Konsep Radar [7] LANDASAN TEORI

2 d .v f cos θ λ = 2 dengan f d adalah Doppler shift, v adalah kecepatan pesawat terbang, λ adalah panjang gelombang dan θ adalah sudut antara arah propagasi sinyal datang dengan arah pergerakan antena. 2.2. Adaptive Resonance Theory 1 ART1 [6] JST-ART dirancang untuk memudahkan pengontrolan derajat kemiripan pola yang ditempatkan pada cluster yang sama. ART dirancang untuk mengatasi masalah stability-plasticity yang dihadapi oleh JST lainnya. JST-ART1 dirancang untuk mengelompokkan clustering vektor-vektor masukan biner. JST-ART1 mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan F 1 yang dibagi menjadi F 1 a sebagai bagian masukan dan F 1 b sebagai bagian antarmuka, dan lapisan F 2 cluster bersama dengan unit reset yang digunakan untuk mengontrol derajat kemiripan pola- pola yang diletakkan pada unit cluster yang sama. Lapisan F1 dan F2 dihubungkan oleh dua kelompok jalur-jalur bobot, bobot bottom-up dan bobot top- down. Untuk mengontrol proses belajar, beberapa unit pelengkap juga dilibatkan pada JST ini. 83 Arsitektur JST-ART1 terdiri dari dua bagian. Arsitektur JST-ART1 diperlihatkan pada Gambar 5. • Unit-unit Komputasional. Terdiri dari lapisan F 1 bagian masukan dan antarmuka, lapisan F 2 , dan unit reset. • Unit-unit Pelengkap. Unit ini menyediakan suatu mekanisme sehingga komputasi yang dilakukan oleh algoritma ART1 dapat dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip JST. Unit-unit tersebut disebut juga dengan unit-unit gain control. 2.3. Fusi Informasi [2,3,4] Fusi data atau informasi adalah suatu teknik pengombinasian data atau informasi untuk memperkirakan estimate atau memprediksi berbagai keadaan entitas. Entitas-entitas tersebut dapat berbentuk fisik atau non fisik. Masukan-masukan ke suatu sistem fusi informasi dapat berupa 1. data hasil observasi sensor-sensor, 2. masukan-masukan perintah dan data dari operator atau pengguna, 3. data a priori dari suatu basis data yang telah ada

2.3.1. Arsitektur-Arsitektur Fusi Informasi

Dalam aplikasi fusi informasi terdapat tiga alternatif arsitektur yang digunakan untuk memfusikan informasi dari multisensor. • Arsitektur terpusat dengan masukan data kasar atau vektor fitur. • Arsitektur mandiri dengan masukan vektor fitur dengan keluaran deklarasi identitas atau estimasi dari vektor keadaan. Teknik-teknik yang umum digunakan adalah suara terbanyak voting, penyimpulan klasik, teorema Bayes, metoda DS dan metoda Dezert-Smarandache Theory DSmT. • Arsitektur hibrida yang mengombinasikan kedua arsitektur di atas. Y 1 Y j Y m X 1 X i X n S 1 S i S n G 2 G 1 Input Vektor + b ij t ji + + + + + - Lapisan F1a Lapisan F1b Gain Control Gain Control Lapisan F2 cluster Sinyal Reset O r i e n t i n g S u b s y s t e m Input Vektor Lapisan Perbandingan ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ s x Lapisan Pengenalan atau Attention Subsystem A + - + Gambar 5. Arsitektur JST-ART1.

