Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
133
Transformasi fasa ke amplitudo diperlihatkan seperti pada gambar 18.
Gambar 18. Bentuk Sinyal Hasil Perhitungan
Transformasi
Fasa ke Amplitudo
Pada Kasus 1
Sinyal sign bit yang dihasilkan diperlihatkan seperti pada gambar 19.
Gambar 19. Bentuk Sinyal Sign Bit Pada Kasus 1
Sedang bentuk sinyal keluaran sine lookup table diperlihatkan seperti pada gambar 20.
Gambar 20. Bentuk Sinyal Hasil Perhitungan Sine
Lookup Table Pada Kasus 1
Bentuk sinyal keluaran
Sine Lookup Table
hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 21.
Gambar 21. Bentuk Sinyal Keluaran Sine Lookup
Table Hasil Simulasi Pada Kasus 1
• Digital to Analog Converter Bentuk sinyal keluaran DAC hasil simulasi
diperlihatkan seperti pada gambar 22.
Gambar 22. Bentuk Sinyal Rekonstruksi DAC Hasil
Simulasi Pada Kasus 1
• Filter Pada simulasi ini digunakan filter analog,
dengan jenis butterworth orde 2. Dengan memperhitungkan orde filter, dapat memberikan hasil
yang lebih halus. Akan tetapi, orde filter akan memberikan delay pada sinyal output. Semakin besar
ordenya, sinyal akan semakin bagus, akan tetapi delay akan semakin besar. Bentuk sinyal keluaran filter
diperlihatkan seperti pada gambar 23.
• Spektrum Frekuensi Spektrum yang dibangkitkan menunjukkan
frekuensi keluaran DDS. Prinsip kerja dari blok ini adalah mirip dengan FFT Fast Forier Transform,
yaitu merubah sinyal dalam domain waktu menjadi
Gambar 23. Bentuk Sinyal Keluaran Filter LPF Hasil
Simulasi Pada Kasus 1
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, ril 2008., ISSN : 1979-2921.
134
30 Ap
domain frekuensi. Bentuk sinyal keluarannya diperlihatkan seperti pada gambar 24.
Gambar 24. Bentuk Sinyal Keluaran Filter LPF Hasil
Simulasi Pada Kasus 1 Domain Frekuensi
4.2.1.1. Kasus 2
Sistem dengan frekuensi clock 30 Hz, bit accumulator 5 dan tuning word 5, maka susunan data
untuk masing – masing blok adalah sebagai berikut : • Data masukan
• Phase accumulator Data phase accumulator :
Bentuk sinyal keluaran phase accumulator hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 25.
Gambar 25. Bentuk Sinyal Keluaran Phase
Accumulator Hasil Simulasi Untuk Kasus 2
• Phase truncated Data phase truncated :
Bentuk sinyal keluaran phase truncated hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 26.
Gambar 26. Bentuk Sinyal Keluaran Phase Truncated
Hasil Simulasi Untuk Kasus 2
• Sine lookup table Perubahan fasa menjadi amplitudo :
Transformasi fasa ke amplitudo diperlihatkan seperti pada gambar 27.
Gambar 27. Bentuk Sinyal Hasil Perhitungan
Transformasi Fasa ke Amplitudo Pada Kasus 2
Sinyal sign bit yang dihasilkan diperlihatkan seperti pada gambar 28.
Sedang bentuk sinyal keluaran sine lookup table hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 29.
Gambar 28. Bentuk Sinyal Sign Bit Pada Kasus 2
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
135
Gambar 29. Bentuk Sinyal Keluaran Sine Lookup
Table Hasil Simulasi Pada Kasus 2
• Digital to analog converter Bentuk sinyal keluaran DAC hasil simulasi
diperlihatkan seperti pada gambar 28.
Gambar 29. Bentuk Sinyal Keluaran DAC Hasil
Simulasi Pada Kasus 2
• Filter Bentuk keluaran filter diperlihatkan seperti pada
gambar 30.
Gambar 30. Bentuk Sinyal Keluaran Filter LPF Hasil
Simulasi Pada Kasus 2
• Spektrum Frekuensi Bentuk sinyal keluaran filter LPF hasil simulas dalam
domain frekuensi diperlihatkan seperti pada gambar 31.
