dan masyarakat 0,179 melihat pentingnya manfaat aspek sosial. Dengan demikian terlihat keinginan pemerintah memberikan peran aktif dalam
menciptakan situasi sosial yang harmonis antara swasta dan masyarakat. Begitu pula masyarakat menilai manfaat aspek sosial, berupa penyerapan tenaga kerja
menjadi prioritas dalam pengelolaan, karena ada semacam kekhawatiran, nantinya mereka apakah hanya akan menjadi buruh biasa saja atau tidak berperan sama
sekali dan swasta merespon dengan baik situasi ini. Prioritas manfaat aspek berikutnya, pemerintah memberi bobot teknologi
0,143 diikuti bobot aspek pelestarian lingkungan 0,136 dengan consistency ratio
0,01. Sedangkan swasta memberi bobot manfaat aspek lingkungan 0,136 dan teknologi 0,094 dengan consistency ratio 0,04. Sementara masyarakat
memberi bobot manfaat lingkungan 0,131 dan manfaat aspek teknologi 0,093 dengan consistency ratio 0,08.
5.3.1.3. Prioritas manfaat kriteria terhadap pengelolaan kawasan Teluk Kelabat
Berdasarkan hasil analisis AHP prioritas manfaat kriteria dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, pendapat gabungan responden 0,481, pemerintah
0,453, swasta 0,49, dan masyarakat 0,447 menyatakan bahwa prioritas manfaat kriteria yang tertinggi adalah kriteria pendapatan. Hal ini menunjukkan
keinginan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan pengelolaan kawasan Teluk Kelabat, sehingga daya beli masyarakat meningkat.
Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat diharapkan akan semakin membaiknya struktur dan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula dengan
membaiknya daya beli masyarakat akan menggairahkan dan memacu pihak swasta dalam proses produksi yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan
asli daerah untuk pembangunan. Prioritas kriteria berikutnya menurut semua pendapat, gabungan 0,154
masyarakat 0,209, pemerintah 0,129 dan pihak swasta 0,159 adalah kriteria tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat menuntut hubungan
yang baik antara pemerintah dan swasta dalam menangani aspek tenaga kerja. Aspek tenaga kerja menjadi prioritas yang berkait erat dengan pendapatan yang
menghendaki adanya kebijakan yang arif untuk mendahulukan kepentingan orang
banyak dengan tidak mengenyampingkan lingkungan serta mengabaikan tenaga kerja untuk mendukung produksi sehingga dapat menghasilkan barang yang
berkualitas.
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5
V A
R IA
B E
L
SK AL A PR IOR ITAS PR IOR ITAS K R IT ER IA PE N GOL AH AN K AW AS AN TE LU K K E LAB AT
B ER D AS AR K AN AN ALISIS
G abungan Pe mda
Swasta M asyarakat
Ga bunga n 0 ,4 8 1
0 ,0 9 6 0 ,1 1 4
0 ,0 1 9 0 ,1 5 4
0 ,0 2 6 0 ,0 7 4
0 ,0 3 7 P e m da
0 ,4 5 3 0 ,1 1 3
0 ,1 1 6 0 ,0 1 9
0 ,1 2 9 0 ,0 2 6
0 ,0 9 5 0 ,0 4 8
S w a s ta 0 ,4 9
0 ,0 9 8 0 ,1 1 6
0 ,0 1 9 0 ,1 5 9
0 ,0 2 3 0 ,0 4 7
0 ,0 4 7 M a s ya ra k a t
0 ,4 4 7 0 ,0 8 9
0 ,1 1 2 0 ,0 1 9
0 ,2 0 9 0 ,0 3
0 ,0 7 7 0 ,0 1 5
P DP S INF
P LP T ES TK
TKER RRS
TRK M TS
Gambar 26 Prioritas manfaat kriteria dalam pengelolaan kawasan Teluk Kelabat Hal yang menarik pada prioritas ketiga untuk semua pendapat, yaitu:
gabungan 0,114, pemerintah 0,116, swasta 0,116 dan masyarakat 0,112, menginginkan perlindungan pesisir pantai sebagai hal yang harus diperhatikan.
Pemerintah melihat pelestarian ini sebagai suatu kewajiban, masyarakat dan swasta melihat pelestarian dan perlindungan pesisir sebagai pendukung utama
perkembangan kawasan Teluk Kelabat. Wilayah pesisir merupakan wilayah ekonomis yang menciptakan alasan tumbuhnya perekonomian di daerah ini,
sehingga wajar bila kriteria ini diprioritaskan oleh swasta dan masyarakat. Sementara kriteria sektor informal, rekreasi, estetika dan produksi mutu yang
dapat bersaing menjadi prioritas selanjutnya.
5.3.1.4. Prioritas manfaat kegiatan terhadap penggunaan lahan kawasan Teluk Kelabat