Persyaratan OHSAS 18001 Persyaratan Permenaker 05Men1996

486 mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Pengelolaan resiko merupakan dasar dati penerapan Sistem Manajemen K3, karena itu setiap organisasi harus memiliki apresiasi yang menyeluruh pada setiap kegiatan yang terkait dengan aspek-aspek K3. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko yang terkait dengan aktivitas harus dipastikan sesuai, cukup dan selalu tersedia. Untuk itu sebuah organisasi harus mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengedalikan resiko K3 disemua aktivitas-aktivitasnya, dan semua tahapan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penerapan Sistem Manajemen K3. Hal ini sangat penting, karena itu identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya harus secara nyata ditetapkan. Setiap organisasi berbeda dalam bentuk identifikasi, pengukuran dan pengendalian bahayanya, tergantung pada ukuran, situasi lingkungan kerja organisasi serta ditentukan juga oleh sifat, kompleksitas dan signifikansi bahaya yang terjadi. Identifikasi bahaya. penilaian dan pengendalian resiko harus dilakukan dalam perhitungan yang matang, termasuk juga biaya dan waktu pelaksanaannya. Data-data yang disajikan harus dipastikan akurat. Organisasi harus menentukan apakah aspek K3 ini terkait dengan aktivitas sekarang atau yang lampau. Tapi bagi organisasi yang belum menerapkan Sistem Manajemen K3 dan belum memiliki data apapun yang terkait dengan aspek-aspek K3, sebaiknya melakukan tinjauan awal bahaya potensial berdasarkan kondisi sekarang. 487 Organisasi harus mempertimbangkan resiko yang dihadapinya sebagai dasar membuat Sistem Manajemen K3. Tinjauan awal harus mencakup empat hal berikut ini: a. Persyaratan peraturan dan perundang-undangan. b. Identifikasi resiko K3 yang dihadapi organisasi. c. Rekaman-rekaman dari semua proses dan prosedur. d. Evaluasi umpan balik dari investigasi insiden sebelumnya, kecelakaan dan keadaan darurat. Kondisi operasi normal, tidak normal dan kondisi darurat yang potensial juga harus mendapatkan perhatian. Serta yang tidak kalah penting yang harus kita ingat adalah ketika melakukan identifikasi bahaya potensial kita tidak saja melakukannya pada pekerjaan operasional saja, tapi juga pada segala aspek lainnya yang masih termasuk di dalam Iingkup penerapan Sistem Manajemen K3, seperti pemeliharaan, house keeping, dan lain sebagainya. Sumber data yang dapat digunakan adalah: ƒ Persyaratan dan peraturan K3 ƒ Kebijakan K3 ƒ Rekaman insiden dan kecelakaan kerja ƒ Laporan ketidaksesuaian ƒ Hasil audit ƒ Komunikasi pada karyawan dan pihak terkait ƒ Informasi dari tinjauan aktivitas K3 karyawan. ƒ Infomasi dari perusahaan sejenis berupa insiden dan kecelakaan kerja yang teriadi ƒ Infomasi pada fasilitas, proses dan kegiatan organisa mencakup prosedur, data pemantauan, data lingkungan dan tempat kerja. Dalam melakukan identifikasi bahaya, pengukuran dan pengendalian resiko yang tertuang dalam pengelolaan resiko sebuah organisasi dapat menggunakan lima langkah sebagai mana diilustrasikan dalam bagan berikut ini : 488 Gambar 6.13. Pengukuran dan pengendalian resiko

6.2.2. Langkah-langkah Pengukuran dan Pengendalian Resiko Langkah 1. Identifikasi Bahaya

Persyaratan Permenaker 05Men1996 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian risiko Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk identifikasi sumber bahaya Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan: 1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. 2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Langkah pertama dalam proses manajemen resiko adalah melakukan identitifikasi bahaya tempat kerja atau tempat yang berpeluang mengalami kerusakan. Hal yang harus diperhatikan adalah bahaya akibat pekerjaan tidak saja terjadi pada saat kejadian, tetapi bisa juga terjadi dalam kurun waktu yang lama. Misal seseorang yang bekerja dalam kondisi kerja yang bising, baru merasakan akibatnya berupa gangguan pendengaran setelah 10-20 tahun kemudian. Secara umum, kita dapat membagi bahaya kerja atas enam bagian, seperti digambarkan dalam Tabel Panduan Daftar Potensial Dalam prakteknya, suatu organisasi seringkali mengalami kesulitan dalam menentukan bahaya. Hal ini disebabkan begitu banyak Step 5 : Pemantauan dan Tinjauan Step 4 : Menerapkan pengendalian Step 3 : Menetapkan pengendalian Step 1 : Identifikasi bahaya Step 2 : Identifikasi bahaya Sudah adakah peraturan, standar, kode industri atau materi panduan tentang bahaya yang harus diidentifikasi Mengikuti informasi dalam peraturan standar kode atau buku panduan y a Tidak 489 kegiatan-kegiatan yang harus diidentifikasi. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok, seperti: ƒ Kegiatan-kegiatannya seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data ƒ Lokasi kantor, gudang, lapangan ƒ Aturan-aturan pekerja kantor, atau bagian elektrik ƒ Fungsi atau proses produksi administrasi, pembakaran, pembersihan, penerimaan, finishing Aktivitas-aktivitas lainnya yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi bahaya, antara lain: ƒ Berkonsultasi dengan pekerja. Bertanya pada mereka tentang berbagai masalah yang mereka temukan, keadaan yang nyaris kena bahaya dan kecelakaan kerja yang tidak terekam.