diisi nilai defaultnya. Latar belakang tampilan juga dibuat lebih terang. Masih ada permasalahan yaitu
bagaimana menempatkan latar belakang yang berupa gambar lokasi stasiun Radar dengan
penunjukkan Radar supaya bisa overlap karena sering terjadi error pada perangkat lunak kalau hal
ini dipaksakan. Hal ini terus kita tangani untuk diatasi permasalahannya.
Gambar 11. Tampilan dari perangkat pengolahan
citra Radar versi III.
Tampilan Radar dengan menggunakan software lain jenis software data base diperlihatkan pada
gambar 11. Penggunaan sofware ini semata-mata untuk menampilkan hasil pengolahan sinyal karena
dimungkinkan untuk menampilkan peta lokasi stasiun Radar di Cilegon dengan garis scanning
Radar.
Peningkatan keakurasian dan tampilan dari perangkat lunak citra Radar perlu percobaan yang
terus menerus dikarenakan banyak sekali faktor- faktor yang harus dimasukkan dan diperhitungkan
pengaruhnya terhadap keakuratan hasil deteksi. Usaha menghilangkan pengaruh Clutter dan Noise,
memperkirakan ukuran obyek yang dimonitor melalui Radar Cross Section, mengurangi kesalahan
pendeteksian false alarm dan melakukan tracking terhadap obyek yang bergerak adalah kegiatan-
kegiatan kunci dalam pembuatan perangkat lunak pengolahan citra Radar.
Selanjutnya akan dilakukan percobaan pembuatan tampilan Radar dengan menggunakan
langkah-langkah berikut: 1.
Data dari ADC akan disimpan dalam memori sementara.
2. Selanjutnya data ini akan dibaca oleh
program pengolah data dan komputasi. 3.
Hasil pengolahan pada poin nomor 3 akan disimpan dalam format data base.
4. Program tampilan GUI = graphical user
interface akan membaca data dengan format data base tertentu serta membuat
plot garis scanning dan posisi obyek- obyek yang diamati pada layar komputer.
4. KESIMPULAN
Dalam makalah ini telah dipresentasikan tentang rancang bangun perangkat lunak citra Radar
di PPET-LIPI berlandaskan teori-teori pengolahan sinyal Radar. Penelitian Pembuatan Perangkat
Pengolahan Citra Radar ini belum mencapai hasil yang sempurna dikarenakan banyak sekali faktor-
faktor yang harus dimasukkan dan diperhitungkan pengaruhnya terhadap keakuratan hasil deteksi.
Dikaji kemungkinan penyimpanan data dengan format data base tertentu untuk kemudahan plotting
pada tampilan Radar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pengelola program kompetitif LIPI yang
telah memberikan pendanaan penelitian dan juga kepada staf IRCTR TU-DELFT yang telah
memberikan bimbingan teknis.
DAFTAR PUSTAKA
1. M.I. Skolnik, ’Radar Handbook’, McGraw-
Hill, 1990. 2.
M.I. Skolnik, ’Introduction to Radar Systems’, McGraw-Hill, 2002.
3. Byron Edde, ’Radar: principles, technology,
and applications’, Prentice-Hall Inc., 1993. 4.
August W. Rilhaczek, ‘Radar resolution and complex-image analysis’, Artech House Inc.,
1996. 5.
Leo P. Ligthart, ’Short Course on Radar Technologies’, International Research
Centre for Telecommunications-transmission and Radar-TU Delft, September 2005.
6. Mark Richards, ’Radar Signal Processing’,
McGraw-Hill, 2005. 7.
Bassem R. Mahafza, ‘Radar Systems Analysis and Design Using MATLAB’,
Chapman Hall, 2005. 8.
S.H. Heijnen, ‘TARA Data Processing’, Report for Cloudnet, October 2003.
9. S.H. Heijnen, J.S. Van Sinttruijen, W.F. Van
der Zwan, L.P. Ligthart, ’A Dedicated Computer System for FM-CW Radar
Applications’, Proceeding of 13
th
International Conference on Microwaves, Radar and Wireless Communications, 2000
Mikon-2000.