Gambar 31. Bentuk Sinyal Keluaran Filter LPF Hasil
Simulasi Pada Kasus 2 Domain Frekuensi.
5. KESIMPULAN
Pada penelitian ini telah dilakukan simulasi DDS. Setelah dilakukan penelitian dengan cara
membandingkan simulasi model DDS dengan script m-file
matlab R2007a dan teori DDS, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Setelah dilakukan percobaan dengan nilai bit
accumulator sama yaitu 4, tuning word paling maksimal tuning word = 2
bit accumulator
-1 pada sistem yaitu 7 dan frekeunsi clock berbeda – beda
maka diperoleh data bahwa untuk F
clock
= 30 Hz nilai Fout = 13,125 Hz dan untuk F
clock
= 60 Hz nilai Fout = 26,25 Hz. Terbukti bahwa frekuensi
keluaran DDS selalu kurang dari setengah frekuensi
clock sistem yang digunakan
f
out
≤f
clock
2. 2.
Dari percobaan selanjutnya, yaitu dengan frekuensi clock sama dan nilai tuning word
berbeda, serta bit accumulator dirubah dengan nilai yang berbeda, maka diperoleh data bahwa
dengan bit accumulator lebih besar pada sistem yang sama, akan didapatkan sinyal dengan
ketelitian yang tinggi atau baik.
3. Percobaan selanjutnya yaitu menggunakan nilai
frekuensi clock yang sama, bit accumulator yang sama dan tuning word yang berubah – ubah, yaitu
frekuensi clock = 30 Hz, bit accumulator = 4, maka untuk tuning word = 2 frekeunsi keluaran =
3,75 Hz, untuk tuning word =5 frekuensi keluaran = 9,375 Hz dan tuning word = 7 frekuensi
keluaran = 13,125 Hz. Dari hasil percobaan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengaturan frekuensi keluaran pada DDS dapat dilakukan dengan merubah nilai tuning word ,
dengan frekuensi clock dan bit accumulator tetap.
Dari dua contoh kasus yang diberikan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa proses pembangkitan
sinyal dengan DDS mempunyai keunggulan daripada pembangkit sinyal sebelumnya. Keunggulan tersebut
antara lain :
• Proses pemunculan sinyal lebih cepat dan mudah. Hal ini terbukti dari proses awal sampai akhir
diperoleh sinyal tidak diperlukan memori yang besar, serta untuk menghasilkannya tidak
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
136
membutuhkan alat elektronik yang bermacam – macam. Karena sinyal yang dibangkitkan
merupakan sinyal digital, maka prosesnya dapat dilakukan dengan menggunakan PC personal
computer
atau akan lebih baik dengan prosesor khusus seperti DSP Digital Signal Processor.
• Sinyal yang dihasilkan lebih besar resolusinya. Dari prinsip sinyal dasar sudah dapat diketahui
bahwa sinyal digital lebih mudah diproses daripada sinyal analog. Hal inilah yang digunakan
sebagai prinsip adanya DDS. Selain lebih mudah, hasil yang diproleh juga lebih baik dengan sinyal
digital, karena dalam sinyal digital tidak ada noise sedangkan pada sinyal analog terdapat noise yang
dapat mengurangi ketepatan precisi dari sinyal yang dibangkitkan.
• Pengaturan frekuensi lebih praktis. Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa
pembangkitan sinyal dapat dilakukan dengan PC. Hal tersebut dapat mempermudah perancang
dalam pengaturan frekuensi, karena untuk mengatur frekuensi sesuai dengan kebutuhan,
dapat dilakukan dengan merubah tuning word saja. Hal ini jelas membuat pengaturan frekuensi
lebih mudah dan praktis.
• Pemeliharaan lebih mudah. Dengan DDS penggunaan beberapa komponen elektronik dapat
ditekan sehingga dapat mempermudah pemeliharaan, sedangkan tanpa DDS dibutuhka IC
atau komponen elektrinik yang lebih banyak.
• Dengan satu sistem DDS, dapat dihasilkan dua atau lebih sinyal dengan frekuensi berbeda,
sedangkan pada sistem manual diperlukan beberapa alat untuk menghasilkan beberapa
frekuensi yang berbeda.
