531 rekomendasi syarat apa yang sesuai dengan keadaan yang ditemukan
dilapangan sewaktu inspeksi.
2. Resiko Kebakaran, adalah perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi
kebakaran. Besaran yang mempengaruhi tingkat resiko kebakaran ada 3 faktor yaitu :
a. Tingkat kemudahan terbakar flamebility dari bahan yang diolah atau disimpan.
b. Jumiah dan kondisi penyimpanan bahan mudah terbakar sehingga dapat diperkirakan kecepatan laju pertumbuhan atau menjalarnya
api. c. Tingkat paparan, yaitu seberapa besar nilai material dan atau
seberapa banyak orang yang terancam.
Mengurangi resiko kebakaran, adalah pertimbangan syarat K3 untuk dapat menekan resiko ketingkat level yang lebih rendah. Seorang Ahli
K3 harus mampu menetapkan rekomendasi syarat dan strategi apa yang diperlukan untuk meminimalkan tingkat ancaman ke level yang
lebih rendah.
3. Memadamkan Kebakaran, adalah suatu teknik menghentikan reaksi
kebakarannyala api. Nyala api adalah suatu proses perubahan zat menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia, oksidasi eksotermal. Nyala
yang tampak adalah gejala zat yang sedang memijar. Pada nyala api yang sedang berlangsung terdapat 4 elemen yang berinteraksi, yaitu
unsur pertama adalah bahan bakarfuel bisa padat, cair, atau gas yang umumnya mengandung karbon C dan atau hidrogen H; unsur yang
kedua adalah bahan pengoksidan yaitu oksigen yang dapat berasal dari udara atau terikat pada bahan tertentu bahan oksidator; sedang unsur
ketiga adalah sumber panas yang berasal dari dalam sistem maupun dari luar sistem; unsur keempat adalah adalah rantai reaksi kimia.
Memadamkan kebakaran, dapat dilakukam dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api,
yaitu : pendinginan cooling, penyelimutan smothering, mengurangi bahan stafation, memutuskan rantai reaksi api dan melemahkan
dulution. Teknik pemadaman dengan media pemadaman harus sesuai dengan prinsip-prinsip pemadaman.
532
4. Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran, atau disebut
means of escape adalah sarana berbentuk konstruksi permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu
tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi keadaan darurat kebakaran.
5. Panas, asap dan gas, adalah produk kebakaran yang pada hakikatnya
merupakan jenis bahaya yang dapat mengancam keselamatan baik material maupun jiwa sehingga harus dikendalikan.
Penyebaran panas, dapat melalui radiasi, konveksi dan konduksi sebagaimana ilustrasi pada gambar 1
Perpindahan panas secara radiasi adalah, paparan langsung kearah tegak lurus melalui pancaran gelombang elektromagnetik. Contoh panas
matahari sampai ke bumi melalui radiasi.
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas melalui gerakan udara. Contoh panas cerobong yang melewati lubang atau
celah.
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas melalui media. Contoh dibalik ruangan yang terbakar dapat membakar
material diruangan sebelahnya karena panasnya menembus melalui tembok.
Penyebaran asap dan gas, berupa asap sisa pembakaran.
Contoh Karbondioksida CO
2
dan uap air H
2
0 serta gas ikutan Iainnya.
Dalam suatu kebakaran asap dan gas merupakan pembunuh utama. Boleh jadi korban mati dalarn kebakaran adalah karena menghisap asap
atau gas. Penyebaran asap dan gas cenderung akan naik ke atas melalui
setiap celah shaft yang ada, karena itu pada bangunan gedung bertingkat lantai paling atas akan lebih dulu kena asap. Pada bangunan yang
rnenggunakan sistem AC sentral asap dan gas, asap akan cenderung menyebar ke seluruh ruangan melalui sirkulasi udara AC.
533 Apabila ada bangunan yang terbakar menyimpan bahan-bahan yang
dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan bertambah besar karena adanya gas racun.
Dengan demikian seorang Ahli K3 harus mampu menganalisis kemungkianan adanya ikutan bahaya gas racun, sehingga diharapkan
mampu menetapkan rekomendasi syarat untuk menghindarkan bahaya asap dan gas beracun. Dampak lain resiko kebakaran adalah ledakan dan
bahan kimia atau tabung kontainer yang berisi gas yang mudah meledak.
6.4.3. Ruang Iingkup pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
Lingkup pengawasaan K3 penanggulangan kebakaran sesuai pasal 4 UU No.1 tahun 1970 dimulai dari prakondisi sampai operasionalisasi yang
diharapkan mampu mengidentifikasi, menganalisis, supervisi dan memberikan rekomendasi.
Identifikasi potensi bahaya Fire Hazard Identification; sumber--
sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran seperti setiap bentuk energi panas yang ditimbulkan listrik, petir,
mekanik, kimia, dan bentuk energi lain yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi untuk dikendalikan sesuai dengan
ketentuan peraturan dan standart yang berlaku.
Analisa resiko Fire Risk Assessment; berbagai potensi bahaya
yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya, apakah masuk kategori ringan, sedang, berat, atau sangat serius
dengan parameter kecepatan menjalamya api, tingkat paparan, konsekwensi kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
Sarana proteksi kebakaran aktif; yaitu alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti
sistim deteksi dan alarm, APAR, hydrant, sprinkler, hose rell, dll yang dirancang berdasarkan standart sesuai dengan tingkat bahayanya
Sarana proteksi kebakaran pasif; yaitu alat, sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap, panas, dan gas berbahaya bila
terjadi kebakaran. Contoh sistim kompartemenisasi, treatment, atau clotting fire reterdant, sarana pengendalian asap smoke controle
system, sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api smoke damper, fire damper, fire stopping, alat bantu evakuasi dan rescue, dll.
534
6.4.4. Pengetahuan dasar pemadaman api
Dari uraian dasar terjadinya kebakaran dapat ditarik tiga pemahaman penting yang terkait dengan pembahasan prinsip pemadaman api, yaitu :
Pemahaman pertama Berdasarkan teori segitiga api. Ada 3 elemen pokok untuk terjadinya
nyala api yaitu :
Bahan bakar
Oksigen
Panas sumber penyala Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besarnya fisika tetentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api, yaitu
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition point
Dari besaran angka diatas, maka tindakan pengendalian tgerhadap bahaya kebakaran dilakukan penerapan sistem pengendalian dengan
peralatan deteksi. Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetra hedron of fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal atom-atom bebas
yang ternyata mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk memadamkan api dapat dilakukan dengan cara 4 prinsip yaitu:
Prinsip mendinginkan Cooling misalnya dengan menyemprotkan air
Prinsip menutup bahan yang terbakar Starvation, misalnya
menutup dengan busa