109
Analisa Plot Medan Listrik untuk Antena GPR Dengan dan Tanpa Pembebanan Resistif dan Kapasitif
menggunakan Simulasi FDTD
Folin Oktafiani, Yudi Yuliyus Maulana, Yuyu Wahyu
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi – LIPI Kampus LIPI Gd. 20 Lt. 4 Jl. Cisitu 21 154D Bandung 40135
Telp. 022 250 4660, 250 4661 Fax. 022 250 4659 Email : folinppet.lipi.go.id
ABSTRACT
Bow-tie antenna with finite difference time domain FDTD method was simulated. The antenna consist of bow–tie antenna which circular in the end and broken bow-tie antenna which flat in the end. Each of antennas
has different in the end form like solid, wire and resistive and capacitive as resistance. In this paper, we observe in electric field as parameter. The results of simulation are the antenna GPR with resistive will be decreasing
late time ringing pulse. The pulse of GPR antenna with capacitive as resistance higher than pulse of antenna without capacitive as resistance.
Keywords : GPR antenna, bow-tie antenna, resistive resistance, capacitive resistance
ABSTRAK
Telah dilakukan simulasi antena bow-tie menggunakan metode finite difference time domain FDTD. Antena yang disimulasikan terdiri dari antena bow-tie dengan ujung sirkular dan antena bow-tie patah dengan
ujung flat. Masing-masing antena ini masih dibedakan lagi pada bagian ujungnya yaitu dengan ujung berbentuk padat, kawat dan dengan pembebanan resistif dan kapasitif. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah
plot medan listrik dari antena yang disimulasikan. Hasil simulasi menunjukan bahwa antena GPR dengan pembebanan resistif akan mengurangi late time ringing pulsa yang dihasilkan. Antena GPR dengan
pembebanan kapasitif mempunyai efisiensi pulsa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pulsa dari antena tanpa adanya pembebanan kapasitif.
Kata kunci: antena GPR, antena bow-tie, pembebanan resistif, pembebanan kapasitif
1. PENDAHULUAN
Ground Penetrating Radar GPR merupakan
suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi benda– benda yang berada terkubur di bawah tanah dengan
tingkat kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range 10 MHz
sampai 1GHz .
GPR dapat digunakan untuk memetakan kondisi geologi yang meliputi kedalaman batuan dasar,
kedalaman skema air di bawah permukaan tanah, kedalaman dan ketebalan strata tanah dan sedimen di
daratan dan di bawah permukaan air bersih, dan lokasi rongga-rongga di bawah permukaan tanah serta
patahanretakan batuan dasar.
Aplikasi GPR menuntut antena dapat bekerja dengan baik untuk mentransmisikan pulsa-pulsa yang
sempit. Masalah umum yang kerap terjadi pada transmisi pulsa ini adalah adanya late-time ringing
yang besar serta kecilnya amplitude dari pulsa yang dipancarkan. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas sistem GPR yang dihasilkan. Kecilnya amplitudo pulsa dapat menyebabkan objek
tidak dapat terdeteksi dengan baik, sementara adanya late-time ringing
yang besar menyebabkan terjadinya efek masking pada objek yang akan merugikan sistem
GPR yang dibuat. Teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan memberikan pembebanan resistif maupun kapasitif . Pembebanan
resistif digunakan untuk menekan late time ringing. Sementara pembebanan kapasitif digunakan untuk
memperbesar atau menguatkan amplitude dari pulsa yang dipancarkan.
Pada tulisan ini akan dibahas pengaruh penambahan pembebanan resistif dan kapasitif pada
antena bow tie dilihat dari plot medan listriknya, untuk melihat bentuk pulsa yang ditransmisikan oleh antena.
1. DASAR TEORI
Antena bow-tie adalah penyederhanaan geometri dari antena biconical. Antena biconical tak hingga
berlaku sebagai suatu guide untuk gelombang speris berjalan, sama seperti saluran transmisi uniform yang
berlaku sebagai guide bagi gelombang bidang berjalan.
Antena bow-tie merupakan versi bidang datar dari antena biconical. Dalam aplikasi GPR antena ini
merupakan antena yang paling sering digunakan. Hal ini disebabkan karena karakteristik antena bow-tie yang
110