Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
masing site. Oleh karena itu, model ini hanya membutuhkan fixed omni directional antenna.
Penggunaan konstruksi antena yang lebih sederhana sangat memungkinkan sistem radar pasif ini mobile.
4. PENGISIAAN CELAH KOSONG LIPUTAN RADAR
Pengisian celah kosong dilakukan dengan memasang sistem radar pasif pada daerah yang tidak
terliput oleh sapuan radar aktif. contoh pemasangan ditunjukkan oleh gambar 4.1. Panjang dari Dz adalah
dua kali radius daerah jangkauan penerima radar pasif. Luas daerah jangkauan maksimum, Dz terpanjang,
akan bergantung pada kuat sinyal emisi dari target, kepekaan dan level derau minimal penerima, dan
situasi propagasi di sekitar antena radar pasif.
Gambar 4.1 : Pengisian celah liputan dengan jangkauan sepanjang Dz.
5. KESIMPULAN
Radar Pasif, di dalam tulisan ini, sangat mengandalkan pada emisi sinyal radio dari target.
Oleh karena itu, sistem ini tidak akan bekerja bila target dalam status “silence”. Tetapi situasi yang
menguntungkan adalah sampai berapa lama target “silence”.
“Tidak ada emisi” gelombang radio dari Radar pasif. Oleh karena itu, keberadaannya secara teoretis
tidak dapat dilacak oleh pihak lawan. Model konstelasi tiga site berdasarkan pada AOA,
kerumitan terjadi pada konstruksi antena, sehingga sistem akan lebih sesuai untuk fixed radar, dengan
kata lain sulit bila harus mobile. Sedangkan, pada konstelasi multilaterasi kerumitan ada pada software,
tetapi konstrusi antena menjadi sederhana, sehingga akan memudahkan untuk mobile.
Untuk semua konstelasi, ada persamaan pada sistem pemroses data target, dan sistem penerima
radio, terkecuali konstruksi antena. Biaya tinggi kemungkinan untuk sistem penerima
dan pemroses data target dengan target data library. Pada sistem penerima, hal itu disebabkan oleh
spesifikasi yang unik. Biaya unit pendukung unit radar, seperti catu daya, gedung, operasional, dan
sebagainya akan jauh lebih murah dibandingkan dengan radar aktif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Untuk mengakhiri tulisan ini, penulis berterima kasih kepada pihak penyelenggara Seminar Radar
Nasional ‘08. Disamping itu, penulis juga ingin berterima kasih kepada rekan-rekan peneliti bidang
telekomunikasi di PPET-LIPI dan Dislitbang TNI-AU atas bantuan informasi yang sangat berharga.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bao James dan Yen Tsui, Mocrowave Receivers With Electronic Warfare Applications, John
Wiley and Sons, New York :1986.
Dz
RA1
RA2
2.
Chol Song Hok, Passive Surveillance System PGS, Kumpulan Naskah Seminar Pemanfaatan
Multilateration Technology Radar Pasif untuk kepentingan Militer. Dislitbangau Bandung
2007.
3.
Edde Byron, RADAR Principles, Technology, Applications, Prentice Hall International
Editions, Englewood Clift: 1993.
4.
Erst Stephen J., Receiving Systems Design, Artech House Inc, Norwood: 1984.
5.
Fink G. Donald dan Donald Christian, Electronics Enggineer Handbook, McGraw-Hill
Book Company, New York: 1986.
6.
Herryanto Eris, MA Marsda TNI, KOHANUDNAS SEBAGAI PENGGUNA
RADAR UNTUK WILAYAH UDARA NASIONAL, Pemaparan Kohanudnas pada
Seminar Radar Nasional Ked. IPT-LIPI April 2007.
7.
ITT_Team, Reference Data for Radio Engineers, Howard W, Sams Co., Indianapolis, New
York: 1975.
8.
Kingsley Simon dan Shaun Quegan, Understanding Radar Systems, McGraw-Hill
International Edition, New York:1992.
9.
Nathanson Fred E., Radar Design Principles, Second Edition, McGraw-Hill International
Edition, New York:1991.
10.
Sonnenberg G J, Radar and Electronic Navigation. London-Boston : Newness
Butterworths: 1978.
11.
Wikipedia. Answer.com on Passive Radar http:www.answers.comradarpassive.
