungai, evaporasi dan hujan Ross 1970. Habitat ikan estuarin merupakan lingkungan yang bersalinitas dinamis dibanding dengan laut bebas Prasad. et al. 1995. Hal ini disebabkan oleh pengaruh aliran air tawar dari sungai- sungai diperubahan salinitas juga dipengaralinitas, tekanan dan kedalaman air Ross 1970. Dinamika salinitas di estuarin berpengaruh terhdap konsentrasi ion-ion Cd 2+ , Pb 2+ Hg 2+ 1. Na + dan Cl - dalam darah ikan estuarin ion-ion Ca 2+ konsentrasinya rendah dalam darah ikan dan pemanfaatan dilakukan secara efesien. Tekanan stress salinitas pada ikan estuarin menyebabkan perubahan dalam elektrolit plasma darah Prasad et al. 1995. Salinitas permukaan laut terbuka, bervariasi antara 33-37 dengan nilai rata-rata 35 . Pada perairan dangkal, lapisan lebih homogen hingga ke dasar, dengan salinitas dan suhu yang homogen. Massa air yang dari laut cina selatan mengalir ke laut Jawa pada bulan Desember mempunyai salinitas lebih rendah isohalin 33 akibat terjadinya pengenceran karena curah hujan dan aliran sungai di sepanjang pantai timur Sumatera dan Kalimantan. Salinitas air laut jawa lebih banyak berhubungan dengan sirkulasi massa air laut dari samudera Hindia dan samudera Pasifik dan hujan diwilayah Indonesia Ilahude 1999; Nontji 1987.

2.2.8.9. Pengaruh pencemar logam terhadap polimorpisme lkan estuarin

Pencemaran logam baracun secara langsung tidak merubah bentuk polimorpisme ikan Ariens et al. 1986; Lu 1995, tetapi mengganggu kegiatan sistem enzim dan metabolisms sel-sel jaringan dan organ. Perubahan polimorpisme pada tulang merupakan karakteristik penting yang diperlukan sebagai indikator biologis. Perubahan polimorpisme ikan dapat terjadi secara generatif pada organ sirip karena faktor adaptasi dengan faktor makanan dan lingkungan habitat Wagner dan Misof 1992; Wootton 1984. Setiap spesies memiliki variasi daya adaptasi dan toleransi pada lingkungan habitatnya Salthe 1972. Dalam proses perubahan polimorpisme evolusi dan adaptasi memerlukan waktu yang panjang dan hal ini tergantung daya toleransi dan kemampuan spesies. Perubahan polimorpisme ikan terjadi akibat terganggu faktor internal dan ekstemal karena interaksi dengan logam beracun dan didorong oleh pengaruh faktor-faktor lingkungan fisika, kimia, biologis dan geografis, sehingga memicu perubahan struktur organ tubuh ikan Hildebrand and Goslow 2001.

2.3. Pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu