nyata, namun bila yang terjadi lingkungan tidak mampu lagi menetralisir atau menampung limbah atau beban dari tekanan terhadap sumberdaya yang ada maka
akan terjadi seperti langkanya sumberdaya alam sampai bahkan menghilangnya biota tertentu yang sensitif terhadap perubahan tersebut, sehingga akan
mengakibatkan keseimbangan ekologis yang baru. Tidak jauh berbeda dengan responden lain, swasta menempatkan aspek sosial pada prioritas ketiga dengan
bobot 0,143 dengan pertimbangan aspek lingkungan adalah salah satu bagian syarat kelayakan usaha yang dinilai agar industri bisa berjalan dan ketika industri
memulai produksi, aspek sosial adalah keharusan selanjutnya yang wajib diprioritaskan.
Sedangkan aspek teknologi menjadi prioritas biayakerugian terakhir, dengan bobot menurut pendapat gabungan 0,148, dan masyarakat 0,110,
dimana biayakerugian yang ditimbulkannya adalah sistem padat modal dengan lebih mengandalkan proses produksi menggunakan alat-alat berteknologi tinggi
sehingga tidak memberi peluang lapangan pekerjaan kepada masyarakat secara umum yang dapat mengakibatkan terjadinya pengangguran, dan apabila produksi
yang dihasilkan oleh kawasan industri ini adalah barang yang sama diproduksi oleh masyarakat secara tradisional home industry, maka dapat menyebabkan
tekanan persaingan yang kuat bagi berkembangnya produksi tradisional masyarakat tersebut.
5.3.3.2. Prioritas biaya kerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat.
Berdasarkan analisis AHP prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, seperti pada Gambar 29, kriteria modal
merupakan prioritas kriteria tertinggi, menurut pendapat gabungan 0,458, demikian pula menurut pendapat dari unsur pemerintah 0,451, swasta 0,422,
dan pendapat masyarakat 0,481. Proses produksi dapat berlangsung bila tersedianya sarana produksi seperti lokasi, alat dan mesin, bahan baku dan lainnya
yang merupakan modal dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengadakannya.
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45 0,5
S K
A L
A P R
IO R
IT AS
VARIABEL
B IAYA K E R U GIAN K R ITE R IA D ALAM P E N GE LOLAAN K AW AS AN TE LU K K E LAB AT
Ga bungan Pe m e rinta h
M a syara ka t Sw a s ta
Ga b u n g an 0,458
0,092 0,104
0,052 0,122
0,061 0,089
0,022 Pe m e r in tah
0,451 0,09
0,086 0,086
0,092 0,092
0,086 0,017
M as yar a k a t 0,481
0,096 0,111
0,022 0,157
0,022 0,092
0,018 Sw as ta
0,422 0,084
0,211 0,053
0,119 0,024
0,069 0,017
M DL BOP
C M R GRD
GA YH C BS
GUR T KT R
Gambar 45. Prioritas biayakerugian kriteria terhadap pengelolaan kawasan industri perikanan terpadu
Prioritas biayakerugian kedua tertinggi adalah kriteria gaya hidup, berdasar pada pendapat gabungan 0,122, masyarakat 0,157. Meningkatnya pendapatan
masyarakat akan meningkatkan pula daya belinya, hal ini umumnya dapat menyebabkan masyarakat cenderung kepada pola konsumtif, tentunya akan
berdampak kepada kehidupan sosial masyarakat seperti hilangnya sifat gotong royong, munculnya sifat individual yang mengabaikan musyawarah dan
munculnya kelompok-kelompok. Dampak seperti ini dan masalah kesengajaan juga diprioritaskan oleh pemerintah dengan bobot yang sama 0,092 karena
masalah gaya hidup dan kesenjangan sosial merupakan isu yang cukup beresiko menghalangi proses pembangunan. Sedangkan swasta memberi bobot 0,211 untuk
prioritas ini pada kriteria pencemaran karena tanggung jawab terhadap penanganan pencemaran lingkungan lebih ditujukan kepada pihak swasta sebagai
pelaku industri maka masalah limbah dari proses produksi Teluk Kelabat dan pelestariannya akan menjadi pilihan prioritas biayakerugian yang diperhitungkan.