32
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
Pembangkit Gelombang RADAR Berdasarkan Teknik Heterodyne Optis
Bambang Widiyatmoko, Tomi Budi Waluyo dan Masbah R.T. Siregar
Bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika Pusat Penelitian Fisika – LIPI
Kawasan Puspiptek, Serpong – Tangerang 15314
ABSTRACT
Signal source commonly used in radar systems is a magnetron. In this paper we describe an alternative for generating radar signal using optical sources based on optical heterodyning technique. Optical signal light from
two laser diodes are mixed using an optical fiber coupler into a photodiode. The first laser diode is the primary signal source emitting light at a frequency of v
1
, while the second laser diode is regarded as a local oscillator emitting light at a frequency of v
2
which can be tuned greater than, or less than, or approximate to ν
1
. Lights at the two wavelengths are then mixed optically into the photodiode so that a microwave signal is generated whose
frequency is the difference between the two optical frequency of the laser diodes. From our experiment using two distributed feedback laser diodes and a fast photodiode, a microwave signal around 9 GHz is generated which is
potential to be used as an alternative carrier signal for a radar . Keywords : radar signal generator, heterodyne technique, laser diode
ABSTRAK
Pembangkit gelombang radar yang umum digunakan adalah magnetron. Pada makalah diuraikan alternatif pembangkitan gelombang radar menggunakan sumber cahaya optik berdasarkan teknik heterodyne. Sinyal optis
cahaya dari dua buah laser diode dipadukan menggunakan suatu pemadu serat optik ke suatu photo diode. Laser diode yang pertama dianggap sebagai sumber utama yang memancarkan cahaya pada frekuensi v
1
, sedangkan laser diode yang kedua dianggap sebagai suatu oslilator lokal yang memancarkan cahaya pada frekuensi v
2
yang nilainya dapat ditala lebih besar, lebih kecil, atau mendekati v
1
. Cahaya pada kedua frekuensi tersebut berpadu di photodiode sehingga dapat menghasilkan sinyal gelombang mikro yang frekuensinya merupakan selisih dari
frekuensi optis kedua sinyal cahaya tadi. Dari hasil percobaan menggunakan dua buah laser diode jenis Distributed Feedback Laser serta suatu photodiode jenis Fast Photodiode diperoleh sinyal gelombang mikro pada frekuensi
sekitar 9 GHz yang potensial digunakan sebagai alternatif carrier untuk radar. Kata kunci : pembangkit gelombang radar, teknik heterodin, diode laser
1. PENDAHULUAN
Teknologi radar berkembang pesat sejak penemuan magnetron cavity oleh John Randal dan Harry Boot dari
universitas Birmingham Inggris pada tahun 1940 [1]. Piranti ini mampu membangkitkan sinyal yang dipakai
sebagai carrier dalam radar. Dewasa ini teknologi radar telah mengalami perkembangan aplikasi yang luar biasa
dari aplikasi meteorology sampai technology pertahanan dan keamanan.
Seiring dengan hal ini diperlukan peningkatan teknologi yang memadai dalam sistem komunikasi yaitu
untuk menyampaikan data dri satu base station ke central station atau sebaliknya. Teknologi yang ada sekarang
adalah dengan mengunakan gelombang mikro sebagai pembawa data, namun dengan sistem ini memerlukan
peningkatan frekuensi yang signifikan, karena pada umumnya frekuensi dibawah 10 GHz telah penuh
dipakai dalam berbagai komunikasi. Disamping itu teknologi gelombang mikro merupakan kunci utama dan
sangat diperlukan dalam sistem pertahanan dan keamanan terutama dalam instrumentasi, sistem navigasi
dan radio komunikasi. Teknologi terkini yang ada untuk membangkitkan gelombang mikro adalah dengan
dielectric resonant oscillator DRO dimana teknik ini hanya mampu membangkitkan frekuensi dibawah 10
Ghz sehingga diperlukan frequency multifier untuk mendapatkan frekensi diatas 10 GHz [2]. Masalah yang
dihadapi dalam menggandakan frekuensi frequency multiflier adalah besarnya phase noise yang
dibangkitkan karena phase noise merupakan perkalian dari phase noise sumber aslinya, sehingga akan
memperbesar bit error rate bila dipakai dalam sistem komunikasi.
Disisi lain laser merupakan sumber cahaya single frekuensi dan sangat stabil dengan frekuensi 190 THz
untuk panjang gelombang 1,55um. Dengan memakai kelebihan laser dari kestabilan frekuensinya maka dapat
dipakai untuk membangkitkan gelombang microwave maupun milliwave dengan sistem homodyne [3]. Kuri
33