• Untuk mendapatkan sinyal dengan resolusi tinggi, maka dibutuhkan bit accumulator yang besar
dengan tuning word kecil.
DAFTAR PUSTAKA [1]
1999 . “A Technical Tutorial on Digital Signal Synthesis”. Analog Devices.
[2] Baracskai, Melinda. Horvart, Richard. Dr. Olah,
Ferenc. “CW and FM-CW Radar Adaptation for Vehicles Technology”.
[3] Crawford,James. “Frequency Synthesizer
Design Handbook”. London : Artect House [4]
Gentile, Ken. Brandon, David. Haris, ted. 2003. “Direct Digital Synthesizer Primer”.
www.ieee.lipdfviewgraphs_dds.pdf [5]
http:google.compro3.pdf [6]
http:en.wikipedia.orgwikiElectromagnetic_sp ectrum.pdf
[7] http:en.wikipedia.orgwikiradar.pdf
[8] http:www.fas.orgmandod-
101navydocses310syllabus.htm [9]
Khrisnan, Sudarsan. 2000. “Modeling and Simulation Analysis of an FMCW Radar for
Measuring Snow Thickness”. Thesis : University of Madras.
www.ittc.ku.eduresearchthesisdocuments sudarsan_krishnan_thesis.pdf
[10] Koh. 2001. “FMCW Radar Overview”.
Engineer Research and Development Center : US Army Corps of Enginer.
www.nohrsc.nws.gov~clineclpmeetingsboul der_nov01 presentationskoh_fmcw.ppt
[11] Kurniawan, Usman, Uke. “Modul 05 Transmisi
Telekomunikasi”. STT Telkom : Lab Siskom. www.stttelkom.ac.idstafUKUHandout20PT
1123-DASTELModul235.Transmisi.ppt [12]
Matlab R2007a. copyright 1984-2007. help. filter.
[13] Murphy, Eva. 2004. “All About Direct Digital
Synthesizer”. Analog Dialogue. http:www.analog.comanalogdialogue
[14] Prentiss, Dylan. “Characteristics of Radar”.
Department of Geography : University of California.
www.kasim.faizal.googlepages.comsistemterm alradar050607 kuliah.doc
[15] Rev, AA. “Basic Principal of Radar”. Inggris.
www.emersonprocess.comrosemountdocumen ttds3209tds.pdf
[16] RNDr Nebus, Frantisek,PhD. Prof. Ing. Kus,
Zdenek, CSc. Doc. Ing. Kurty, Jan, PhD. Ing. Sostronek, Mikulas. “FMCW Sensor Evaluation
and Real Signals Analysis”. Military Academy : Dept. of Radioelectronic.
www.urel.feec.vutbr.czra2008archivera2002 pdf54.pdf
[17] Shrimali, Shashikant, B.E. 2007. “Direct Digital
Frequency Synthesizer”. Thesis Master of Science : Texas Tech University.
www.etd.lib.ttu.eduthesesavailableetd- 03282007-
111418unrestrictedShrimali_Shashikant_Thesi s.pdf
[18] Winkler, Simon. “High Speed DDS Controlled
Radar System for Identification of Surface Acoustic Wave Tags During Translational
Motion”. Johanes Kepler Universitat Linz. www.diploma20thesis20short20descripti
on20Simone20 Winkler.pdf [19]
Wojtkiewijt, Andrzej. Misiurewicz, Jacek. “Two Domensional Signal Processing in
FMCW Radar”. Instytut Podstaw Elektroniki. www.diploma20thesis20short20descripti
on20Simone20 Winkler.pdf [20]
www.google.comkatalogitbtugasakhir [21]
www.heja.szif.huTARTAR-070416- Atar070416a.pdf
[22] www.owlnet.rice.edu~nava201presentationsL
ecture03.ppt [23]
www.te.ugm.ac.id~warsuntelkompresentasik om_radiokel 202Modulasi20Analog.ppt
[24] www.te.ugm.ac.id~warsuntelkompresentasik
om_radiokel3 Telekomunikasi20Radio.ppt