Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
-0.06 -0.04
-0.02 0.02
0.04 0.06
10 10
1
10
2
10
3
10
4
Frequency Hz Se
ta f
Gambar 5. Semilogy PSD terhadap frekuensi
untuk 22 Jan 07_1
10
-4
10
-3
10
-2
10
-1
10
-4
10
-3
10
-2
10
-1
10 10
1
10
2
10
3
Frequency Hz Se
ta f
Gambar 6. Grafik PSD dan fitting rainrate pembangkitan
22 Jan 2007_1
Dari gambar 6 dan Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa hasil pembangkitan rainrate jika dibandingkan
dengan hasil pengukuran, ditinjau dari fitting PSD, kemiringan fitting pembangkitan lebih kecil
dibandingkan hasil pengukuran. Selisihnya 0,2031 untuk event 22 jan 2007.
50 100
150 10
0.1
10
0.2
10
0.3
10
0.4
samples Ra
in ra
te d
B
Gambar 7. Pembangkitan rainrate dB
22 Jan 2007_1
Dari gambar 9 ditunjukkan hubungan koefisien a dan koefisien b tidak mempunyai keterkaitan, artinya
koefisien a dan b saling tidak berhubungan. Dapat ditunjukkan juga dari nilai
ρ = 0.1441 menyatakan korelasi antara a dan b dalam ”persamaan 2” saling
bebas, karena ρ kecil.
50 100
150 1
1.2 1.4
1.6 1.8
2 2.2
2.4 2.6
samples Ra
in rat
e m
m h
Gambar 8. Pembangkitan rainrate mmh
22 Jan 2007_1
-1.5 -1
-0.5 0.5
1 1.5
2 2.5
3 3.5
-3.5 -3
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5
coef a c
oef b
Gambar 9. Scatter koefisien b terhadap koefisien a 2
Dari tabel 2 dapat dibandingkan bahwa secara rata-rata untuk semua event hujan kemiringan dari
PSD hasil simulasi mendekati hasil pengukuran. Artinya pembangkitan rainrate dengan simulasi
mendekati rainrate hasil pengukuran.
Tabel 1. Koesien hasil fitting event 22 Jan 07_1
Pengukuran Simulasi a b a
b -2.5430 -1.0822
-3.0915 -1.5438 -2.4680 -0.9938
-3.6264 -1.7853 -3.0058 -1.1060
-2.4976 -1.0782 -3.2424 -1.4230
-2.9257 -1.2720 -2.9621 -1.1661
-1.3023 -1.4856
-2.8662 -1.3747 Rata-rata -2.9229
-1.2825
75
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
Untuk koefisien a yang berbeda jauh antara hasil simulasi dengan pengukuran. Nilai ini menunjukkan
amplitudo dari PSD. Nilai koefisien a ”persamaan 2” menentukan nilai titik potong dengan sumbu vertikal
dari fitting PSD. Hasil simulasi menunjukkan amplitudo dari PSD jauh lebih kecil dibandingkan
dengan hasil pengukuran.
Tabel 2. Hasil rata-rata koefisien PSD
Pengukuran Simulasi a b a b
-0.2901 -0.9407 -3.0271 -0.9750
Dari data-data hasil simulasi di atas dapat diuraikan bahwa spektral dari pembangkitan
menunjukkan hasil yang hampir sama yang ditunjukkan dengan koefisien hasil fitting b yang
mendekati dengan selisih sebesar 0,034 3,6 . Sedangkan perbedaan koefisien a hanya variasi dari
curah hujan rainrate. Jika dituliskan dalam bentuk persamaan maka model PSD pembangkitan adalah S
a
= 10
-3,0271
.f
-0,9750
. Sedangkan model spektral dari pengukuran adalah S
a
= 10
-0,2901
.f
-0,9407
.
4. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi spektral dapat disimpulkan bahwa koesien a dan b sangat menentukan polabentuk
spektral rainrate curah hujan. Koefisien b menentukan bentuk kemiringan dari spektralnya,
sedangkan koefisien a menentukan amplitudo PSD. Hasil pembangkitan curah hujan mempunyai model
spektral S
a
= 10
-3,0271
.f
-0,9750
. Hasil ini menunjukkan kesalahan sebesar 3,6 . Artinya model pembangkitan
curah hujan dapat dipakai untuk aplikasi berikutnya, misalnya menentukan redaman hujan, fade duration,
dan fade slope pada sistem radio milimeter dan radar frekuensi tinggi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini sebagian didanai oleh JICA melalui proyek PREDICT-ITS dan oleh DP2M Dikti melalui
program Hibah Penelitian Fundamental.
DAFTAR REFERENSI [1]
K.S. Paulson, ”The Spatial-Temporal Statistics of Rainrate Random Fields”, Radio Science, Vol. 37,
No. 5, September 2002, pp. 21-1 – 21-8. [2]
D. Veneziano, R.L.Bras and J.D. Niemann, “Nonlinearity and self-similarity of rainfall in
time and a stochastic model,” J. of Geophys. Research, vol. 101, no.D21, pp. 26371-26392,
Nov. 27, 1996.
[3] A. Mauludiyanto, G. Hendrantoro, P. Hutajulu,”
Simulation of Tropical Rain Attenuation for Evaluation of Millimeter-Wave Wireless
Network,” akan dipresentasikan di Seminar International WOCN2008, May 5-7, Surabaya
Indonesia.