Limbah yang merupakan polutan yang berpotensi terhadap pencemaran lingkungan, hal ini akan merugikan dan terganggunya kehidupan perairan sekitar
kawasan. Untuk itu diperlukan biaya yang cukup tinggi dalam mengatasi limbah
industri agar limbah dapat dinetralisir kembali dan pada saat memasuki atau dibuang kembali tidak menimbulkan penurunan kualitas perairan.
Prioritas ketiga dalam biayakerugian, menurut pendapat gabungan 0,104 dan masyarakat 0,111 adalah kriteria pencemaran. Swasta memilih kriteria gaya
hidup 0,119 sebagai biayakerugian yang akan mempengaruhi iklim usaha. Yaitu ketika gaya hidup berubah maka tuntutan, pemikiran, semangat dan produktifitas
tenaga kerja akan berkembang sejalan dengan baik tidaknya kebijakan dunia usaha. Untuk prioritas selanjutnya pendapat gabungan memberikan urutan kriteria
biaya operasional dan pemeliharaan 0,092, pengangguran 0,089, kesengajaan 0,061, degradasi lingkungan 0,052, dan tekanan produksi 0,022. Pemerintah
mengurutkan prioritas lanjutan biayakerugiannya dengan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,09, pengangguran, degradasi, pencemaran
dalam bobot yang sama 0,086 dan tekanan produksi 0,017 sebagai prioritas terakhir. Pendapat masyarakat memiliki skema yang mirip dengan pendapat
gabungan dengan urutan kriteria biaya operasional dan pemeliharaan 0,096, pengangguran 0,092, degradasi dan kesenjangan sosial dengan bobot yang sama
0,022, dan tekanan produksi 0,018. Begitu pula dengan responden swasta, biaya operasional dan pemeliharaan 0,084, pengangguran 0,069, degradasi
0,053, kesenjangan 0,024 dan tekanan produksi 0,017. Untuk lima prioritas terakhir rata-rata setiap responden memiliki skala prioritas yang sama.
Penggangguran adalah terbatasnya kesempatan kerja dikarenakan penggunaan teknologi tinggi dan alat dan mesin yang dapat menggantikan
manusia. Bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan teknis, pengalaman dan pengetahuanpendidikan yang mencukupi syarat yang ditentukan akan kalah
bersaing sehingga tidak akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses produksi industri.
Biaya operasional dan pemeliharaan dipersiapkan untuk mendampingi modal dasar agar dapat melangsungkan keberlanjutan proses produksi dan
berkembangnya Teluk Kelabat. Biayakerugian kriteria degradasi fisik lingkungan disebabkan karena kurang pedulinya para pengguna lahan pada kawasan industri
tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini akan berdampak kepada ketersediaan sumberdaya alam, seperti sumberdaya
ikan, apabila sumberdaya ikan tersebut semakin menurun, akan berakibat pada menurunnya hasil tangkap nelayan, dengan demikian menurun pula pendapatan
sedangkan kebutuhan hidup meningkat, tekanan terhadap kebutuhan hidup menyebabkan nelayan melakukan tindakan destruktif dan eksploitasi berlebihan
terhadap sumberdaya lingkungan lainnya. Sementara biayakerugian yang ditimbulkan dengan adanya kawasan Teluk
Kelabat lainnya adalah munculnya tekanan terhadap produksi tradisional. Produksi home industri masyarakat pada umumnya sangat sederhana baik kualitas
hasil produksi maupun pengemasannya, sehingga produksi masyarakat ini sulit bersaing apabila mendapat saingan dari produksi industri yang menggunakan alat
dan mesin yang canggih. Ketidak mampuan menghasilkan kualitas produk yang bersaing ini karena kemampuan dan ketrampilan serta modal yang kurang dimiliki
masyarakat.
5.3.3.3. Prioritas biayakerugian kegiatan terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat