Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
gambar 6. seharusnya lebih besar, hal ini disebabkan oleh kebocoran dari switch manual yang dipakai pada
antena. Secara umum dapat disimpulkan harga koefisien refleksi berubah secara eksponensial
terhadap sudut flare.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Frequency MHz VSW
R
Gambar 7. Hubungan Frekuensi denga VSWR
Gambar 7 menunjukkan hubungan frekuensi dengan VSWR yang bekerja efektif dari frekuensi 400
MHz- 2000 MHz untuk VSWR sekitar 2 kebawah pada sudut flare yang besar. Untuk sudut flare 0
derajat mempunyai VSWR yang paling tinggi, hal ini disebabkan pada kondisi ini antena tidak ada atau
keadaan open yang seharusnya nilainya lebih besar dari ini karena ada kebocoran pada switch antenna.
Pada frekuensi 600 MHz VSWR mempunyai nilai yang paling kecil karena antena ini beresonansi pada
frekuensi 600 MHz
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
-400 -200
200 400
600 800
1000
Frequency MHz In
pu t I
m pe
da nce
O h
m s
Gambar 8. Impedansi Input Pada Sudut flare 0 Derajat
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
-400 -200
200 400
600 800
1000
Frequency MHz In
put I
m pe
dan ce
O hm
s
sudut flare 0
Gambar 9. Impedansi Input Pada Sudut flare 20 Derajat
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
-400 -200
200 400
600 800
1000
Frequency MHz In
pu t I
m pe
da nce
O h
m s
Gambar 10. Impedansi Input Pada Sudut flare 60 Derajat
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
-400 -200
200 400
600 800
1000
Frequency MHz In
pu t I
m pe
da nce
O h
m s
Gambar 11. Impedansi Input Pada Sudut flare 100 Derajat
126
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
UCAPAN TERIMAKASIH
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
-400 -200
200 400
600 800
1000
Frequency MHz In
put I
m pe
dan ce
O hm
s
Kami ucapkan terimakasih kepada laboratorium bidang telekomunikasi PPET-LIPI yang telah
membantu proses pengukuran antena GPR, dan juga kepada program DIPA 2007 yang telah membiayai
pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Morrow, I.L., J. Persijn, P. van Genderen, “Rolled edge ultra-wideband dipol antenna for
GPR application,” 2002 IEEE APS Int. Symp. Digest, Vol. 3, pp. 484-487, 2002.
Gambar 12. Impedansi Input Pada Sudut flare 140 Derajat
[2] TP.Montoya, G.S.Smith,”A study of pulse radiation from several broad-band loaded
monopoles”, IEE Trans.Antennas Propagat., vol.44,no.8,pp.1172-1182,Aug.1996-a.
20 40
60 80
100 120
140 80
90 100
110 120
130 140
150
Flare Angle degrees Input
I m
pedance O
h m
s
[3] T.T.Wu, R.W.P.King,”The cylindrical antenna with non reflecting resistiv loading”, IEE
Trans.Antennas Propagat ., vol.AP-13, no.5,
pp.369-373, May 1965. [4] Lestari, A.A., A.G. yarovoy, L.P Ligthart, “ RC
loaded bow-tie antenna for improved pulsa radiation,” IEEE Trans. Antenna Propagat., vol.
52, no. 10, pp. 2555-2563, Oct. 2004.
Gambar 13. Impedansi Input terhadap Sudut flare
Gambar 13 merupakan grafik yang diplot dari gambar 8 sd gambar 12 yang menghasilkan hubungan
Impedansi Input terhadap Sudut flare dimana harga impedansi input menurun antara sekitar 130 ohm
sampai 80 ohm untuk sudut flare yang menaik antara 20 – 140 derajat. Dengan kata lain penurunan sudut
flare akan menaikan impedansi input.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa Antena dapat berfungsi sebagai antena adaptif
terhadap perubahan impedansi input yang disebabkan oleh perubahan elevasi antena GPR terhadap tanah
dapat diadaptasi dengan perubahan sudut flare. Elevasi antena GPR terhadap tanah yang makin besar
menyebabkan impedansi input makin besar pula, untuk me- matching impedansi maka harus diberikan
besar sudut flarenya dan sebaliknya. [5] Butler, C.M., “The equivalent radius of a narrow
conducting strip,”IEEE Trans. Antenna Propagat., vol. 30, no. 4, pp. 755-758, Jul. 1982
127
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
128
Perancangan Dan Simulasi Direct Digital Synthesizer DDS
Arief Suryadi S
1
, Nurul Dwi Angga Hastuti
2
dan Teguh Praludi
3
1,3 Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI Kampus LIPI Gd. 20 Lt. 4 Jl. Sangkuriang Bandung – INDONESIA
Telp. 022 2504660, Fax. 022 2504659, Email:
ariefppet.lipi.go.id
, praludippet.lipi.go.id 2 Jurusan Teknik Elektro – Institut Teknologi Telkom
Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot, Bandung – INDONESIA Telp. 022 7564108, Fax. 022 7565933, Email: da_siipstttelkom.ac.id
ABSTRACT
Direct Digital Synthesizer
DDS is a method of producing an analog waveform, usually a sine wave, by generating a time – varying signal in digital form and then performing a digital to analog conversion. DDS
consists of digital devices and analog devices. Digital device is called Numerically Controlled Oscillator NCO that consist of phase accumulator, phase truncated and sine lookup table. Analog devices consist of digital to
analog converter and filter. DDS is used in some modern utilities, like radar system, radio receiver, GPS system, hand phone, radio telephone, walkie – talkies, frequency modulation and other.
This research aim to make simulation of signal evocation by using DDS method. The simulation results can be used for same application
areas particularly in radar system. Keywords : DDS, Frequency, Sine Lookup Table, radar system
ABSTRAK
Direct Digital Synthesizer
DDS adalah sebuah metode untuk menghasilkan sinyal analog, biasanya sinyal sinus, dengan cara membangkitkan sinyal yang berubah-ubah terhadap waktu dalam bentuk digital dan
kemudian diubah ke bentuk analog dengan digital to analog converter DAC. DDS terdiri dari komponen digital dan komponen analog. Komponen digital disebut dengan Numerically Controlled Oscillator NCO yang
terdiri dari phase accumulator, phase truncated dan sine lookup table. Komponen analog terdiri dari Digital to Analog
Converter DAC dan filter. DDS banyak digunakan pada perangkat-perangkat moderen seperti sistem radar, penerima radio, sistem GPS, telepon genggam, walkie – talkies, modulasi frekuensi, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan pembangkitan sinyal dengan metoda DDS. Hasil simulasi ini dapat diaplikasikan pada beberapa bidang, khususnya pada sistem radar.
Kata kunci : DDS, Frekuensi, Sine Lookup Table, sistem radar
1. PENDAHULUAN
Direct Digital Synthesizer DDS merupakan
metode untuk menghasilkan sinyal analog, biasanya sinyal sinus, yaitu dengan membangkitkan sinyal yang
berubah – ubah terhadap waktu dalam bentuk digital, kemudian dirubah ke dalam bentuk analog dengan
menggunakan Digital to Analog Converter DAC [10]. Konstruksi sederhana DDS menyebabkan
pengaturan frekuensi keluaran DDS ditentukan oleh sebuah nilai tuning word. Hal ini memberi banyak
keuntungan dalam penerapan DDS, diantaranya [1]: 1.
Arsitektur digital dapat mengurangi kebutuhan sistem analog yang sensitif terhadap temperatur.
2. Interface DDS memudahkan lingkungan, sistem
dapat dikendalikan dengan lebih praktis dan lebih dioptimalkan, karena semua berada di bawah
kendali dan control processor.
2. LANDASAN TEORI
2.1.
Direct Digital Synthesizer
Konstruksi sederhana DDS adalah terdiri dari beberapa blok komponen yaitu : Frekuensi clock
sebagai referensi, Address Counter, PROM dan DAC. Diagram blok sederhana DDS diperlihatkan seperti
pada gambar 1.
Gambar 1.
Diagram Blok
Direct Digital Synthesizer [1]
Secara utuh diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Address Counter melewatkan dan
mengakses lokasi memori pada PROM. Selain itu Address Counter
juga memuat kesetaraan word amplitudo sinyal sinus yang akan ke DAC. Sine lookup
adalah perangkat penyimpan informasi amplitudo digital
yang menghubungkan satu gelombang penuh dari gelombang sinus dan berfungsi sebagai sine
lookup table. Sedangkan register adalah tempat untuk
penyusunan amplitudo digital. DAC berfungsi untuk