[4] A. Mauludiyanto, Muriani, L. Markis, G.
Hendrantoro, A. Matsushima, “Preliminary Results from The Study of Raindrop Size
Distribution and Rainfall Rate in Indonesia for The Development of Millimeter-wave Systems in
Tropical Regions”, Proceedings of ISAP 2007, August 20-24, 2007, Niigata Japan, pp. 1390-
1393.
[5] P.Z.Peebles, “Probability, Random Variables, and
Random Signal Principles”, Mc.Graw-Hill Inc., Third Edition, International Edition, 1993.
[6] W.C.Jakes, “Microwave Mobile
Communications”, IEEE Inc., 1974, p.70. [7]
T.S.Rappaport, “Wireless Communications Principles and Practice”, Prentice Hall, New
Jersey, 1996, p. 184.
76
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
Penerapan Dan Pengembangan Georadar RCS
A. Sulaiman and A. Kirana
Radar and Communication Systems RCS Segitiga Emas Business Park, Unit No. 6 Jalan Prof. Dr. Satrio, Kav. 6 Jakarta 12940, Indonesia
Phone: +62-21-57951133 Fax: +62-21-57951138, Email : a.sulaimansolusi247.com
ABSTRACT
RCS Geopenetrating Radar System use ultra wide band UWB radiator bowtie antenna and woks in frequency 200MHz, 600MHz and 1GHz. GPR, processing of the received signals is important for detecting and identifying
the targets and for discriminating the targets from clutter caused by reflections from soil inhomogeneities. Several application such as pipe detection, road quality etc will be given. Data processing and post processing
are also discussed. Keywords : antena, signal Processing, GPR,
ABSTRAK
Sietem Radar penjejak bumi milik RCS menggunakan sistem antena ultra wide band radiator bomtie. Frekuensi yang dipakai dalam sistem ini adalah 200MHz, 600 MHz dan 1GHz. GPR akan memproses sinyal datang dan
yang diterima kemudian memerikannya dalam sebuah citra radar. Beberapa penerapan georadar RCS seperti deteksi pipa, kualitas jalan dan sebagaikan akan diberikan. Pemrosesan data dan paska prosesing juga akan di
diskusikan. Kata Kunci : antena, Pemrosesan Sinyal, GPR.
1. PENDAHULUAN
Ground Penetrating Radar GPR adalah salah satu metode elektromagnetik untuk penentuan
struktur bawah permukaan tanpa harus merusak non destructive. GPR bekerja dengan memancarkan
gelombang elektromagnetik ke dalam tanah dan menerima sinyal yang dipantulkan untuk mendeteksi
dan menentukan letak berbagai objek yang terletak di bawah permukaan tanah [1]. GPR memancarkan
pulsa pendek 50Mhz -1Ghz gelombang elektromagnetik melalui antena pemancar yang
ditempatkan di permukaan tanah. Pulsa tersebut menjalar ke bawah permukaan dan sebagian akan
dipantulkan jika menemukan benda-benda yang memiliki nilai konstanta dielektrisitas permitivitas
ε dan konduktivitas
σ yang berbeda dengan yang dimiliki oleh medium dimana pulsa tsb menjalar
dalam hal ini tanah. Benda benda tersebut bisa berupa bebatuan, pipa, kabel, pondasi, dll. Adapun
kedalaman penetrasi pulsa elektromagnetik tersebut ditentukan oleh konduktivitas medium dan frekuensi
yang digunakan. Kecepatan gelombang elektromagnetik yang menyakar dalam medium
dinyatakan oleh v=1
√µε. Dan koefisien attenuasi akibat hadirnya medium dinyatakan sebagai
α=σ2√µε [2]. Intensitas medan elektromagnetik yang kita tangkap akan menyatakan sifat elektromagnetik
dari struktur bawah permukaan. Dari profil intensitas medan yang dapat dikonversi dalam kecepatan dan
dengan data waktu tempuh maka dapat ditentukan kedalaman benda-benda yang terdeteksi. Selain
menerima sinyal hasil refleksi dari target yang dideteksi, receiver juga menerima hamburan sinyal
lainnya yang dipantulan oleh benda-benda disekitar target atau yang biasa disebut dengan clutter yang
dapat menimbulkan efek masking terhadap target yang dideteksi. Disamping itu pendeteksian objek di
dalam bumi dimana daya penetrasi dan resolusinya tergantung dari frekuensi antena yang digunakan.
2. SISTEM GEORADAR RCS
Sistem georadar RCS dikembangkan oleh RCS dan berkolaborasi dengan International Research
Centre for Telecommunications and Radar IRCTR– TU Delft, Belanda. Desain dan pembuatan antena
dilakukan oleh RCS dengan konsultasi pihak IRCTR. Sietem antena yang dikembangkan adalah antena
pemancar dan penerima digunakan ultra wide band UWB radiator bowtie antenna yang merupakan
hasil pengembangan IRCTR-ITB [2]. Sistem antena tersebut dapat dilihat pada gambar-1. Peralatan
elektronik seperti konverter sampling, unit sampling, generator dikembangkan oleh Geozondas
Lithuania. Sedangkan pengembangan pasca pemrosesan dilakukan oleh RCS dengan Solusi 247.
Spesifikasi sistem georadar RCS dinyatakan sebagai berikut:
– 200 MHz
: 10 m - 30 m depth
77