pada Stasiun 8 di lapisan permukaan dan terendah pada kedalaman 14 m dekat dasar .Kadar oksigen terlarut ini rendah bila dibandingkan dengan kadar oksigen
terlarut di perairan laut yang normal yang berkisar antara 5,7 ppm – 8,5 ppm Sutamihardja 1978. Kadar oksigen terlarut di lapisan permukaan, 5 m dan dekat
dasar masing-masing berkisar antara 3,54 – 3,88 mll dengan rata-rata 3,69 mll ; 3,22 - 3,30 mll dengan rata-rata 3,26 mll dan 2,97 - 3,78 mll dengan rata-rata 3,10
µg Al untuk mengkonversi mll menjadi ppm, angka ini dikalikan dengan konstanta 1,429. Kadar oksigen terlarut yang lebih tinggi diperoleh di lepas pantai sebelah
timur dan selatan perairan ini. Pengaruh aktivitas manusia dan buangan limbah organik melalui sungai-sungai sebelah barat perairan ini dapat menurunkan kadar
oksigen terlarut karena digunakan bakteri untuk pernafasan dalam menguraikan zat organik menjadi zat anorganik. Hal ini terlihat dari kadar oksigen terlarut yang lebih
rendah di sebelah barat dekat pantai perairan ini. Namun kondisi oksigen di perairan ini masih dapat digunakan untuk kepentingan budidaya perikanan karena masih
memenuhi nilai ambang batas oksigen 5 ppm dan 4 ppm Baku Mutu Air Laut 1988. Kadar oksigen terlarut untuk budidaya kerang hijau dan tiram berkisar antara 3
ppm – 8 ppm, sedangkan untuk beronang, kerapu dan kakap antara 4 ppm – 8 ppm dan untuk kerang bulu berkisar antara 2 ppm – 3 ppm Baku Mutu Air Laut
Departemen Pertanian dalam KLH 1984.
4.1.12.3. Zat hara fosfat, nitrat, nitrit, ammonia dan silikat
Zat hara nitrogen sebagai nitrat dan fosfor sebagai fosfat merupakan zat hara anorganik utama yang dibutuhkan fitoplankton sebagai rantai makanan untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Menurut Nybakken 1988 kadar kedua unsur ini sangat kecil dalam air laut, sehingga merupakan faktor pembatas bagi
produktivitas fitoplankton. Di perairan tropik dan subtropik kadar zat hara pada
umumnya rendah di lapisan permukaan, namun meningkat dengan bertambahnya kedalaman Koesoebiono 1981, sedangkan di perairan pantai aliran drainase sungai
sangat berpengaruh terhadap kedua zat hara ini Harvey 1945 dalam Koesoebiono 1981. Menurut Raymont 1963 nitrogen dalam bentuk an-organik yang berguna
bagi tumbuh-tumbuhan adalah nitrat, nitrit dan amoniak disebabkan terjadinya proses perombakan material-material yang mengandung nitrogen dalam batuan
mikroorganisme dimana nitrogen dirubah dari amino nitrogen R – NH2 berturut- turut menjadi ammonium NH
4+
kemudian menjadi nitrit NO
2
dan selanjutnya menjadi NO
3
. Diantara ketiga bentuk senyawa nitrogen tersebut, yang paling tinggi kadarnya adalah ammonia. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi sebagai
akibat banyaknya pasokan limbah nitrogen organik dari limbah argoindustri, pertanian dan tambak udang. Bakosurtanal 1994 menganjurkan kadar ammonia
tidak lebih dari 0,42 ppm untuk kriteria tingkat kesesuaian perikanan tambak dan perikanan laut. Dari hasil penelitian Sharp 1983 di perairan Belgia diperoleh kadar
ammonia yang tinggi yaitu 600 µg Al 8,40 ppm. Dengan demikian bila mengacu pada hasil penelitian Sharp tersebut, kualitas perairan Teluk Kelabat, Bangka-
Belitung masih normal ditinjau dari variasi kadar nitrogennya. Silikat merupakan salah satu zat hara yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan hidup organisme di laut. Kadar silikat disuatu daerah estuari selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung kepada keadaan sekelilingnya,
seperti tingginya curah hujan serta sumbangan dari daratan dengan terjadinya erosi melalui sungai keperairan tersebut. Fitoplankton merupakan salah satu parameter
biologi yang erat hubungannya dengan silikat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung kepada kandungan zat hara di perairan
tersebut antara lain zat hara silikat Nybakken 1982. Sama halnya seperti zat hara lainnya, kadar silikat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan
organisme yang hidup di perairan tersebut. Zat hara lainnya seperti fosfat dan nitrat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di
laut. Diantara jenis flora laut seperti algae, sangat membutuhkan zat hara fosfat, nitrat dan silikat dalam jumlah besar Lund 1950, Jorgensen 1953, Prescott 1969.
Beberapa jenis fitoplankton diantaranya diatom dan silicoflagellata membutuhkan silikon Si untuk pembentukan kerangka dinding selnya, namun dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa silikon Si juga diperlukan untuk sintetis DNA Raymont 1980.
Secara umum, kondisi kadar zat hara ini relatif tinggi dalam suatu perairan. Hal ini sangat dipengaruhi musim timur pada bulan Agustus dengan kuatnya pengadukan
turbulence massa air laut yang mengakibatkan naiknya zat-zat hara dari dasar perairan ke permukaan. Ditinjau dari kadar zat hara tersebut, dapat dikatakan bahwa
perairan ini relatif subur karena masih berada pada kisaran zat hara fosfat di perairan laut yang normal yaitu 0,10 – 1,68 µg Al Sutamihardja 1978. Menurut Joshimura
dalam Liaw 1969 tingkat kesuburan perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat dalam
suatu perairan dengan kisaran 0,07 – 1,61 µg Al adalah kategori perairan cukup subur, sedangkan pada beberapa perairan seperti di perairan Teluk Penghu dan Selat
Taiwan, merupakan daerah budidaya oyster dengan kadar fosfat dan nitrat masing- masing berkisar antara 0,08 – 1,20 µg Al dan 0,08 – 1,80 µg Al Liu and Fang
1986, sehingga bila ditinjau dari kadar fosfat dan nitrat yang merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Teluk Kelabat, Bangka Belitung masih baik
untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar fosfat dan nitrat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu masing-masing berkisar antara 0,5 – 1,0 µg
Al dan 2,5 – 3,0 µg Al. Untuk budidaya tiram berkisar antara 0,5 – 3,0 µg Al dan 1,5 – 3,0 µg Al sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar
antara 0,2 – 0,5 µg Al dan 0,9 – 3,2 µg Al Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH, 1984. Namun dari data yang diperoleh, ternyata hanya kadar
fosfat yang cocok untuk budidaya tiram sedangkan kadar nitrat tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Baku Mutu tersebut. Hal ini mungkin disebabkan kadar
fosfat dan nitrat sangat dipengaruhi kondisi perairan dan bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu, namun telah diperoleh kondisi luwes untuk kadar fosfat dan nitrat
dalam suatu peruntukan budidaya perikanan dalam suatu perairan KMN-LH 1988.
4.1.10. Mikrobiologi