2.3.2. Kelas-Kelas Tataran Fusi Informasi

Kelas-kelas tataran fusi informasi sensor majemuk multisensor pada umumnya digunakan untuk aplikasi-aplikasi pengenalan sasaran otomatis automatic target recognition, ATR. a. Fusi Tataran Piksel. Tataran ini diaplikasikan kepada data piksel teregistrasi dari sekumpulan citra untuk kepentingan fungsi deteksi dan diskriminan. Data citra diperoleh dari sensor- sensor citra seperti Radio Detection and Ranging RADAR dan Forward Looking Infra Red FLIR. b. Fusi Tataran Fitur. Tataran ini mengombinasikan fitur-fitur obyek yang dideteksi dan dipisahkan di dalam masing-masing wilayah sensor. Fitur-fitur setiap obyek diekstraksi secara independen di dalam setiap wilayah dan membentuk satu ruang fitur bersama untuk klasifikasi obyek. c. Fusi Tataran Keputusan. Fusi pada tataran keputusan mengombinasikan keputusan-keputusan dari jalur-jalur klasifikasi atau deteksi sensor- sensor independen menggunakan metoda-metoda operator Boolean AND, OR atau dengan nilai heuristik seperti M-of-N, suara terbanyak maksimum maximum vote atau jumlah terbobot weighted sum untuk keputusan tegas hard decision dan metoda Bayes, DS dan variabel fuzzy untuk keputusan halus soft decision. Gambar 6. Arsitektur sistem IFFN .

3. DESAIN DAN KONSEP IMPLEMENTASI

SISTEM IFFN Sistem IFFN dibagi ke dalam tiga bagian besar yakni pengolahan awal, identifikasi obyek dan pengolahan akhir dengan dua macam moda yakni moda pembelajaran JST-ART1 dan moda pakai. Arsitektur sistem IFFN diperlihatkan pada Gambar 6.

3.1. Pengolahan Awal

Pada pengolahan awal dilakukan proses ekstraksi fitur RCS dan kecepatan pesawat dari basis data pesawat terbang. Proses berikutnya adalah melakukan melakukan pembangkitan pola RCS dan pola kecepatan pesawat terbang dengan cara mengkonversikannya ke bentuk kode-kode biner. Kode-kode biner ini adalah pola-pola yang akan diajarkan kepada JST-ART1 pada moda pembelajaran. 84

3.2. Identifikasi Obyek

Pada moda aplikasi JST-ART1 akan langsung melakukan pencocokan pola masukan RCS dan pola kecepatan pesawat terbang dengan pengetahuan yang disimpan dalam memorinya. Proses temu kembali data identitas pesawat terbang dari dalam basis data dengan pola hasil fusi informasi pola RCS dan pola kecepatan pesawat terbang menggunakan metoda dari penelitian [2]. Pola-pola fitur RCS dan kecepatan yang dipelajari dan diujikan pada sistem IFFN diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pada blok identifikasi obyek dilakukan proses pencocokan pola masukan data RCS dan data kecepatan pesawat terbang dengan pola yang disimpan di dalam memori JST-ART1. Informasi keluaran dari JST-ART1 kemudian difusikan untuk memperoleh satu estimasi pola identitas pesawat terbang dalam pengamatan. Fusi informasi dilakukan secara iteratif pada obyek yang sama menggunakan metoda voting pada tahap I. Estimasi pola diperoleh dari hasil fusi informasi tahap II menggunakan metoda Boolean AND. Daftar estimasi pola hasil fusi informasi sistem IFFN diperlihatkan pada Tabel 3. Ta b e l 1. Da ta d a n Po la RCS Pe sa wa t Te rb a ng [8] No. Jenis Pesawat Terbang RCS Pola 1. Bell 47G 3 0000 2. F-16 Fighting Falcon 5 0001 3. Hawk 200 8 0010 4. Su-30 Sukhoi 15 0011 5. Cobra AH-1S 18 0100 6. Casa C-212 27 0101 7. CN-235 PT DI 30 0110 8. A-310 Airbus 100 0111 9. Unidentified unlisted 1000 10. Unidentified unlisted 1001 11. Unidentified unlisted 1010 12. Unidentified unlisted 1011 13. Unidentified unlisted 1100 14. Unidentified unlisted 1101 15. Unidentified unlisted 1110 16. Unidentified unlisted 1111